C h a p t h e r [4]--Aura wibawa

1.4K 252 6
                                    

okeii aku tau kalo ini sangat-sangat terlambat. udah kemarin-kemarin aku banyak masalah plus tugas yang numpuk.

maklum kuliah online tu ngga enak.

jangan lupa vote dan komentarnyaa

-----------------------------------------------------------

Motor Mitsuya berhenti di parkiran rumah sakit, (y/n) juga ikut turun. Gadis itu mengamati sekitarnya karena rumah sakit ini begitu familiar. Akhirnya dia mengangguk paham karena rumah sakit ini adalah rumah sakit tua yang masih beroperasi di masa depan.

(y/n) mengikuti Mitsuya dari belakang, mengekor seolah Mitsuya adalah induknya dan (y/n) anaknya. Dia melihat parkiran yang ramai dengan orang berbaju hitam mirip dengan geng motor. Langkah Mitsuya yang lebar membuat (y/n) sedikit kerepotan untuk mengejarnya.

Sampai di depan ruang UGD beberapa orang tampak menunggu dan ada yang merenung. (y/n) sedikit canggung dengan suasana ini, dan akhirnya dia memilih duduk sambil mengamati mereka.

Matanya sedikit membulat karena melihat seseorang yang mirip kakeknya saat muda, rasanya ingin berteriak tapi (y/n) masih ingat situasi. Dia menatap lamat seseorang yang mirip kakeknya di masa muda.

"Apa dia kakek? Mustahil! Tapi dia mirip kakek tua itu! Astaga!" gumamnya.

"Mitsuya-san, aku keluar sebentar" ucap (y/n) menarik ujung kaos Mitsuya, laki-laki itu mengangguk mengerti. (y/n) yang sudah mendapat izin langsung berlari keluar. Dia mencari tempat yang sepi untuk merenung.

"Kenapa aku bisa disini!! Astagaa!! Aku ingin kembali!!" frustasinya

"Apa kakek tua itu mengutukku!"

"O bachan! Ojichan! Maafkan cucumu yang cantik ini!" gadis itu menendang-nendang batu yang ada di sekitarnya sebagai pelampiasan.

'TUK!'

Mata gadis itu membulat saat tendangan batunya mengarah ke seseorang bersurai blonde yang sedang duduk di bawah jendela. Perlahan dia mundur untuk kabur.

Belum sempat berlari, orang itu memegang erat pergelangan tangan (y/n). gadis itu cengengesan sambil merengek minta dilepaskan.

"Ano.. maaf aku ngga sengaja. Jadi bisa lepaskan?" laki-laki itu masih tidak merespon ucapan (y/n), karena sebal (y/n) menghempaskan paksa tangan laki-laki itu.

"Ouww sangat merah." (y/n) mengusap pergelangan tangannya yang memerah.

"Sekali lagi aku minta maaf." Nada datar (y/n) terasa menekan. Perubahan sikap gadis itu terlihat jelas membuat laki-laki itu mengerutkan keningnya.

Karena tidak ada respon (y/n) memilih untuk masuk ke rumah sakit lagi. Tapi karena di parkiran dia melihat MItsuya jadi (y/n) lebih menunggu di samping motor laki-laki itu.

"Maaf kalau menunggu lama." Mitsuya menggaruk tengkuknya canggung. (y/n) tersenyum tipis dan mengucapkan tak apa.

"Siapa yang ada di UGD Mitsuya-san?" suara (y/n) memecah keheningan saat motor laki-laki itu melaju membelah jalanan malam.

"Kalau ngga mau jawab gak papa sih, lagian itu urusan pribadimu."

"Temanku. Dia tertusuk saat tawuran tadi." Meskipun ucapan Mitsuya sedikit tidak terdengar gara-gara angin, (y/n) bisa menyimpulkan kalau luka Mitsuya juga gara-gara tawuran.

Kenapa sih laki-laki suka berkelahi? Apa itu seru?

"Mitsuya-san apa aku boleh bertanya satu hal lagi?" Mitsuya mengangguk, sebenarnya (y/n) ingin memastikan hal ini.

"Apa laki-laki berrambut kuning tadi Hanagaki Takemichi?" gadis itu menggigit bibirnya yang bergetar, kalau Mitsuya menjawab iya maka semua pemikirannya akan terjawab.

"Kau kenal Takemichi?" jantung (y/n) berdetak kencang, dia semakin mengeratkan genggamannya pada jaket Mitsuya.

"Aku ngga kenal dengannya, hanya pernah mendengar rumornya." Suara (y/n) bergetar, gadis itu menggigit bibirnya sampai berdarah.

'Hiks'

(y/n) sudah tidak bisa menahan isak tangisnya. Mitsuya yang bingung karena gadis yang dia bonceng menangis akhirnya memilih untuk memberhentikan motornya.

"Huwaaa! O bachan! Ojichan! (y/n) ingin pulang! (y/n) sendirian disini! Aku takutt!!" senggukan tangisannya makin keras. Mitsuya bingung karena selama ini dia ngga pernah melihat seorang gadis menangis. Dia hanya pernah menenangkan adiknya yang menangis.

"O bachan!" sebenarnya Mitsuya ingin tertawa karena (y/n) terlihat lucu saat ini. Dia seperti Mana dan Luna saat menangis merengek meminta permen.

Mitsuya memeluk (y/n) yang masih duduk di motor dan mengusap pungungnya, gadis itu masih menangis sambil menenggelamkan wajahnya.

"Yosh Yosh, jangan nangis lagi." Mitsuya hampir kelepasan tertawa karena gadis itu meracau kalau kakeknya mengutuk dirinya, dia juga mengeluarkan umpatannya untuk sang kakek dan meraung-raung menyebut O bachannya.

Mitsuya teringat saat beberapa jam lalu mendapati (y/n) yang sedang bingung, tapi semua itu tertutupi dengan aura yang berwibawa.

Tapi saat melihat gadis itu menangis di depannya, semua aura wibawanya seolah luntur dengan tangisannya. Mitsuya seperti melihat sosok kecil yang begitu kesepian dalam diri gadis ini, seolah dia di paksa menerima keadaan dan menyuruhnya untuk bersikap dewasa di usia dini. Mitsuya tersenyum dan masih menepuk pelan punggungnya agar dia merasa tenang.

"Ne (y/n)-san, aura wibawamu seolah luntur dengan tangisanmu." Ucap Mitsuya pelan, (y/n) yang mendengar itu melepaskan pelukan Mitsuya.

"Hah! Aku hikss.. itu pernah jadi ketua OSIS. Jadi aura wibawaku masih terasa hikss.. Hump!"

-----------------------------------------------------------

udah segitu aja dulu ehe

aku menglelah tauu.. capekk huwee

Ayo list!! kalian mau ngeharem ke siapa aja

Ayo berhalu ria. kan kalian suka ngeharem ehe

Back To The Past • Tokyo RevengersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang