1O : Semburan merah jambu

1.9K 453 131
                                    

Rindu mengigit jarinya gugup, sekarang dirinya tengah berada di boncengan motor matic milik Semesta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rindu mengigit jarinya gugup, sekarang dirinya tengah berada di boncengan motor matic milik Semesta. setelah memberi izin agar Semesta boleh menjadi semestanya, sosok tinggi itu memintanya agar pulang bersama dan Rindu setuju.

mengingat hari semakin sore maka angkot pun sepertinya susah untuk dicari, keduanya berkendara dibawah langit yang cukup cerah sehabis hujan. warnanya cantik dan Rindu jatuh cinta.

"Rindu" panggil Semesta.

yang dipanggil sedikit mencondongkan tubuh, "kenapa?"

"panggil aja, soalnya aku suka nama kamu. enak buat disebut terus-terusan" katanya.

Rindu tergelak di belakang, menepuk pundak itu dua kali karena memukul adalah kegiatan yang harus dilakukan saat larut dalam tawa, entah apa tujuannya namun Rindu hanya ingin.

Semesta tersenyum di balik helm, ada rasa senang yang begitu menggelitik saat tangan itu menyentuh bahunya. setiap sentuhan atau pergerakannya yang Rindu berikan membuatnya senang.

"rumah ku nanti belok kanan, warna abu-abu" kata Rindu memberi tahu.

kepala itu mengangguk, "aku tau"

"kok bisa tau?" tanya Rindu sedikit melengking.

ia sedikit heran dengan Semesta yang tampak tahu banyak hal akan dirinya namun ia hanya tau sedikit fakta itupun belum tentu valid. Rindu merengut lalu meninju punggung itu dua kali.

"kenapa?" tanya Semesta dalam tawa.

Rindu menggeleng, "kamu tau banyak tentang aku ya?"

motor berhenti tepat di depan rumah abu-abu milik Rindu, tak meleset sama sekali karena Semesta memang tau alamat sang gebetan dengan benar dan tepat.

"udah aku bilang kan kalau aku ini Semesta yang tau segalanya tentang Rindu" katanya setelah Rindu turun dari motor.

sosok tinggi berkulit coklat lantas tersenyum, "kalau gitu, aku boleh gak jadi Rindu yang tau segalanya tentang Semesta?"

"kalau itu harus sih, kamu harus tau segala tentang Semestanya kamu" kata Semesta serius.

tawa itu lagi-lagi meledak, manis yang tersampaikan membuat Semesta mengulum senyum dalam diam seraya menikmati pemandangan manis di depannya. Rindu tengah tertawa dengan semburan merah jambu pada pipinya.

tangan Semesta tanpa sadar terangkat, mencubit pipi yang menggembil saat tertawa itu tiba-tiba yang mana pemicu Rindu mendadak kaku di tempat.

"kamu-" kata Semesta pelan.

Rindu berkedip-kedip gugup, tak perasaan jika sang ayah tengah mengintip dari balik pagar dengan senyuman yang menggoda. aduh anak semata wayangnya telah beranjak remaja dan malu-malu.

Semesta menarik pipi itu dua kali lalu menggeram, "kamu manis"

"makasih" bisik Rindu seraya menunduk.

Semesta, Aku RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang