15 : Mau

1.5K 361 92
                                    

Pagi ini, hujan masih saja mengguyur kota dengan cukup lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, hujan masih saja mengguyur kota dengan cukup lebar. Membuat beberapa siswa seakan malas untuk sekedar menyibak selimut untuk memulai hari dan pergi ke sekolah demi mendapat banyak ilmu.

Namun hal tersebut tak berlaku bagi Semesta yang ditendang tanpa perasaan oleh Asmara, sang adik dan diantar dengan selamat ke sekolah oleh ayah. Kini, cowok kelahiran April itu hanya berdiri sembari bertopang dagu pada balkon kelas.

Ia menoleh ke bawah saat suara motor masuk menerobos gerbang sekolah dengan cukup beringas. Itu Rindu, yang sempat izin keluar mengambil buku dengan semberono tanpa jaket sama sekali. Semesta sedikit khawatir.

Tubuh itu hampir berlari kencang menuju lantai bawah namun ia menahannya akibat melihat Rindu yang berjalan dalam satu payung dengan salah satu anak cewek sekolah mereka atau bisa dibilang itu adik tingkat yang cukup populer.

Ada rasa tak suka saat wajah cantik itu memerah malu-malu saat Rindu tertawa sembari melontar kalimat mengocok perut khas dirinya. Ah tak bisa dielak, Semesta cemburu buta.

Ia mengerling, berjalan cepat menuju tangga dan berdiri dengan wajah suram disitu. Ia menunggu Rindu untuk naik, sesekali melirik ke arah anak cewek yang masih menunduk malu-malu saat bersitatap dengan Rindu yang tengah menggaruk tengkuknya. Tidak, Semesta tak bisa.

“Rindu..” Tegurnya cepat.

Obrolan dua insan itu terputus saat Semesta mengacau. Rindu menoleh dengan terkejut ke arah tangga dan melirik ke arah anak cewek tadi. Terus menerus seperti itu yang membuat Semesta jengah bukan main.

Semesta lantas membuka jaket baseball biru yang tengah ia pakai, melihat tangan Rindu yang cukup bergetar di balik punggung cowok tinggi itu, Semesta paham jika si karamel tengah kedinginan.

Tak banyak bicara, Semesta melempar jaket tadi sampai menutupi wajah sang teman sebaya. Rindu sedikit oleng, namun ia berhasil menahan beban tubuh agar tak terjungkal ke belakang.

Ia menarik jaket dengan aroma Semesta. Sekarang, Rindu tengah diselimuti oleh aroma segar milik Semesta. Bagaimana ia harus bereaksi dengan kaki yang sedikit bergetar entah karena gugup atau kedinginan.

“itu buat indu, pake ya..jangan dikasih ke anak cewek itu..” Ketus Semesta yang mulai berjalan turun melewati Rindu dan juga cewek tadi.

Rindu berkedip gugup, aduh ia tak paham akan maksud dari kalimat Semesta namun jika Semesta kira ia akan meminjamkan jaket ini pada anak cewek dihadapannya, Semesta jelas salah. Rindu tak akan pernah rela jika aroma ini harus dihirup oleh orang lain, ugh ya bucin memang.

Cowok kelahiran September itu tersenyum canggung, “Makasih ya Joen udah mau repot sepayung sama aku..”

“i...ya kak...” balas Joen dengan cukup gugup karena senyum Rindu yang sangat manis telah tertuju padanya.

“Yaudah kalau gitu, Hati-hati ke kelasnya ya..selamat belajar..” kata Rindu cepat dan langsung berlari hendak mengejar Semesta, meninggalkan Joen yang kini tersenyum lebar bukan main.

Semesta, Aku RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang