Sudah seminggu semenjak aku berbaikan dengan Soojin. Setelah hari itu aku dan dia jadi sedikit akrab. Yah itu lebih baik dari pada kami berdua hanya saling melempar tatapan tajam satu sama lain.
Oh iya tentang Taeyong, aku senang karena sudah seminggu ini dia tak berbuat yang aneh-aneh. Ditambah kita juga jarang bertemu. Entah kemana perginya pria sinting itu aku tidak tahu dan juga tak ingin tahu. Aku juga malas untuk menanyakannya pada Jisso eonnie, lagipula buat apa coba?
Aku terlonjak pelan saat merasa sesuatu yang dingin menjalar dipipiku. Aku menoleh dengan cepat, lalu mendapati Taeyong. Baru aja aku merasa senang karena tak bertemu pria sinting ini, tapi sekarang? Aku tertawa dalam hati. Karena sepertinya takdirku tak pernah mulus. Aku menatap tak minat padanya yang kini malah duduk tepat disampingku.
Karena hari ini moodku bisa dikatakan sedang berbunga-bunga jadi aku malas untuk sekedar berdebat maupun bertengkar padanya. Dia mendorong satu cup minuman rasa Macha kepadaku. Aku menaikan satu alis, dari mana dia tahu aku suka minuman rasa Macha? Apakah dari Jisso eonnie, kemungkinan iya. Mengingat kebiasaan Jisso yang selalu menceritakan apapun tentangku kepada orang terdekatnya.
"Minumlah, aku membelikannya untukmu," ucapnya sambil menyeruput minumannya sendiri.
Aku menatap sekilas pada minuman yang diberikannya padaku. Jujur, aku juga haus sekarang jadi tidak baik jika menolak rejeki yang sudah ada didepan mata kan. Karena itu tanganku terulur mengambil dan meminumnya.
"Makasih," jawabku singkat sambil menatapnya sebentar. Aku baru sadar dia potong rambut. Karena modelnya berbeda dari terakhir kali kita bertemu didepan kelas Jisso eonnie waktu itu.
Dia terlihat lebih keren, tapi sedikitt. Ahh sekarang aku tahu kenapa dia tiba-tiba mendatangiku sekarang. Pasti dia ingin memamerkan rambut barunya itu. Ckckck, dasar Taeyong.
"Kenapa kau menatapku terus dari tadi, aku tampan kan?" Tanyanya menyindirku sambil menaik turunkan alisnya. Dan aku pun berdecak sebal saat mendengarnya. Nah kan dia terlalu percaya diri.
"Biasa saja!" Balasku seadanya, agar pembicaraan ini tidak membengkak kemana-mana yang berujung pertengkaran lagi dan lagi. Aku ingin istirahat berdebat selama sehari saja dengannya. Lagipula aku anggap ini sebagai bentuk pembiasaanku terhadap dirinya, karena sepertinya Jisso eonnie sudah jatuh sejatuh jatuhnya pada pria ini.
"Lis, mau ikut aku nggak habis ini?" Tanyanya padaku yang membuat ku mengerutkan alis.
Aku ingin sekali menolak ajakannya saat itu juga. Tapi karena sedang dalam tahap pembiasaan diri padanya jadi aku menahanya. "Kemana, emangnya kelas kak Taeyong udah selesai?" Tanyaku padanya yang sedang menatapku. Aku sedikit salah tingkah saat dia menatapku seperti itu. Bukan karena baper tapi risihh, aku kayak mau diterkam anjir.
"Ke toko buku, mau beli buku buat referensi tugas. Mau kan? Sebentar kok gak lama."
Aku berpikir sebentar, rasanya ingin menolak, tapi melihatnya menatapku sambil memohon seperti itu aku jadi tidak tega. Jiwa gadis lembutku jadi keluar kan sekarang.
"Kenapa gak sama Jisso eonnie aja?"Dia menghela nafas sebentar lalu menjawabku. "Kelas Jisso selesainya masih nanti sore. Jadi gimana, gak mau nih?"
"Yaudah deh iya, sekali-kali. Asal kak Taeyong jangan mancing-mancing ya selama perjalanan nanti!" Ingatku padanya.
Raut wajahnya pun kaget lalu berubah ceria saat mendengar perkataanku. Dia pun mengangguk semangat.
"Siap, tenang aja. Lagipula kapan sih aku mancing, aku gak suka mancing tau!" Jawabnya tak nyambung dan membuatku mendengus pelan.
"Nanti habis dari toko buku udah gak kemana-mana kan?"
"Kenapa? Kamu mau jalan-jalan dulu sama aku? Oke kalau gitu." Ucapnya sambil menyeringai menatapku.
Aku mencubit nya keras dan membuat dia mengaduh pelan. "Isshh, baru aja dibilangin jangan mancing malah kayak gini. Gak jadi ikut nanti aku kalo kak Taeyong gini terus, sebel tahu gak!" Ucapku sambil mencebik sebal.
Aku terkesiap saat dia malah tertawa keras, nah kan emang sinting. "Tahu gak sih kamu kalo lagi marah gini gemesin banget tahu,"
Aku sedikit kaget dengan perkataannya barusan. Aku menatap bingung padanya yang kini malah asik cengengesan gak jelas. Aneh dia kesambet apaan sih sebenarnya. "Kak, obatnya abis ya? Mau aku beliin sianida?"
"Itu bukan obat, tapi racun! Kamu pengen aku mati?" Tanyanya dengan raut kaget yang jelas sekali dibuat buat.
"Iya biar kak Taeyong mati, terus gak jadi sama Jisso eonnie. Dan aku gak pernah bakalan punya kakak ipar yang sinting plus aneh gaje dan_____"
"Kayaknya bahagia banget ya kamu ngatain aku. Inget aku ini tetep senior kamu, jadi sopan sedikit kenapa?" Ucapnya memotong perkataanku.
"Ya jelas lah kak masa gak bahagia. Kapan lagi kan bisa nyindir kakak tingkat langsung didepan orangnya." Ucapku sambil tersenyum senang melihat raut kesal diwajahnya. Hahaha, gantian aku sekarang yang bikin dia kesal. Biar kak Taeyong ngerasain apa yang aku rasain.
"Ck rela deh aku kamu nistain asal kamu bahagia. Lagi pula jarang kamu senyum dan ketawa gini kalo lagi sama aku. Biasanya pasti ketus terus jutek lecek gitu. Dan aku gak nyangka kamu cerewet juga hahaha." Dia tergelak dan membuatku merengut.
Iya juga, kenapa hari ini aku jadi banyak bicara sama dia. Hadehh otak aku kayaknya lagi ruwet sekarang. "Dih kayak kak Taeyong gak cerewet aja!" Balasku padanya.
"Aku gak cerewet tuh. Cuma sama kamu aja aku cerewetnya."
Aku memalingkan wajahku saat mendengar perkataannya. Entah kenapa rasanya tubuhku mendadak aneh. "Dih kayaknya pengalaman banget ya, buaya!"
"Hmm, aku buaya? Emang kamu pernah lihat aku sama cewek lain selain Jisso?" Tanyanya serius padaku dan membuatku terdiam.
Selama Taeyong dan Jisso eonnie berpacaran. Aku memang tak pernah sama sekali melihatnya dengan perempuan lain. Paling cuman dengan teman-teman cowok satu kelas dengannya. "Emmm___ udah-udah lupain aja, lagipula aku itu sibuk. Jadi gak ada waktu buat mantau kak Taeyong itu lagi bareng sama siapa." Jawabku mengelak karena nyatanya aku memang hanya menuduhnya.
Dia mendengus keras sambil memandangku. "Ngelak aja terus Lis. Kenapa sih perempuan itu kalau kalah waktu lagi debat, pasti ngalihin topik. Ngaku aja kalah susah amat!" Jawabnya yang menbuatku merasa kesal berkali-kali lipat.
"Ishh ya kan kak Taeyong cowok, yang ngalah dong. Kalau gini terus aku beneran gak jadi mau pergi sama kak Taeyong!" Ancamku padanya.
"Ck, iya-iya dari tadi ancamanya itu terus gak ada yang lain. Oh iya pulang dari toko buku nanti makan yuk?"
"Makan apa?" Tanyaku semangat, karena Jisso eonnie pulang sore tentu saja dia tak sempat memasak sebelum berangkat kerja nanti.
"Terserah kamu aja deh, aku ngikut."
Aku tersenyum lebar, "okey kalau gitu nanti kita ke Restoran favoritku. Makananya aku jamin enak-enak deh. Eh tapi! Aku ditraktir gak?" Ucapku mendelik padanya.
Aku membeku sesaat kala tanganya naik mengusap-ngusap kepalaku. "Tenang aja, aku yang bakal bayarin. Kamu tahu gak sih kalo kamu tuh cantik banget waktu senyum Lis?"
"Oppa, Lisa?!"
__________Bersambung________
KAMU SEDANG MEMBACA
Eonnie!
Teen Fiction"Kenapa kesendirian memelukku saat aku mempunyai kalian?" -Lisa "Jika bisa, aku akan menyeret waktu dan memutar balikan takdirku untukmu." -Jisso