Lana - part 15

81 9 0
                                    

Di area sekitar pabrik, di dalam rumah kaca dekat rumah tua, Lana sedang menghabiskan waktu istirahatnya bersama Tante Anna dan Ferly.

Tante Anna menanam berbagai macam tanaman sub tropis di dalam rumah kaca. Dipetiknya buah anggur, strawberry dan blueberry lalu ditimbang masing-masing satu kilogram. Ia juga memetik satu buah melon dan beberapa jambu kristal. Hanya kurang apel dan pir. Lana punya rencana membuat salad buah untuk kencan bisnis berikutnya.

Ponsel Lana bergetar, dilihatnya Adi memanggil.

"Hai Lan, apa kabar? Ada berita bagus nih."

"Berita apa Di?" tanya Lana sambil memakan buah blueberry.

"Saya sudah dapat ruko, lokasinya bagus banget."

"Oh ya? Kapan saya bisa lihat? Nanti sore bisa?"

"Bisa, sekitar jam empat atau lima sore."

"Oke, pulang kerja saya langsung ke sana, share lokasi ya Di!"

-
-

Lana sudah sampai di ruko yang Adi maksud. Rolling door terbuka setengah untuk akses keluar dan masuk ruko. Lana masuk ke dalam ruko, dilihatnya Adi Sedang berbicara dengan dua orang pria dan wanita keturunan Tionghoa.

"Selamat sore," sapa Lana.

"Hai Lan," Adi membalas sapaan Lana. "Kenalkan ini bapak dan ibu Wijaya, pemilik ruko sebelumnya. Dan ini Lana."

"Hai mbak Lana," sapa ibu Wijaya.

Lana tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Jadi ini ruko yang akan disewakan ya Bu?" tanya Lana pada ibu Wijaya.

"Kalau disewakan sebenarnya saya tidak tahu, karena ruko ini sudah bukan milik kami lagi." Pertanyaan Lana dijawab oleh pak Wijaya.

"Maksudnya?" Lana menatap heran ketiga orang di depannya bergantian.

"Ruko ini sudah ada yang beli. Mas Adi pembelinya. Baru saja semua urusannya selesai. Saksi-saksi jual beli juga sudah pulang."

Mulut Lana menganga, sorot matanya menunjukkan kalau ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Serius Di?"

Adi mengangguk dan tersenyum.

"Sekarang kami mau pamit pulang. Mas Adi, terimakasih atas kerjasamanya. Semoga bisnis mas Adi di ruko ini berjalan dengan lancar dan sukses. Mari mbak Lana." Mereka saling berjabat tangan.

Bapak dan ibu Wijaya sudah keluar ruko, sedangkan Lana masih berdiri. Ia masih tidak percaya. "Adi beli ruko?"

Sesaat, Adi sudah berdiri di depan Lana yang masih bengong.

"Lan. Kamu nggak apa-apa?"

Seketika Lana sadar. "Kok kamu beli ruko? Anggaran kita kan bukan untuk beli ruko, tapi untuk menyewanya."

"Iya Lan, kalian bisa sewa ruko ini dengan harga murah. Saya dari dulu memang ingin membeli ruko karena saya ingin buka usaha jasa pengiriman barang."

Lana mengernyitkan dahinya masih bingung.

"Lantai dasar ini akan saya gunakan untuk usaha pengiriman barang. Dua lantai di atas bisa kita pakai untuk usaha properti kita." Adi menjelaskan dengan antusias.

"Untuk biaya sewa ruko, saya tawarkan setengah harga dari harga pasaran."

"Mmm.. Lantai atas? Perfect banget. Another stairs. Program diet saya bakalan mulus. Target satu tahun langsing, dengan tambah tangga, bisa jadi enam bulan saya sudah langsing. Pertama Erick dengan Kondo di lantai tiga, sekarang kamu dengan ruko di lantai atas."

Adi mendengarnya dengan senyam-senyum tidak tahu Lana sedang senang atau kesal.

"Ya sudah Lan, nikmati saja. Nanti juga biasa." Adi mencoba menghibur.

"Tadi kamu ketemu Ferly? Bagaimana kabarnya?"

"Dia baik, hanya sering melamun."

Adi menghembuskan nafasnya kasar. Jari-jarinya menyugar rambut lalu berkacak pinggang, matanya menatap langit-langit. Adi merasa sangat bersalah atas kesakitan yang Ferly rasakan. Tapi Adi tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa menunggu keputusan dari Ferly.

"Jadi, ruko yang mau kita gunakan seperti apa penampakannya?" Lana yang tahu situasi hati Adi langsung mengalihkan pembicaraan.

"Oh iya, yuk ke atas!" ajak Adi.

Adi mengajak Lana ke luar ruko lalu membuka pintu yang ada di samping. Dibalik pintu tersebut terdapat lorong yang panjangnya hanya tiga meter, lebar 100 cm dan langsung dihadapkan dengan tangga.

"Tuhan pasti sangat sayang sama saya, ketika saya ingin langsing, Ia memberikan kemudahan dengan hadirnya tangga ini." Lana menerima kenyataan dengan bersyukur.

"Amin," sahut Adi dengan kedua telapak tangannya menengadah ke atas.

Mereka menaiki tangga dan Lana diperlihatkan ruangan ruko yang cukup luas dan sudah rapi hanya tinggal memberikan sekat untuk beberapa kubikel. Demikian juga di lantai tiga, kurang lebih kondisinya sama. Sedangkan di roof top, terdapat ruangan yang akan Adi gunakan untuk kamar pribadinya.

Lana berdiri dengan kedua tangan memegang dinding setinggi satu meter yang berfungsi sebagai pagar dan pelindung. Lana melihat-lihat keadaan depan ruko dari atas. Parkiran yang luas, tempat strategis, akses jalan dan fasilitas umum mudah dijangkau. Tempat ini sangat bagus untuk berbisnis.

Di kompleks ruko ini terdapat berbagai usaha, mulai dari kuliner, supermarket, toko mainan, karpet, elektronik, handphone, toko buku, toko baju, bank, apotek dan lain-lain. Di seberang ruko terdapat pasar tradisional dan terminal bis. Lokasi ruko ini memang sangat cocok untuk berbisnis.

Besok, mereka berencana akan berkencan bisnis di ruko ini untuk membahas renovasi dan menata ruangan dengan perabotan dan peralatan kantor.

-
-

Sabtu siang, Lana datang ke ruko dengan membawa salad buah dan lemper. Didit dan Adi sudah ada di lantai atas. Mereka sedang duduk di kursi tamu yang terbuat dari kayu ukiran, juga terdapat meja kayu berbentuk persegi.

Pembahasan mereka kali ini untuk membuat denah tata ruang ruko tersebut. Selain itu, mereka sepakat untuk memulai membuka lowongan kerja untuk berbagai posisi seperti arsitek, pengawas dan pekerja bangunan, staf administrasi, staf marketing, petugas keamanan dan posisi lainnya yang diperlukan. Bila semua syarat sudah dipenuhi maka bisnis mereka bisa memperoleh legalitas menjadi sebuah perseroan terbatas.

Kencan kali ini Erick tidak datang, karena ia akan mengunjungi orang tuanya di Timor Leste.

Bersambung...

JODOHKU MANA? (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang