Memperebutkan Sang Gadis Informant✖

4.5K 899 137
                                    

_____MAID_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____MAID_____

Bunyi langkah kaki yang mendekat perlahan mengembalikan jiwa [Name] pada dunia nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi langkah kaki yang mendekat perlahan mengembalikan jiwa [Name] pada dunia nyata. Kakucho sekarang sudah berdiri dihadapannya. Menyerahkan satu paper bag yang entah apa isinya.

"Untuk mu."

Gadis itu menerimanya sambil memasang ekspresi bloon yang khas.

"Terima kasih. Tapi dalam rangka apa Kaku- sama memberikan ini?"

Kaku mengidikan bahunya cuek. "Tidak dalam rangka apa apa sih. Hanya saja, tadi aku melihatnya di sebuah toko, terlihat lucu dan sepertinya cocok untuk mu. Hm... mungkin?"

"Wah, aku suka!!"

"[Name]- Chan kau bahkan belum membukanya. Dan kau langsung suka? Kau kan tidak tau bagaimana isinya. Mungkin saja dalamnya sebuah bom kan?"

Itu Ran. Cowok itu terlihat kesal.

"Ran- sama itu tidak mungkin," jawab [Name] terkekeh lucu.

Ran menghela nafas lelah. Dasar tidak peka! Mengabaikan tatapan heran semua orang, kakinya melangkah mendekati ke arah [Name]. Berdiri di samping Koko dengan nampan berisi Ramen instan dan cola yang belum sempat ia lahap tadi. Lantas diserahkan nya kepada [Name].

Mengerti kebingungan si gadis. Ran kemudian dengan baik hati mulai menjelaskan.

"[Name]- chan, belum makan kan? Ini untuk [Name]. Dimakan ya," ujarnya pelan.

Hal tersebut justru sama sekali tak membuat guratan bingung di dahi [Name] menghilang. Malah kian menambah banyak.

"Loh, bukannya ini untuk Ran- sama makan? Kenapa diberikan kepada ku?"

Ran menggeleng. "Tidak, tidak, tidak. Dari awal aku membuatnya untukmu."

Bohong!

Haitani Ran tidak sebaik dan seluang itu hanya demi untuk membuatkan [Name] sebuah Ramen instan.

Tentu saja dia membuat Ramen itu untuk dirinya sendiri. Namun apa boleh buat. Kakucho sudah bergerak, memperlihatkan kedekatannya dengan [Name] yang semakin intens. Mana boleh begitu! Ran tidak sudi pujaannya direbut oleh orang lain seenaknya.

[Name] tersenyum. Tangannya bergerak untuk menerima nampan berisi Ramen yang sudah nampak melar itu dari tangan Ran sebelum___

Plak

... Kokonoi melemparkan beberapa lembar uang yang sialnya tepat mengenai area jidatnya.

Lagi dan lagi [Name] menanggapi nya dengan sebuah senyuman. Sangat tidak cocok dengan poker face nya. Gadis itu terlihat makin aneh dengan hal itu.

"Kali ini aku melakukan kesalahan apa Koko- sama?" tanya [Name] gemas ingin baku hantam.

"Tidak ada."

"Lalu."

"Pikir saja lah!"

"Hah?!" ujar Kakucho, Ran, dan [Name] secara berbarengan.

"Nee, Kakucho. Sepertinya dia sudah mulai tidak waras." Ran menatap Koko prihatin.

Kakucho mengangguk menyetujui. "Sepertinya begitu, kasian sekali ya." turut prihatin juga.

Tak mengindahkan perkataan kedua rekannya. [Name] justru berjongkok, memunguti uang tidak berdosa yang dilemparkan dengan kejam.

Lumayan, kan gratis.

Kokonoi bisa baik juga rupanya. Dia tau saja kalau [Name] sedang tidak memiliki uang. Jadi pemuda itu membaginya. Meski yah, caranya tidak bisa dikatakan secara baik baik.

"Terima kasih uangnya Koko- sama," ujar [Name] setelah tubuhnya kembali tegak.

Kakucho mengusap wajah kasar, Ran menepuk jidatnya  sementara Koko menggosok pangkal hidup sambil tersenyum pongah.

Meraka lupa. Melupakan satu hal tentang [Name].

Gadis ini bisa bisanya!

[Name] dia sedang menghina mu loh

Gadis ini pikirannya selalu dipenuhi oleh kebaikan. Menanggapi segala sesuatu dengan hal positif, padahal hidup dalam lingkungan yang dipenuhi para kriminal kejam nan menyesatkan.

"Name- cchi!"

Suara tak asing yang sangat dihormati itu tiba tiba terdengar. Dalam dan terasa sedikit kesal.

Namun mengapa?

Apa dia melakukan kesalahan lagi?

Bersamaan dengan [Name] dan ke-tiga rekannya menoleh. Mereka langsung mendapati Mikey yang tengah berdiri. Tak ada kurva tipis tersungging disana. Walau matanya selalu menampilkan sorot kosong, [Name] jelas mengetahui. Ada setitik kemarahan dalam pancarannya.

"Kenapa?"

"Kenapa kau tidak langsung mengantarkan Taiyaki nya pada ku sih?!!"

"Kau kan yang aku suruh [Name]- cchi."

"Kenapa yang pergi malah si Sanzu?!"

"Kenapa? Ayo cepat jawab!!"

°°°

Sy liat liat tokrev dah mulai sepi ya?

MAID || Bonten✖ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang