Chapter 3

945 35 0
                                    

Seattle, Washington.

3 June 2014

Kemarin Aaron dipanggil ke ruang kepala sekolah, dan berakhir di skors selama seminggu.
Sehingga dia tidak akan masuk untuk beberapa hari ke depan.
Akibatnya aku harus berjalan 2 blok ke sekolah untuk beberapa hari ke depan.

Bertapa bodohnya hanya dengan beberapa kali pukulan bisa membuatmu hampir dikeluarkan dari sekolah.

Ketika aku menyusuri koridor,  Aku melihat Ryan bersandar di depan lokerku, sembari melipat tangannya. Dia menatapku, seolah-olah dia menanti-nanti aku datang untuk mengambil buku di lokerku. "Yo, Chloe Wright. Apa  kabar babe?" Dia menjulurkan tangan di sekitar bahuku.

"Aku bukan babe-mu." Aku menyingkirkan tangannya dari bahuku. Aku dengan cepat memutar kombinasi loker, mengambil buku kimia ku, dan menutupnya kembali.

Aku berbalik badan. "Relax, Chloe," katanya. Dia berdiri tepat didepanku. Menghalangi jalanku. "Aku hanya ingin kau pergi ke pesta prom bersamaku. Mau kah kau?" Dia tiba-tiba berlutut, memegang tanganku. Tapi tidak menciumnya.

"Apa yang kau lakukan kemarin benar-benar tidak bisa dimaafkan," ucapku. Membuang muka, kemudian lanjut berjalan.

Dia menarik tanganku dari belakang. Aku tidak tahu apa yang membuatnya begitu keras kepala. Dia berkata, "Aku memang tidak begitu suka dengan teman-temanmu. Tetapi kau adalah pengecualian. Kau mempunyai mata  biru yang menawan. Rambut pirang. Dan bibir yang begitu indah. JADI MAUKAH KAU PERGI KE PESTA PROM BERSAMAKU?"

Sesaat, semua orang di koridor tidak bersuara, dan tempat ini tak pernah begini sunyi. Semua pandangan tertuju kepada kami. "Biarkan mereka jadi saksi cinta kita, Chloe!" Tidak memerlukan waktu setengah detik bagiku untuk menamparkan buku kimia seberat 2 ton ke mukanya tepat setelah dia menyelesaikan kalimatnya.

Ryan Cruz adalah murid senior sama sepertiku. Namun dia paling berkuasa di angkatan. Kapten tim basket, digemari hampir 90 persen perempuan di sekolah kami. Bukan tipe orang yang kauduga akan jatuh cinta denganku. Dan bagian yang terburuk dia adalah mantan pacarku di kelas sepuluh. But he's a good kisser tho.

Oh, and I haven't told you his little secrets.

Dia adalah pembully kelas kakap, yang membully semua teman-temanku. Dia orang pertama yang melakukan adegan 'dirtbike trough hallway', which is mean, dia mengendarai motor trail penuh lumpur di koridor yang menimbulkan bunyi nyaring seantero sekolah. Dan pada akhirnya dia berakhir dengan di skors selama 2 minggu. Yang lebih parahnya lagi dia mengencani hampir semua murid junior disekolahku. Dan sekarang dia mencoba kembali kepadaku. Seriously Ryan? What the hell.

***

The best part of the story has just begun.

Get ready.

I Was Quiet, But I Wasn't BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang