MAID || Bonten✖ [✓]

Ribut✖

_____MAID_____

"Rin- sama tidur seperti itu bisa membuat badan sakit. Lebih baik Rin- sama pindah ke kamar saja."

Rindou mengerjap pelan, melirik sekilas ke arah Kokonoi yang entah mengapa terlihat sedang merengut kesal. Lalu sekon setelahnya kembali pada [Name].

Mengangguk lantas bangkit, berjalan sempoyongan dan juga hampir jatuh sebab tersandung kakinya sendiri.

[Name] melotot membuka mulutnya hendak bertanya namun Rindou sudah lebih dulu berbalik memberitahu keadaannya.

"Aku tidak apa. Jangan pedulikan." ujarnya pelan dengan senyum canggung yang dipaksakan.

Yah, kok ga jatoh sih?!

Kokonoi tambah merengut. Diam diam tadi dia mendoakan agar Rindou jatuh tersungkur dengan tidak elitnya agar [Name] bisa mentertawakan pemuda itu.

Namun apa apaan ini? Kok Rindou masih bisa selamat sih.

Jangan jangan doanya tidak terkabul sebab sudah kebanyakan dosa.

"Ya? Perlu diba--"

"Tidak perlu, aku bisa sendiri." Sela Rindou, menjawab tanpa menolehkan ke arah [Name]. Lantas bayangannya semakin mengecil sebelum akhirnya hilang sepenuhnya.

[Name] menyempatkan untuk tertawa kecil terlebih dahulu. Kemudian mulai menyapu lantai tentu saja dengan gangguan gangguan kecil yang diberikan oleh Kokonoi.

"Loh [Name]- chan?"

"Padahal tadi aku berniat membersihkan nya sendiri."

[Name] mendongak, mendapati sosok Haitani Ran yang datang dari arah dapur dengan nampan berisi Ramen instan juga beberapa soda kaleng.

Ah, rupanya pria ekskutif bonten itu ternyata masih ada di dalam markas.

Jarang sekali. Sebab jika Takeomi dan Kanji tengah menjalankan misi. Dan Ran terbebas dari tugas, biasanya pemuda itu bakal pergi ke bar.

Entah hanya sekedar mampir untuk minum atau berakhir tidur bersama salah satu wanita sewaan yang ada.

"Ran- sama."

"Memasak sendiri?!"

Lagi. Gadis itu melotot. Terkejut, juga panik. Sial, rupanya dia lupa memasak untuk makan malam. Padahal itu sudah kewajibannya. Kenapa ia bisa seceroboh ini sih?!

"[Name]- chan wajahmu ngeri, jangan begitulah. Sesekali memasak sendiri kan tidak apa apa."

"Lagian ini cuma ramen instan kok." balas Ran kelewat santai. Pemuda itu kemudian berlalu. Meletakan nampan tadi di atas meja.

"Seharusnya kau itu marahi saja dia Ran! Dia kan lalai, mana ada babu yang kelakuannya begitu."

Boleh tidak sih membunuh rekan sendiri?

[Name] menglelah. Rasanya ia tidak memiliki salah apapun namun Kokonoi sepertinya sangat membencinya.

"Bacot kau Koko, apa?! mau ditumpahin kuah heh? Mumpung masih panas ini."

"Lah ngamuk, mau gelut bilang."

Ditempatnya [Name] mengelus dada mencoba agar tetap sabar. Sebenernya gadis itu misuh sekali. Namun apa daya, dia kan cuma anggota yang dipungut oleh Mikey.

"Sudah jangan bertengkar, kalian seperti anak kecil saja!" peringat [Name].

"Halah, diam saja kau babu." balas Koko sengit.

"Nggak sopan. Mau ku patahan kedua kaki mu itu hah?!" kata Ran tak kalah sengit.

"Lah? Sapa yang takut. Kita buktikan saja siapa yang duluan bakal mati disini."

"Sok keras. Paling kau juga mati duluan!"

Trash

Perdebatan antara Kokonoi juga Ran terhenti kala sebuah pistol mengenai masing masing kepala meraka.

"Tuh, pistol sana main tembak tembakan. Yang kalah otw isekai."

Pelakunya?

Adalah Hitto Kakucho.

"GEHH KAKUCHO?!"

"SIALAN KAU KAKUCHO!!"

"KAKU- SAMA?!"

Teriak ketiga orang itu bersamaan. Kakucho mengangkat bahu acuh dengan watadosnya.

Lagian siapa juga manusia yang tidak kesal jika susah payah menyelesaikan pekerjaan malah disambut keributan dan bukannya salam hangat.

Bonten memang berbeda.

Ran tertawa sinis, Kokonoi terlihat sekali emosinya. Sedang [Name] .......gadis itu terlihat sangat syok.

Dalam hati bertanya tanya. Mengapa semua anggota bonten tidak ada yang waras? Meraka semua melenceng juga sepertinya mengalami kelainan mental.

°°°

Pernah ketemu orang yang tipenya sama kek Koko? Yang sebenernya cinta tapi cara caffer nya bikin hati mangkel?

Ayo hujat saja! sy ada dendam pribadi sama dia(ノ｀⌒´)ノ