TAHUN CCCXIII kalender kekaisaran.
Kaisar Boneka, Robertus IV de Adenium mati setelah mata pedang tertancap di jantungnya. Sementara itu, Ratu Olivia telah lebih dulu ke alam baka setelah kepalanya terpisah dari badan. Singgasana menjadi basah dan lembab karena darah kedua orang tersebut meluber ke segala arah dan terciprat ke mana-mana; termasuk di wajah dan pakaianku.
Aroma anyir dan amis yang memenuhi istana utama justru wangi dan menyegarkan; membuat suasana yang selama ini bising akhirnya damai. Senyumku merekah ketika darah Kaisar Robertus menetes deras dari pedang setelah kutarik. Berbalik; melangkah mendekati mayat Ratu Olivia yang terlihat cantik; aku membungkukkan badan mengambil kepalanya; menenteng kepala tersebut sembari bersiul.
Sepatuku menjadi lengket karena cairan merah yang menggenang lantai. Sementara itu, darah dari kepala Ratu Olivia membuat garis panjang mengikuti langkahku. Ksatria berpakaian baju zirah telah berbaris di kanan dan kiri ketika aku keluar; tak lupa dihias dengan mayat-mayat pasukan pihak Ratu yang memenuhi halaman seperti bunga.
Setelah menuruni anak tangga terakhir; pemimpin pasukan mengeluarkan pedang dari sarung lantas duduk dengan bertumpu di satu kaki bersamaan dengan mata pedang yang ditancapkan ke tanah. Kemudian semua prajurit mengikut.
"KAMI MEMBERI HORMAT KEPADA KAISAR ALTAIR DE ADENIUM!"
Patung bunga kamboja berwarna emas dan dua buah pedang yang menjadi ciri khas Adenium berdiri di masing-masing sisi tertanam kokoh di setiap tiang. Lambang kekaisaran Adenium menghias di puncak setengah lingkaran gerbang istana. Aku berhenti setelah beberapa langkah melewati gerbang istana; membalik badan; membidik patung pedang di salah satu tiang lantas melempar kepala Ratu.
Tak.
Kepala tersebut menancap sempurna dengan posisi bagian leher yang telah lubang berada di bagian atas patung pedang. Ekspresi Ratu Olivia sungguh menakjubkan jika dilihat dari bawah sini. Bola mata yang mengarah ke atas; mulut yang terbuka lebar; serta kunciran rambut yang berantakan. Memberikan tempat tertinggi bagi mendiang Ratu agar dapat dilihat semua orang adalah bentuk penghormatan yang kulakukan untuk terakhir kali.
Ketika aku berpikir bahwa semuanya telah selesai; pendukung Kaisar melakukan pemberontakan. Skalanya lumayan besar sebab tidak hanya faksi bangsawan yang mendukung Kaisar Robertus saja, namun juga rakyat biasa pun ikut andil dalam pemberontakan ini.
Adenium kembali berdarah.
"Kaisar Altair de Adenium, segala kejahatan Anda akan mendapat balasan yang membuat Anda menyesal seumur hidup. Anda masih akan terus hidup sampai saat itu tiba. Saya berharap Anda menyukainya."
Suara yang parau dan napas yang tersengal; tubuh yang penuh luka dan lebam; serta wajah setengah hancur karena dipukuli. Si kakek tua masih dapat membuka mulut meski gigi bagian depannya telah terlepas. Menghabiskan sisa tenaga yang dia punya; si kakek tua dipaksa bertumpu dengan kedua lutut; menyisakan tubuh yang terjatuh setelah aku memenggal kepalanya.
Saat itu adalah waktu kami pertama kali bertemu.
***
Pelayan yang melayani Elora selama berada di kediaman Duke Astello naik pangkat menjadi ibu asuh dan akan bekerja di istana bersama dengan dayang pribadi yang telah ditunjuk oleh Leocadio untuk mengurus semua keperluan anak itu. Demi menyelidikinya lebih dalam sebab tidak ada informasi yang didapat dari luar, maka satu-satunya cara ialah bertanya langsung. Memberikan kesukaannya sebagai langkah awal. Tetapi, Si Babi Gendut itu melakukannya lebih dulu.
"Katanya Marquess Matheo menemuimu."
Dia memandangku dengan remahan biskuit di sudut bibir. "Ya, Tuan Malquesh membawakan El boneka kelinci yang sangat cantik. Tuan Malquesh bilang itu hadiah selamat datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Elora: My Little Princess
FantastikThe Best Gift From Me to You: Book #1 Kaisar yang baru saja pulang dari medan perang membawa kemenangan bagi negerinya, Adenium, tiba-tiba saja dikejutkan oleh kemunculan seorang anak perempuan kecil berumur 5 tahun dari dalam karung goni milik sala...