« 11. begin »

690 62 5
                                    


"Minta tolong apa?"

Pergelangan tangan yang dihiasi dengan gelang berlogo kumon itu menyondorkan sebuah amplop coklat di atas meja, pandangan genit yang tadinya sedang main mata dengan seorang bartender itu sontak melirik tajam tak terima kegiatannya diganggu.

"Anything about Kevin."

Gadis berponi itu menyunggingkan seringaian kecil, kembali mengingat semua rencananya yang sudah ia siapkan beberapa hari terakhir.

"Tapi ya, dari sepengamatan gue, kayaknya apa yang lo omongin tentang Kevin tuh gak..."

"Dia ngerebut Asahi dari gue dan lo bilang dia gak salah? Gitu? Lo tau sendiri gimana terpuruknya gue waktu semua orang lebih ngebela dia bahkan sampe Asahi sendiri... Asahi sendiri bahkan..." ucapannya tak jadi berlanjut, gadis itu malah menitihkan air mata, membuat orang yang duduk di sebelahnya itu jadi tak enak hati.

"Eh sorry, bukan gitu maksud gue...sorry banget."

.

.

.

"Anda sudah pulang nona?"

Suara percakapan dari lantai bawah membuatnya jadi membuka mata dan buru-buru beranjak dari rebahannya. Ia berlari kecil menuju ke arah tangga menunggu si pemilik rumah yang baru pulang dari acara jalan-jalannya.

"Dari mana aja lo?" tanyanya dengan nada menginterogasi.

Yang di tanyai malah melengos, tak menggubrisnya, bahkan tak memandangnya barang sedetik pun.

"Winter!"

"Apa sih Yosh! Lo tuh emang dari orok sukanya ikut campur urusan orang mulu deh keknya! Penyakit tuh!" ujar Winter kelewat sebal dengan tingkah Yoshi yang sok mengatur kehidupannya.

Yoshi mengeratkan kepalan tangannya. Anak ini...

"Apa? Lo juga mau mukulin gue kaya pak tua sialan itu? Iya gitu? Mau mukul gue?!" jerit Winter memancing emosi Yoshi. "Kalian sama aja. Jangan kira lo baik-baikin gue sekarang gue bakal luluh sama kelakuan bejat kalian!"

Winter melangkah, sengaja menabrakkan diri ke pundak Yoshi lalu masuk ke kamarnya setelah membanting pintu kamarnya keras-keras.

Yoshi menghela nafas panjang, tak habis pikir dengan sifat emosian Winter yang seperti anak kecil itu ternyata sama sekali tidak berubah selama dua tahun ini.






















Sekarang hampir jam delapan kurang sepuluh menit. Harusnya dia sudah datang kan? kenapa sampai sekarang masih belum kelihatan batang hidungnya?

Disaat Kevin sibuk cemas memikirkan kemana Asahi pergi ia sampai tak sadar kalau wali kelas mereka sudah datang dan hendak memulai absen kelas pagi.

Dia sakit? atau kabur la—

"Maap pak, tadi saya mampir ke kantor dulu soalnya."

Mendengar suara itu Kevin langsung membalikkan badannya, senyuman lega langsung mekar di wajahnya tatkala melihat Asahi yang berjalan ke arahnya dan duduk di sebelahnya.

"Pagi anak-anak. Bapak absen dulu ya sambil nunggu pengumuman dari sekolah."

"Pengumuman apa pak?"

"Nanti kalian tau."

Perhatian Kevin yang hanya tertuju pada Asahi tak menghiraukan keberadaan wali kelas, ia lebih memilih menanyai Asahi yang kenapa tak bisa dihubungi semenjak semalam.

"Hp gue ilang, jatoh di jalan keknya."

Kevin mengerutkan keningnya sedikit ragu dengan perkataan Asahi yang sedikit mencurigakan. "Berarti lo mau beli hp lagi kan? mau gue temenin?"

Asahi melirik Kevin, "..dipanggil wali kelas tuh."

"YA PAK SAYA KEVIN HADIR!"

Sontak seisi kelas menatap Kevin yang langsung menyengir sambil menundukkan kepalanya malu. Sial, ternyata ia dikerjai oleh Asahi.

Asahi terkekeh kecil, ia mengusak rambut Kevin lalu membisikinya sesuatu.

"ASAHI!!!"

Lagi-lagi Kevin mendapatkan lirikan tajam dari teman sekelasnya.

Aduh.

"Kamu kalo mau ngerusuh mending keluar saja, bantu anak-anak yang terlambat beresin halaman sekolah sana. Bisa diem gak kamu?"

"Ma-maaf pak," ujar Kevin dengan suara pelan.

Jadi mau seperti ini ya permainannya?

"Awas lu nanti."

"Madep depan. nanti diomelin lagi."

.

.

.

Bel pulang berbunyi nyaring tepat saat kepalanya hampir tertantuk ke meja. Mata bulatnya itu terbuka lebar menatap rekan sekelasnya yang satu persatu sudah mulai keluar kelas meninggalkannya yang masih belum kumpul nyawanya.

Bisa-bisanya dia tidur di kelas tanpa ada gangguan dari guru…tumben sekali.

Ia mengerjap mencoba mengumpulkan semua tenaganya dan bergegas merapihkan barang-barang yang masih berserakan di meja.

Buku, tempat pensil, ponsel dan…selipan kertas.

'Lagi-lagi kalo ngantuk bilang gue temenin tidur di luar.'

Bahkan tanpa ada nama penulis ia tau siapa orang ini, tulisannya yang rapi itu sangat gampang dikenali, milik Asahi.

Senyumannya sedikit mengembang tiap kali mengingat sesosok bernama Asahi itu. Sial, kenapa sedari kemarin kepalanya selalu dipenuhi oleh Asahi.

"Kevin? Hai!"

Laki-laki itu tersentak kaget mendengar namanya dipanggil secara tiba-tiba. Ia menoleh ke asal suara dengan wajah bingungnya, keningnya berkerut mendapati gadis yang berdiri di pintu kelasnya dengan senyuman lebar.

[bromance] soulmate | jaesahi • sahijae Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang