Lana - part 20

97 7 3
                                    

"Bang Daniel mana?" tanya Lana dengan suara serak sedikit merintih.

"Ssssh.. kamu jangan terlalu pikirkan, nanti saya akan mencari Daniel untuk kamu. Tapi kamu harus tersenyum dulu ya?" Erick berusaha menenangkan Lana, ia tidak mau Lana kembali depresi karena memikirkan Daniel.

Lana terdiam, ia masih ingat bagaimana hubungannya dengan Daniel yang manis dan mesra. Ia merasa sangat bahagia bersama Daniel, merasakan cinta yang baru saja didapatnya setelah bertahun-tahun mencari jodoh. Namun Lana juga masih ingat bagaimana Daniel meninggalkannya tanpa kata perpisahan. Sebulir air matanya jatuh.

"Tidak usah, Rick. Saya pernah janji pada diri sendiri kalau ini yang terakhir. Saya tidak akan mengejar-ngejar jodoh lagi, mulai sekarang, saya akan membiarkan jodoh yang datang pada saya." Lana menghapus jejak air matanya lalu tersenyum.

Erick ikut tersenyum, ia bisa melihat kalau Lana akan baik-baik saja.
"Kamu bisa duduk kan Lan?" Dengan lemah Lana berusaha untuk duduk dibantu Erick.

"Erick, can I have your shoulder?"

"Of course."

Erick duduk di samping Lana, dan membiarkan Lana memeluknya, air matanya kembali menetes lalu menangis tersedu. Selama menjadi sahabat, perasaan nyaman yang Lana rasakan dari Erick dulu tidak sama dengan yang sekarang Lana rasakan. Dulu Lana merasa nyaman bersama Erick seperti kakak yang melindungi adiknya. Tapi sekarang ada perasaan beda, rasa ingin memiliki.

"Terimakasih Rick," gumam Lana. Erick membelai rambut Lana.

"Terimakasih karena sudah menjadi sahabat, terimakasih sudah menjagaku selama hidupku, terimakasih atas perhatianmu yang tulus, terimakasih atas cinta yang baru kusadari. Betapa bodohnya aku menjadi wanita yang tidak peka akan cintamu." Lana melepaskan pelukannya, sekarang ia sudah merasa jauh lebih lega.

-

Dengan kursi roda, Erick mengajak Lana keluar kamar dan jalan-jalan menghirup udara segar di taman rumah sakit. Setelah itu Erick mendorong kursi roda yang diduduki Lana menyusuri lorong menuju kantin yang berada di samping gedung rumah sakit..

"Kamu tidak kangen dengan junk food?" tanya Erick dengan riang dan canda.

Lana tertawa atas tawaran Erick. Dulu ia tidak pernah menolak makan apapun. Ketika ia memutuskan untuk diet, pada awalnya, ia dengan berat hati harus menolak semua makanan yang berlemak dan yang manis.

"Lihat badan kamu Lan, kamu sangat menyedihkan. Badan kamu hanya tinggal tulang dan kulit. Ditiup angin kamu pasti terbang seperti layangan. Kamu butuh asupan gizi yang cukup. Tidak, dengan kondisi tubuh yang seperti ini, kamu butuh asupan gizi yang lebih dari cukup." Perkataan Erick membuat Lana tertawa.

Erick memesan banyak jenis makanan ala-ala barat yang mengandung banyak krim, susu dan keju.

"Rick, kamu tidak takut gendut lagi?" tanya Lana yang mengamati Erick makan dengan lahap.

"Tidak, kita boleh makan apa saja termasuk makanan yang berlemak asalkan jangan terlalu sering, hanya untuk menghibur diri dan sekali-kali memanjakan lidah. Lagi pula, olah raga sudah menjadi kegiatan rutinku, itu yang terpenting. Jadi aku tidak takut gendut lagi."

-

Lana sudah boleh pulang dari rumah sakit setelah dua minggu dirawat. Ia masih harus melalui tahap pemulihan karena tubuhnya masih lemah. Diana mamanya, akan tinggal bersama Lana sampai Lana benar-benar sembuh dan bisa kembali bekerja.

Erick setiap sore selalu menyempatkan diri menjenguk Lana di kondominium. Ia menghibur dan membantu Lana menyembuhkan luka hatinya.

Untuk sementara, Erick tinggal di roof top ruko, di kamar pribadi milik Adi. Erick juga mengerjakan semua pekerjaan Lana selama Lana tidak bisa kerja karena sakit.

Tapi, belum ada seminggu Lana keluar dari rumah sakit, Diana membawa Lana pulang ke rumah mereka di Jakarta. Diana yang sudah cukup berumur, tidak sanggup tinggal di kondominium tanpa lift.

-

Selama Lana di Jakarta, Erick tidak lupa bervideo call dengan Lana setiap malam. Lana sudah kembali sehat dan segar, bahkan ia juga sudah berolahraga dengan rutin.

Melihat kondisi anaknya yang sudah sehat, Diana mengajak Lana jalan-jalan ke kebun binatang Ragunan. Mereka berkeliling kebun binatang dengan sepeda double Sadle yang mereka sewa. Kebun binatang ragunan merupakan salah satu tempat wisata yang udaranya lebih segar dan sejuk daripada tempat wisata lainnya di Jakarta.

Bersepeda di antara pohon-pohon tinggi dan rimbun, burung-burung berterbangan sambil bercicit cuit dan disaksikan oleh hewan-hewan dalam kandang, memberikan sensasi yang unik. Kegiatan ini sangat menyenangkan.

Mereka sampai di danau, dan duduk-duduk di atas tikar yang mereka sewa. Angin yang menerpa wajah terasa sejuk. Mereka menikmati pemandangan danau sambil makan rujak.

"Lana sayang, bagaimana keadaan kamu sekarang?" Diana ingin tahu apakah Lana masih memikirkan Daniel atau tidak.

"Lana baik ma, mama lihat sendiri kan?"

"Maksud mama, keadaan kamu untuk hal pacar. Apakah kamu akan mencari Daniel atau mencari pacar baru?"

Lana tersenyum, "Sudah cukup ma, Lana sudah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta dan bagaimana rasanya patah hati. Lana yakin suatu saat Lana pasti akan kembali merasakan jatuh cinta. Dan Lana sudah banyak belajar, jadi Lana tidak takut bila nanti patah hati lagi."

"Anak mama hebat. Tapi pertanyaan mama belum kamu jawab."

"Eh iya, pertanyaan yang mana?"

"Kamu mau mencari Daniel atau mencoba membuka hati untuk pria lain?"

Lana menggeleng. "Tidak ma, Daniel adalah pria terakhir yang Lana kejar. Lana hanya mau menunggu, siapa pun pria itu, Lana tidak mau mengejar-ngejar jodoh lagi."

"Kalau mama jodohin, kamu mau?"

Lana menoleh ke mamanya seraya menaikkan sebelah alisnya karena penasaran.

"Teman mama sudah lama menginginkan kamu jadi menantunya. Dan disambut sangat baik oleh anaknya."

"Erick?" Lana menebak maksud mamanya.

Diana tersenyum seraya mengangguk. "Ternyata mudah ditebak ya? Erick sejak dulu sudah cinta sama kamu. Waktu kamu masih gendut."

"Dan Erick masih sangat kurus." Sahut Lana  tersenyum.

"Kamu sudah tahu kalau Erick sudah lama cinta sama kamu?"

"Waktu itu Lana belum tahu, Lana merasa sayangnya Erick buat Lana karena kita sudah seperti keluarga. Bahkan Lana menganggapnya sebagai saudara kembar."

Diana tertawa membayangkan dulu Lana yang putih gendut dan Erick yang hitam kurus sebagai saudara kembar.
"Lalu, kapan kamu mulai sadar kalau Erick cinta kamu?"

"Waktu di rumah sakit. Setelah Lana sadar dan keluar dari depresi. Lana lihat ternyata ada cinta di matanya. Sorot mata yang sama dari dulu."

Lana memang sempat mengalami depresi. Namun belaian tangan Erick di kepala dan jemarinya, membuat ia sadar bahwa jatuh cinta dan patah hati sudah biasa terjadi di dunia ini dan sudah biasa dialami oleh banyak orang. Ada yang biasa saja dan tidak ambil pusing dengan patah hati, ada yang berhasil keluar dari keterpurukan seperti Lana, dan ada pula yang sampai bunuh diri.

"Jadi bagaimana? Kamu mau mama jodohin sama Erick?"

Lana tersenyum dan mengangguk malu-malu. Pipinya merona merah.

"Kalau begitu, mama akan hubungi Tante Merry. Kalau bisa, secepatnya kalian menikah. Ingat! Umur kamu sudah 27 tahun."

Lana tersenyum mendengar mamanya yang cerewet.

Bersambung..

JODOHKU MANA? (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang