Seperti pagi-pagi sebelumnya, Rindu akan datang lebih awal dibandingkan penghuni sekolah lainnya. ia tak memiliki alasan yang jelas, hanya saja berkendara saat jalanan belum banyak yang mengisi akan sangat menyenangkan ditambah udara pagi masih sangat segar sekali untuk dinikmati.
sosok berkulit coklat itu lantas turun dari motor lalu menarik gitar yang selalu ia bawa sebagai peneman dikala jam kosong. dalam perjalanan ke kelas, ia memetik gitar dengan santai, melodi acak yang terdengar pas pada telinga ia mainkan perlahan.
suasana sekolah masih saja sepi, hanya beberapa kendaraan para penghuni kantin lah yang berlalu lalang pada lapangan besar itu. Rindu lantas naik ke lantai dua, tempat dimana kelasnya berada tepat bersebelahan dengan kelas Semesta.
ah berbicara tentang Semesta, sosok itu memang berhasil menarik minatnya sejak kelas 10 dan sedikit banyak pun Rindu tau beberapa fakta dan kegemaran sosok itu.
Semesta itu anak sulung dari dua bersaudara, ia hanya ikut ekskul fotografi karena terlalu malas untuk mengabdikan diri sebagai budak organisasi. kegiatannya sehari-hari hanya bermain game di rumah.
Semesta jarang nyanyi tapi suara beratnya cukup membuat Rindu sulit menapak saat sosok itu telah melantunkan bait-bait dengan merdu nan pelan, sebenarnya suara Semesta adalah candu bagi Rindu namun sayang untuk mendengarkan Semesta nyanyi sangatlah susah.
oh iya, Semesta memiliki banyak teman dari berbagai kalangan. ia sangat terkenal karena memiliki wajah tampan dan sikap yang hangat. Semesta adalah segalanya.
"dan aku suka" bisiknya malu-malu.
kaki itu melangkah lagi setelah sempat berhenti di tengah-tengah jalan guna memikirkan tentang Semesta. kali ini jalannya sedikit cepat.
Semesta yang menahan kakinya tiga meter dibelakang Rindu sejak tadi itu mendesah ringan saat tubuh yang sedikit lebih pendek darinya menghilang dibalik pintu kelas.
"harusnya tadi pura-pura nabrak biar bisa ngobrol" bisik Semesta pelan.
kakinya melangkah pelan saat sayup-sayup suara merdu itu terdengar lagi, kali ini bait-bait khas orang dimabukkan asmara terdengar membuat hati Semesta sedikit terusik karenanya. apakah Rindu kini telah mendapatkan sosok yang ia sukai.
raut Semesta mendadak keruh, ia melengos masuk ke dalam kelas namun telinga tak melewatkan alunan merdu milik Rindu yang selalu candu itu. walau hatinya tetap menerka, karena dari cara Rindu menyanyi jelas sekali tersirat sebuah perasaan yang tengah jatuh cinta.
"siapa" katanya ketus.
Semesta mendadak bad mood, sosok yang sering dielu-elukan itu hanya bisa menopang kepala pada kepalan tangannya lalu tersenyum kecil, ah harusnya ia tak seperti ini. Rindu jelas berhak jatuh cinta karena dirinyapun sama. ia berhak jatuh cinta pada Rindu.
"muka mu kusut, kenapa?" tegur Bian yang baru memasuki kelas.
Semesta terperanjat, "enggak?"
"ada masalah?" tanya Bian lagi yang kali ini telah duduk di atas meja.