Fay menghampiri mereka, lalu duduk di suatu meja yang berada di sudut restoran.
"Kami sudah memesan burger untukmu," ucap Bosnya.
"Terimakasih, sir."
Fay melirik wanita itu dengan dalam, menerka-nerka sesuatu dan berharap menemukan gambaran dari paras wajahnya yang tak begitu jelas sebab wanita itu selalu mengenakan kacamatanya. Atasan Fay memecah fokus pandangannya.
"Kau sudah mengenalnya?"
"Tidak sir," sambut Fay.
Mengetahui hal itu, Bosnya Fay lalu memperkenalkan perempuan itu kepada Fay, "dia akan menjadi partnermu, sekarang ia dapat dikenal dengan code 7046."
Wanita itu menyodorkan tangan kanannya, lalu butuh waktu beberapa detik hingga Fay sadar bahwa wanita itu ingin menjabat tangannya, dan Fay merasakan kedinginan yang menyebar di area telapak tangannya saat berjabat tangan, seolah wanita itu sudah mencelupkan tangannya di lautan es antartika.
"Kenalkan, 7046," ucap perempuan itu.
Fay membalas, "2046."
Fay melepaskan genggaman, Bos lalu bangkit dan beranjak pergi. "Kalian aku tinggalkan, ada urusan yang harus aku kerjkan" katanya lalu melirik salah satu pelayan di restoran itu agar menghampirinya, "semoga kalian saling mengenal, keharmonisan dibutuhkan untuk pekerjaan ini." Bos pergi setelah membayar billnya.
Kedua pelupuk mata Fay terus memandangi luar jendela, memerhatikan lalu lintas jalan yang ada di seberangnya, Fay tidak merasa harus memerhatikan jenis mobil atau motor apa yang melintas di hadapan matanya, atau menghafal plat nomor yang ada di setiap kendaran, demi Tuhan tidak, Fay hanya bingung apa yang seharusnya ia lakukan saat ini, terlebih ia sudah lama menyendiri, dan Fay tahu bahwa dirinya tak pandai dalam hal memulai percakapan.
Wanita itu memecah keheningan, "jadi harus kupanggil apa dirimu? selain nama asli, karena dalam kode etik yang kupelajari tentang pekerjaan ini, kita tidak boleh mengetahui nama asli rekan kita sendiri."
Fay memalingkan pandangannya, lalu mendarat ke arah wanita yang ada di depannya.
"Panggil saja aku 76, satu angka pertama dan satu angka terakhir dari kodemu (7046)." Fay tidak butuh waktu lama untuk memikirkan hal itu, sebab matahari sebentar lagi akan tenggelam sepenuhnya, dan ia merasa ingin pergi sebelum kecanggungan akan melanda di antara mereka berdua.
"Baiklah, kalau begitu kau boleh memanggilku 46," kata wanita itu lalu selang beberapa detik, ia melanjutkan, "lalu bagaimana cara menghubungimu jika ada tugas?"
"Kirim saja surat ke alamatku!" Fay mengeluarkan sebuah kertas kecil berbentuk persegi panjang rapi dari saku jasnya, ia menaruh kertas itu di atas meja lalu menyodorkannya ke arah wanita itu.
Wanita itu mengambil kertas persegi panjang yang disodorkan Fay, ia memandangi kertas itu seolah sedang menghafalkannya, namun tak sampai mengeluarkan suara.
"Baiklah, suatu saat aku-" perkataan wanita itu terhenti setelah Fay tiba-tiba bangkit dari duduknya.
"Aku harus pergi, kau cukup kirim kan surat bila ada tugas, sampai jumpa!" Fay melangkah keluar dari restoran itu, meninggalkan beberapa pertanyaan yang tak sempat keluar dari ujung bibir wanita itu.
Fay mengambil sebatang rokok, dan menyalakannya, satu hisapan dan hisapan seterusnya seolah merangkak melewati tenggorokan lalu mati di dalamnya.
***
Tatkala dirinya sedang tak mendapatkan tugas, Fay sesekali dalam seminggu menghabiskan malam di suatu bar. Fay duduk di salah satu meja yang tak jauh dari posisi meja si bartender, sendirian. Suasana bar juga tak terlalu ramai.
Fay menukarkan uangnya dengan tiga koin berwarna perak, Fay lalu memasukan satu koin itu pada celah lubang yang ada di salah satu jukebox yang tertera di bar tersebut dan menekan beberapa angka sehingga membentuk urutan "46"Setelah menunggu beberapa detik, sebuah lagu terdengar keluar dari jukebox tersebut, sebenarnya Fay hanya mengasal dalam memilih lagu dengan urutan angka 46 yang ia pilih, tapi lagu yang dikeluarkan dari jukebox tersebut telah berhasil membuatnya terpikat. Selagi dirinya meneguk beberapa gelas whiskey, lagu Norwegian Wood yang dibawakan oleh The Beatles mendiami lorong telinganya hingga lagu tersebut berakhir, lalu bayang-bayang suara dari musik yang terakhir ia dengar menjadi buyar setelah seorang wanita datang menghampirinya dan duduk tepat di sebelah Fay, hanya menyisakan jarak 20 cm. Wanita itu mengenakan kemeja putih yang dibalut dengan jas hitam tak terkancing, dan juga celana putih panjang yang nampak membuatnya terlihat tinggi. Rupanya si wanita asuransi itu menampakkan wajahnya kembali, entah memang ia mengejar Fay agar mau menerima tawaran asuransi yang sebelumnya pernah ia tawari atau ia hanya sekadar wanita kesepian yang tak bisa melewati malam alih-alih datang ke suatu bar.
"Hai! apakah kamu suka buah jeruk?" tanya wanita itu.
"Entahlah," balas Fay dengan nada datar.
"Aku sangat suka," ujar wanita itu meski tanpa ditanya terlebih dahulu.
Fay diam, lalu beberapa saat dengan ragu ia berkata, "apakah kau masih bekerja sebagai sales asuransi?"
• Jukebox
Jukebox adalah perangkat music-playing yang dioperasikan dengan koin.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN THE MOOD FOR NOTHING
RomanceFay atau 2046 adalah seorang bounty hunter/pembunuh bayaran yang di mana sisa hidupnya ia abdikan pada sebuah pekerjaan yang menurutnya cocok untuk seorang penyendiri dan malas membuat keputusan. Namun semenjak seorang wanita penjual asuransi keseha...