Untuk pagi ini, ada yang berbeda dari pagi-pagi sebelumnya. Biasanya Semesta akan berjalan pelan, mengendap-endap agar bisa menikmati alunan merdu yang berasal dari Rindu. Namun pagi ini Semesta memutuskan untuk masuk ke dalam kelas tersebut.
Tubuh tinggi itu masuk ke dalam kelas yang telah diisi oleh alunan merdu milik Rindu yang kini menatapnya heran atau mungkin terkejut akan kehadirannya yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas tanpa permisi.
Semesta lantas menunjukan deretan gigi depannya sembari memilin anak rambut yang tengah memanjang di tengkuknya. Ia mendadak malu dan salah tingkah akibat kelakuannya sendiri dan tatapan Rindu.
"Pagi, Semesta?" sapa Rindu yang mulai bangkit dari duduknya serta hendak meletakkan gitar ke belakang.
Semesta gelagapan, "e—Rindu!" panggilnya.
Rindu menoleh, "kenapa?"
"suara kamu bagus, boleh nyanyi lagi gak?" tanya-nya pelan.
Sosok berkulit coklat itu membulatkan mata lalu tergelak kecil saat mendapatkan ekspresi malu milik Semesta. Ekspresi yang mampu menggelitiknya tanpa sadar. Maka kini Rindu mulai berjalan ke depan kembali sembari membawa gitar ditangan.
ia lantas duduk di atas meja paling depan, sedangkan Semesta duduk bersender pada meja guru dan menatapnya lekat sembari tersenyum kecil. Walau semburan malu-malunya masih saja terlihat jelas di mata Rindu. Semesta itu putih, maka kalau memerah pasti tak bisa ditutupi.
"mau lagu apa?" tanya Rindu sejenak.
Semesta mengendik, "apapun itu aku siap denger asal itu suara Rindu"
"apa sih" kata Rindu malu-malu.
tawa Semesta lantas terdengar, mengisi ruang kelas yang hanya ada keduanya saja. Membuat ledakan pada dada kiri Rindu semakin menjadi. Ia memang jatuh cinta pada apapun yang ada di diri Semesta, termasuk tawa berat di wajah cerah itu.
Semesta meredakan tawanya lalu mengigit bibir pelan, "apa aja ndu, tapi kalau bisa lagu Indonesia aja.. biar lebih kerasa feelnya"
"emangnya lagu barat gak kerasa ya?" tanya Rindu heran.
"kerasa tapi agak lambat, soalnya otak harus translate dulu ke bahasa" katanya jenaka.
Rindu membuang muka, tersenyum begitu lebar akibat guyonan aneh milik Semesta. Entahlah ia hendak tertawa namun malu karena kata Saga, tawanya cukup melengking dan menganggu.
"jangan ditahan, ketawa aja soalnya aku suka sama tawa kamu" kata Semesta lagi.
Tidak, Semesta jelas bukanlah hal yang baik untuk jantung Rindu. Walaupun memang jantung ini mulai berolahraga tanpa dirinya harus mengeluarkan keringat dan susah napas di lapangan, tapi tetap saja Rindu sedikit lelah.
"ayo nyanyi ndu" kata Semesta menggoda.
Rindu menghela napas, ia mulai memetik gitar dengan piawai. Menatap Semesta lekat membuat cowok tinggi itu sedikit malu.