Sejarah yang Sebenarnya

90 3 0
                                    

Bandung, 4 Oktober 2105

Koko dan Lilo telah kembali ke Stasiun Bandung. Gumarang sudah menunggu mereka di peron jalur 5. "Bagaimana? Apa kalian berhasil?" tanya Gumarang. Koko dan Lilo mengangguk bersamaan, namun raut wajah mereka berubah menjadi kebingungan. "Pak, apakah ada yang Bapak rahasiakan dari kami berdua?" tanya Koko. "Yang saya rahasiakan? Soal apa?" tanya Gumarang bingung. Lilo menepuk pundak Koko. "Sepertinya Pak Gumarang tidak tahu soal kakekmu, Ko," kata Lilo menenangkan Koko. Koko hanya menghela nafasnya. "Lalu, apa Ajisaka hanya ingin menantang kita?" kata Koko bingung. "Sebaiknya kita lihat saja, Ko," kata Robbie. "Lihat? Maksudmu apa Robbie?" tanya Koko bingung. Gumarang dan Lilo yang juga kebingungan. "Kakekmu sepertinya menyimpan sesuatu untuk melihat kejadian-kejadian tertentu," kata Robbie. Tanpa pikir panjang, Koko mulai merogoh tasnya. Tangannya menyentuh sesuatu, dan ia mengambilnya.

Di tangannya telah terpegang sebuah smartphone, yang bentuknya mirip dengan yang ada di tahun 2010-an. "Tidak ada label kali ini, lalu bagaimana cara menggunakannya?" kata Koko. Lilo menunjuk sebuah tombol kecil yang terpasang di samping smartphone tersebut. "Sepertinya tombol itu untuk menyalakannya, Ko. Coba saja," kata Lilo. Koko menekan tombol tersebut, dan layar smartphone tersebut menyala. "Wah, akhirnya menyala juga," kata Gumarang. Setelah menyala, layar tersebut menunjukkan sebuah tulisan. "Smartphone Waktu, untuk melihat yang telah lalu atau yang akan menjadi masa lalu! Kalian penasaran dengan kejadian hebat di masa lalu? Atau sekedar ingin melihat kenangan indah bersama mantan? Maka alat ini cocok untukmu! Tinggal pilih tanggal dan waktu, maka kau akan melihat kejadian itu! Masa garansi 1 tahun dari pem-ah gak penting lagi," kata Koko. Gumarang tertawa kecil, "Kakekmu itu memang gak berubah ya, Ko," katanya. Koko dan Lilo tertawa, "Pak, kalo Bapak tahu apa yang terjadi saat kami di Surabaya pasti Bapak akan mikir kalo ini seperti komedi yang receh," kata Lilo. "Sudah, lebih baik kita lihat saja dulu alat ini," kata Koko. Koko mengatur tanggal dan waktu di alat tersebut. "Kakek dan Ompung Saka dianggap hilang sejak 6 September 2100, berarti kita lihat kejadian semalam sebelumnya," katanya. Ia kemudian menekan tombol Enter. Layar smartphone tersebut mulai menunjukkan sebuah gambar. "Wah, sudah mulai," kata Gumarang. Mereka bertiga duduk di bangku peron dan mulai memperhatikan kejadian yang akan terjadi.

*************

Bandung, 5 September 2100

Suasana malam di Bandung cukup tenang, tetapi Turangga tampak tergesa-gesa. Ia sepertinya sedang dikejar oleh seseorang. Tampak di belakangnya, dua orang bersetelan biru lengkap dengan kacamata biru berlari dibelakangnya. "Turangga, serahkan dokumen itu!" teriak salah satu orang bersetelan biru tersebut. Turangga tak menggubris ancaman orang itu, ia tetap berlari. Akhirnya, Turangga lepas dari kejaran orang-orang tersebut.

Turangga akhirnya sampai di Kantor ISR di Jalan Perintis Kemerdekaan. Ia mencari seseorang, seseorang yang dikenalnya. Dengan tergesa-gesa, ia bertanya pada salah satu pegawai yang lewat. "Mas, Pak Taksaka ada tidak?" tanyanya. Pegawai tersebut mengangguk sembari menunjuk kantor Taksaka, Dirut ISR saat itu. Turangga langsung berlari menuju kantor Taksaka tanpa sempat berterima kasih kepada pegawai tersebut.

Taksaka dikejutkan dengan kedatangan sahabat lamanya itu. "Angga, ada apa jauh-jauh dari Ambarawa datang ke sini?" tanyanya melihat Turangga yang tergesa-gesa memasuki kantornya. "Saka, ini gawat. Ada orang yang ingin mengubah sistem perkeretaapian kita," jelas Turangga. Taksaka yang sedang meminum kopi tatkala langsung menyemburkan kopi yang sudah ia minum. "Mengubah, sistem perkeretaapian?" tanya Taksaka meyakinkan apa yang ia dengar sembari mengelap hasil semburan kopinya barusan. "Iya, dan aku tahu siapa dalang di balik semua ini," jawab Turangga. Taksaka tampak masih terkejut. "Aku mendengarkan," katanya.

Stasiun WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang