Lana - part 14

68 7 4
                                    

Semalaman hujan deras mengguyur kota Yogyakarta. Udara terasa dingin meskipun Lana sudah mematikan AC. Lana semakin mengeratkan balutan selimutnya seketika seseorang mengetuk pintu kamar Lana.

Dengan malas Lana turun dari tempat tidur lalu membuka pintu dan dilihatnya Erick sudah berpakaian dengan rapi, celana jeans, kaus dan jaket.
"Pagi-pagi begini kamu mau ke mana Rick?"

"Saya mau balik ke Jakarta Lan. Mobil travel akan jemput di depan sebentar lagi," jawabnya lalu membalikkan badannya berjalan ke meja bar.

Lana mengikutinya lalu ke dapur mengambil sebuah cangkir.
"Kalau kamu sibuk, nggak usah sering-sering ke sini. Biar saya saja yang ngurusin kerjaan. Saya akan rajin kirim laporan ke kamu. Kamu ke sini kalau ada yang penting saja."

"Maunya sih begitu. Tapi nggak bisa Lan. Saya merasa kangen, pengennya ke sini terus." Erick mengoles roti gandum dengan selai blueberry kesukaan Lana.

"Iya Rick. Yogyakarta memang ngangenin." Lana mengambil sekantung teh hijau lalu menyeduhnya.

"Yogyakarta memang ngangenin, tapi aku lebih kangen sama kamu. Pas sudah ketemu, saya malah takut dekat dengan kamu. Takut kebablasan." Erick membatin.

Ada pesan wa di ponsel Erick yang langsung dibacanya.
"Mobil sudah datang Lan, saya pergi dulu." Erick menghabiskan roti dan tehnya.

"Oke Rick, hati-hati di jalan," sahut Lana.
-
-

Hari ini Lana tidak berenang karena air kolam dikosongkan, bila udara panas, abu di sekitar kolam renang masih banyak yang berterbangan tertiup angin. Tapi hujan deras semalam membuat udara jadi bersih dan tidak ada abu yang beterbangan, hanya saja, abu dan pasir yang bercampur air hujan berubah menjadi lumpur.

Lana memutuskan untuk berolahraga joging di luar kompleks kondominium dan mampir ke pasar untuk membeli sarapan dan stock makanan selama seminggu. Setelah dirasa semua sudah terbeli, Lana memilih pulang naik becak karena barang belanjaannya cukup banyak.

"Tarik kaaang...." seru Lana riang, becak pun mulai bergerak.
Sudah lama sekali Lana tidak naik becak, ia pun berfoto ria dan bervideo ria di dalam becak sambil bernyanyi lagu 'becak' lalu dishare ke medsos. Tak lupa Lana juga membagikan fotonya di balkon dengan latar belakang gunung Merapi yang sedang meletus.

Lana terus-menerus melihat foto dan video yang baru saja ia bagikan ke medsos. Komentar-komentar mulai bermunculan.

"Hai Milana, sedang jalan-jalan ya?"

"Kamu masih kelihatan seger saja Mil, BB berapa?"

"Aduuh.. kasihan Abang becaknya."

"Becaknya kelihatan kecil banget."

"Mudah-mudahan nggak ada jalan yang menanjak."

"Becaknya pasti nggak kuat ngebut."

"Jangan jauh-jauh Mil, kasihan abangnya."

Dan masih banyak lagi komentar-komentar lain. Anehnya tidak ada komentar tentang latar belakang fotonya. Padahal Lana membagikan foto dan video tersebut untuk memamerkan keindahan alam Yogyakarta. Ternyata teman-temannya lebih fokus ke tubuhnya yang besar. Lana memutuskan membalas komentar mereka.

"Helloooww.. saya update status buat pamer momen-momen langka kelees... Bukan pamer penganiayaan abang becak! Ini baru naik becak di Indonesia yang pakai sepeda, apa komentar kalian kalau saya naik becak di Hongkong?"  Lana gregetan.

"Lihat, berat badan saya sudah turun se-ons seminggu. Saya akan update lagi tahun depan!"

Lana turun dari becak dengan ekspresi wajah yang abstrak. Kesal, gemes, gregetan, manyun selama setengah jalan. Ya, bukan sepanjang jalan tapi setengah jalan. Ditambah tangga nan tinggi yang ia lupakan keberadaannya ketika berbelanja tadi.

"Oh Tuhan, andaikan tangga bisa berubah jadi lift."
"Saya menyesal belanja banyak-banyak, sudah berat, harus naik tangga pula."

"Lain kali kalau ke pasar, saya belanja secukupnya saja, selebihnya pesan online ke sepupunya Kiki."

Bisa dibayangkan bagaimana repotnya Lana yang naik tangga dengan membawa banyak barang belanjaan. Kalau dibawa setengahnya dulu, maka setelah sampai atas, ia harus turun lagi untuk membawa sisanya.

"Mbak, saya bantu ya?" Seorang pria paruh baya yang sedang membawa sapu menawarkan bantuan. Ia seorang petugas kebersihan di gedung timur kondominium.

"Pak Jojooo.., you are my Hero, malaikat penolongku. Engkau bagaikan hujan yang turun di tengah gurun. I love you so much. Iya pak. Tolong bantu saya." Dengan semangat Lana menaiki tangga dengan membawa barang belanjaannya dibantu oleh pak Jojo.

Jangan tanya lagi, Lana adalah orang yang murah hati. Dia sangat menghargai tenaga orang yang membantunya. Hal itu membuat Lana menjadi pribadi yang menyenangkan.

"Nyampeee.. cukup sudah kesusahan untuk pagi ini." Lana menarik nafas dalam lalu mengeluarkannya melalui mulut dalam satu detik.

"Terima kasih pak Jojo, my Hero, my angel. Semoga bapak sehat dan bahagia selalu bersama keluarga." Lalu Lana memberikan salam tempel pada pak Jojo.

"Amin. Sama-sama mbak, semoga berkah." Pak Jojo membalas doa Lana.

Lana sampai di kondonya dengan selamat lalu dengan tergesa-gesa membereskan semua belanjaannya dan bersiap-siap ke pabrik gula.

-
-

Sampai di kantor, sudah ada Ferly, karyawan  kantor,  para manajer dan supervisor serta beberapa satpam.

Hari ini semua buruh dan pekerja kebun masih diliburkan karena pabrik belum bisa beroperasi. Setelah hujan deras semalam, pohon-pohon tebu sudah bersih dari abu, namun keadaan jalanan dan tanah menjadi sangat licin dan berbahaya.

Para manajer sedang mendiskusikan bagaimana cara membersihkan abu yang sekarang menjadi lumpur. Mereka memutuskan, selama dua hari ke depan, semua buruh laki-laki dikerahkan untuk membersihkan lumpur dari jalanan di sekitar pabrik dan perkebunan tebu. Sedangkan buruh perempuan ditugaskan membersihkan jendela-jendela dan peralatan kantor dan pabrik di dalam ruangan. Ferly bersedia memberikan upah insentif kepada mereka.

Bersambung...

JODOHKU MANA? (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang