Kisah bagi setiap individu tentu saja berjalan dengan beragam cerita, entah dalam versi berkelit maupun simpel. namun bagi Rindu, kisahnya tak lebih dari sekedar ketawaran hati.
sosok dengan kulit coklat yang paling disanjung oleh seluruh warga kelas itu duduk menatap rintik hujan yang turun menabrak lantai parkiran sekolah. langit tampak muram mengikuti suasana hatinya yang tak cerah.
hela napas terdengar darinya berkali-kali sejak satu jam lamanya ia berdiri, kepalanya terus berpikir tentang rasa sedih yang tengah menguasai hati akibat tertampar oleh kenyataan yang belum begitu valid.
menurut kabar burung yang beredar, sosok yang Rindu titipkan separuh hati yang ia punya ternyata telah memiliki seorang kekasih. entah lah, Rindu tak begitu percaya tentang itu, setidaknya sebelum ia mendengar dari sang penarik hati ia tak ingin percaya.
Hujan masih saja mengguyur bumi sejak pagi tadi, sejak wajah Rindu muram. membuat Semesta semakin yakin ada yang tak beres pada sosok lucu itu.
pagi ini tentu saja ia lewatkan dengan cukup hampa tanpa nyanyian merdu itu, siang tadi pun ia tak melihat Rindu di gerai mie ayam maka tak ada tawa manis nan candu untuk hari ini.
lalu sekarang, ia tak melihat Rindu di pos satpam, tak ada jejak sosok itu hari ini. maka Semesta pun ikut redup. ia tak memiliki semangat yang lebih sampai kakinya menapak pada parkiran yang sedikit lenggang.
ia melihat Rindu di sana, bersender pada dinding sembari termenung jauh. mungkin tengah berteduh dari derasnya hujan yang menabrak bumi, masih dengan wajah muramnya dan Semesta jelas terganggu dengan itu.
ia tak suka jika Rindu harus redup, sosok itu selalu dilambangkan sebagai matahari kelas akibat sifatnya yang ceria dan cerah maka Semesta ingin sekali menghibur.
maka dengan niat yang telah terkumpul, Semesta hari ini memutuskan untuk menyapa Rindu. menyapa sosok yang selalu ingin ia genggam setiap saat untuk pertama kalinya sepanjang rasa yang datang.
"gak pulang?" tegurnya berat.
Rindu menjengit, telinganya tergelitik saat mendengar suara dari sosok yang mengusik hatinya sejak tadi pagi itu. lantas ia mendongak demi menatap pahatan rupawan milik pemikat jiwa.
"hujan?" katanya aneh.
sosok itu terkekeh lalu Rindu tak bisa melakukan apapun selain terjatuh kembali akan pesona lelaki yang telah lama ia kagumi secara diam-diam ini. memanglah Rindu pengecut karena takut kata penolakan yang mungkin akan terlontarkan secara gamblang.
sosok itu mengangguk, "bener, hujan kayaknya bakalan awet"
"iya, mungkin" bisik Rindu.
setelahnya hanya suara gemercik air dan beberapa kendaraan yang menerobos hujan lah yang menemani keduanya, oh tentu saja dengan deru jantung milik Rindu yang berusaha sang empu pelankan akibat malu.