"Papa!"
AKU yang memejamkan mata seketika tersentak ketika melihat Elora duduk di depanku. Dia dengan senyumannya yang merekah memandang dengan pandangan tulus. Mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi dan berkata,
"Selamat ulang tahun!"
Air mata menetes tanpa sempat kutahan. Untuk sejenak, aku mematung. Tidak tahu harus bereaksi bagaimana ketika melihat makhluk kecil di depanku yang baru saja bangun dari kematian mengucapkan selamat ulang tahun. Tetapi, tanganku kemudian terulur membelai kepalanya lembut.
"Terima kasih," ucapku dengan nada pelan. " ... dan maaf."
Elora menggeleng, menyentuh lalu menurunkan tanganku, perlahan bergerak turun dari kasur, lantas memeluk kakiku. Sedangkan aku yang melihat semua itu hanya bisa membeku. Padahal, seharusnya aku mencegahnya turun dari kasur karena baru saja bangun.
Lalu, di detik berikutnya aku merasa tubuhku seperti tertarik oleh magnet; membungkuk dan meraih tubuhnya; aku membawa dia ke dalam gendongan. Kedua kakinya melingkar di bagian perut dan bagian punggung belakang sementara kedua tangannya mengalung di leherku.
"Kau sudah baikan?"
"Ya."
"Tidak ada yang sakit?"
"Tidak ada," katanya sembari menggeleng kuat.
"Syukurlah."
Aku mendekatkan kepalanya di dada. Berjalan keluar kamar tanpa melepas Elora dalam gendongan. Semua pelayan yang melihat seketika terkejut dan meneteskan air mata. Sebagian membuka mulut tidak percaya sedangkan sebagian lainnya menjatuhkan sapu dan pel karena syok. Aku mengabaikan semua pasang mata dan melangkah menuju istana utama.
"Papa?"
"Hm."
"Kita mau ke mana?"
"Pulang."
Leocadio sertamerta menyambut begitu melihatku datang bersama Elora. Dia heboh setengah mati dan menyuruh pelayan menyiapkan segala keperluan. Tetapi, aku terus melangkah dan menolak mendengar ocehannya. Berhenti di depan pintu kamar, aku menarik kenop ke bawah, menutup pintu, dan segera mendudukkan Elora di tempat tidur besar milikku.
"Untuk sementara, makan dan tidur di sini dulu."
Dia terlihat bingung tetapi akhirnya mengangguk. Aku sekali lagi menatap dia dan membelai kepalanya. Tidak pernah terpikir bahwa akan tiba hari ketika aku akan bertingkah dan merasakan perasaan seperti ini. Dia yang datang entah dari mana membuatku mengalami hal yang tidak pernah kubayangkan seumur hidup; diterima dan dicintai dengan apa adanya.
Dulu memang benar aku menganggap dia sebagai kutukan dan hukuman; sebagai sebuah eksistensi yang harus dihilangkan demi mencegah kehancuranku. Tetapi, di hari aku terlahir ke dunia ini tanpa sempat menerima kasih sayang, dia memberikan hal itu secara cuma-cuma meski aku mendorongnya pergi bahkan melenyapkannya.
Kini, hukuman yang dikirimkan Dewa adalah sebuah hadiah istimewa yang tidak akan pernah kulupakan. Meski, suatu saat aku akan menemui akhir, itu tetap tidak masalah asalkan dia hidup dengan baik.
***
Duke Astello sertamerta berkunjung ke istana begitu mendengar kabar Elora yang telah siuman. Sembari membawa aneka boneka, makanan yang disukai anak-anak, serta mainan; dia memenuhi kamar tidurku dengan hadiahnya. Aku memaklumi dan membiarkan dia bertingkah kurang ajar sekali ini saja karena mempertimbangkan keadaan Elora.
Selain Duke Astello, para pekerja juga mengirimkan hadiah dan ucapan selamat. Mereka menangis bahagia mendengar satu-satunya putri kekaisaran ini kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elora: My Little Princess
ФэнтезиThe Best Gift From Me to You: Book #1 Kaisar yang baru saja pulang dari medan perang membawa kemenangan bagi negerinya, Adenium, tiba-tiba saja dikejutkan oleh kemunculan seorang anak perempuan kecil berumur 5 tahun dari dalam karung goni milik sala...