20. Veela

6.4K 1K 164
                                    

20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20. Veela

Dua mata sang gadis berpendar menyala seperti sebuah silika memandangi langit malam. Tirai putih bergelombang terembus angin, membawa ujung gaun tipis biru pucat Hinata mengalun lembut bermain-main.

Malam ini terasa lebih dingin daripada malam-malam sebelumnya. Tapi tak mampu untuk membuat Hinata beranjak dari sisi jendela.

Dua hari berlalu sejak kejadian di pemandian itu. Dan hingga sekarang Hinata belum bertemu dengan Sasuke. Hinata sendiri pun memang jarang keluar. Dia selalu mengurung diri di kamar.

Mood Hinata tak terlalu baik, dia benar-benar menjadi lebih pendiam. Bahkan kini rasa sakit mulai menyerang kepalanya. Ada begitu banyak hal yang Hinata pikirkan dan tak kunjung mendapat titik terang.

Rerumputan turut membius jiwa bersama dingin malam. Mengikuti beku diamnya mencoba tersenyum. Malam ini adalah bulan berdarah itu terjadi. 

Lihatlah di atas sana, di antara gelapnya langit malam--Bulan bersinar dengan cahaya kemerahan.

Seakan bulan kini tengah diselimuti darah. Hinata bahkan dapat mendengar lolongan-lolongan serigala dikejauhan sana. 

Bulan berdarah biasanya terjadi seratus tahun sekali, beruntung Hinata dapat melihat setidaknya sekali dalam hidup. 

Dia mengamati dengan mulut yang sedikit terbuka bagaimana cahaya dari bulan itu menyebar luas kepada langit malam. 

Menunduk, Hinata memutuskan untuk pergi ke dapur. Dia haus, dan persedian air di kamarnya sudah tandas. 

Jam menunjukkan pukul dua dini hari, lampu-lampu kastil sudah dimatikan, hanya menyisakan lampu dinding yang memancarkan cahaya temaram. 

Hinata melangkah dengan begitu hati-hati menuruni tangga dan menuju dapur. Sesampainya di sana, Hinata mengambil segelas air dan meminumnya. 

Ah, lega sekali rasanya kala segarnya air itu menyentuh tenggorokannya yang kering. Hinata kembali meletakkan gelas di atas meja dan melangkah untuk kembali ke kamarnya. 

Suasana malam di kastil memang selalu sepi, tak urung, seluruh pelayan sedang terlelap. Apalagi pelayan disini juga tak seberapa, total hanya lima orang, itupun kerja mereka selalu bergantian.  Dan Rui adalah yang paling Hinata kenal--setidaknya di antara kelima pelayan itu. 

Jemari kirinya mengangkat sedikit dress putih vintage yang tengah ia gunakan, melangkah menaiki tangga dengan hati-hati. 

Sesampainya di bagian paling ujung tangga, Hinata sudah akan melangkah menuju kamarnya sebelum netra bulannya menangkap secercah cahaya yang berasal dari kamar tidur Sasuke yang tak terkunci. 

Cahaya remang-remang keluar darisana, pintu terbuka sedikit membuat kening Hinata berkerut. Tak biasanya Sasuke membiarkan kamarnya terbuka begitu saja. 

White Lotus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang