Pelajaran terakhir telah selesai yang mana membuat seluruh siswa maupun guru berbondong-bondong meninggalkan pekarangan sekolah demi beristirahat di rumah masing-masing, begitupun dengan Semesta yang berjalan gontai menuju parkiran.
tubuhnya sedikit lelah hari ini, maka dengan cepat ia naik ke atas motor miliknya agar bisa pulang dengan cepat. ia sedikit melirik ke arah pos satpam dimana ada Rindu disana, sendirian tanpa teman.
sosok itu tadi terlihat melirik ke arahnya lalu menunduk dalam saat ia membalas tatap namun Semesta tak ingin besar kepala sekarang. ia tak ingin menjadi begitu percaya diri dengan mengartikan tatapan malu-malu itu ditujukan untuknya.
"ngapain malah melamun, pulang" tegur Bian malas.
Semesta terkekeh lalu mulai mengendarai motornya menuju gerbang utama yang letaknya jelas dekat dengan pos satpam. tak lupa ia melontar senyum kecil nan ramah pada Rindu sebelum lanjut keluar dari pekarangan sekolah.
Rindu tampak lucu dengan wajah gugupnya, sosok itu berkedip-kedip dengan cepat lalu seperti tengah menahan napas. Semesta hendak tertawa, namun ia tahan agar tak begitu kentara.
"lucu" bisiknya pelan.
selama perjalanan di atas motor, Semesta sedikit menerka. tentang apa yang sebenarnya telah tuhan rencanakan untuk dirinya saat ini. mengingat Rindu adalah lelaki dan dirinya pun sama.
Semesta tak pernah merasa sesenang ini terhadap anak lelaki sebelumnya, maka Rindu adalah kali pertama ia merasakan kesenangan aneh, debaran lucu dan rasa gemas yang susah dibendung.
"ini kedengerannya agak gila" katanya dengan kekehan sumbang.
Rindu mungkin bisa dibilang hal baru bagi dirinya, yang jelas tak pernah Semesta pikirkan sebelumnya dan pasti tak pernah Semesta sesali kehadirannya. karena berkat Rindu, Semesta kembali bisa tersenyum hanya dengan menatap.
sedangkan Rindu lantas merosot duduk pada kursi saat Semesta telah melaju meninggalkan pekarangan sekolah. hatinya berbunga, jantungnya kacau dan perutnya seakan dipenuhi oleh ribuan kupu-kupu. sialan, ia benar-benar jatuh cinta.
"makan" tegur Ibuk kala Rindu hanya diam menatap nasi berlakukan ayam sambal miliknya tanpa niat menyentuh.
Rindu terkekeh, "Ibuk" panggilnya pelan.
"Rindu gak suka lauknya?" tanya Ibuk heran.
karena setaunya, anak tunggalnya ini jelas sekali menyukai ayam sambal buatannya, ditambah lagi ada sayur kangkung tumis, biasanya Rindu akan lahap makan dan mungkin menambah seporsi.
"suka" balas Rindu pelan.
Ibuk menghela napas, "ada masalah di sekolah?" tanya Ibuk heran.
Rindu terkekeh, "jatuh cinta itu, hal yang biasa kan buk?" tanya-nya takut-takut.
wajah heran ibuk kini berganti dengan raut menggoda, "oh, Rindu jatuh cinta?"
anak semata wayang itu gelagapan lalu menggeleng kencang, "bukan? Rindu cuman nanya aja"
"jatuh cinta itu hal yang biasa, kalau ada rasa yang turun untuk kamu jangan sampai menampik rasa yang datang. coba buat berdamai dan menerima, itu jauh lebih baik dibanding menampik dan menyesal nantinya" kata Ibuk lembut.
Rindu mengangguk, memang benar adanya. walaupun dirinya sedikit takut untuk jatuh cinta pada Semesta, ia tak ingin menampik rasa yang datang karena pada dasarnya ia menikmati semua debaran yang datang, semu merah muda perlahan menguasai wajah coklatnya.
"wajahnya merah, beneran jatuh cinta?" tanya Ibuk menggoda sekali lagi.
tawa milik sang anak meledak dengan kibasan malu-malu, Rindu memilih untuk bungkam seraya mulai meneguk segelas air putih dan menyantap hidangan makan siangnya walau wajahnya masih saja memerah padam.