Tentang Dia✖

6K 884 134
                                    

_____MAID_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____MAID_____

Haruchiyo tampak asik memperhatikan [Name] yang tengah berbicara dengan pelayan toko

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haruchiyo tampak asik memperhatikan [Name] yang tengah berbicara dengan pelayan toko.

Meski gadis itu tadi sedikit keberatan pergi bersama dirinya karena takut merepotkan. Nyatanya, orang nomor dua bonten itu sama sekali tidak masalah jika direpotkan.

Apapun masalahnya saat menyangkut Manjiro, satu satunya manusia di muka bumi ini yang Sanzu anggap sebagai raja lebih dari apapun. Jangankan sekedar membeli taiyaki, bila diperlukan untuk menyerahkan nyawanya. Maka dengan senang hati Haruchiyo akan melakukannya secara cuma cuma.

'Anjing gila yang setia' mungkin adalah julukan paling pas untuk menggambarkan betapa loyalnya seorang Sanzu Haruchiyo. Begitu cocok dan melekat pada dirinya.

Sedikit aneh. Namun Haruchiyo sendiri tak berniat untuk menyangkalnya.

Pemuda itu terkekeh. Merasa geli saat memikirkannya. Sekon setelahnya tersentak kaget kala sudah mendapati [Name] yang berdiri tepat dihadapannya.

"[Name]- chan kau mengangetkan ku. Kenapa tidak menegur saja sih?"

"Lalu sejak kapan kau sudah berdiri di situ?"

[Name] mengerjapkan mata beberapakali. Nampak imut namun juga mengesalkan di waktu yang sama. "Maaf."

"Habisnya, Chi- sama terlihat sedang memikirkan sesuatu. Jadi aku berniat untuk menunggu saja."

"Astaga," ujar Haruchiyo tak habis pikir.

"Terserah [Name]- chan sajalah. Yang penting sudah dibeli semuanya kan?"

"Iya, sudah."

Haruchiyo mengangguk mendengar jawaban dari [Name]. "Kita kembali kemarkas?"

"Tentu, atau Chi- sama ingin membeli sesuatu?"

"Tidak. [Name] sendiri?"

Tanpa ragu [Name] menggelengkan kepalanya, "Tidak ada Chi- sama," balas gadis itu kemudian.

Menggigit pipi bagian dalam Haruchiyo sedikit mengeraskan wajahnya.

"Benar begitu? Maksudnya, kau benar-benar tidak membutuhkan apapun? Sepertinya alat berhias atau pakaian baru?"

Lagi lagi gadis itu menggeleng kan kepalanya.

Hah!

Haruchiyo tau pasti jawabannya bakal seperti tadi. Hampir dua tahun lebih hidup bersama membuat dia sedikitnya tau bagaimana kepribadian gadis itu.

Namun tetap saja. Untuk ukuran seorang gadis remaja yang baru menginjak usia enam belas tahun. [Name] itu terlalu tenang dan tidak banyak menuntut.

Kadang kala Haruchiyo sedikit khawatir, mungkinkah sebab trauma masa lalu [Name] tumbuh menjadi seorang gadis yang sulit terbuka?

"Aku sudah cantik tanpa riasan apapun, lagipula kemarin lusa juga Kaku- sama baru membelikan pakaian baru." berucap dengan polosnya. Wajah poker miliknya sedikit membuat Haruchiyo jengkel. Yang pada akhirnya pemuda itu hanya bisa menghela nafas panjang.

"Bilang saja kau itu tidak bisa berhias [Name]- chan."

"Itu juga benar."

Lagi lagi?

Ekspresi yang begitu mirip Mikey itu sangat mengganggu. Menyebalkan sekali, pikir Haruchiyo dalam hati.

Memilih mengalihkan pandangannya. Samar samar Haruchiyo dapat mendengar bisik bisik ketakutan diiringi tatapan merendahkan dari beberapa manusia yang sempat dilewatinya.

Ada apa dengan mereka? Sepertinya ingin mati secara massal ya?

Untung saja saat ini masih dalam mall. Tidak, untung saja saat ini dia masih bersama [Name]. Kalau tidak sudah dipastikan mereka semua kembali kepangkuan Tuhan beberapa detik yang lalu.

Yah, untuk sekarang Haruchiyo sama sekali tak masalah dengan itu semua. Tentu saja. Sebab selepas mengantarkan [Name] kembali ke markas nanti tinggal dia bunuh saja satu persatu orang orang sialan itu.

Wajahnya yang teramat santai sangat kontras dengan mimik gadis yang berada disampingnya. [Name] terlihat bergerak tak nyaman, walau menampilkan wajah poker serta sorot mata sedingin salju. Haruchiyo jelas sekali mengetahuinya.

"Tidak apa apa [Name]- chan. Kenapa wajah mu tegang begitu? Mereka benar kan?" sedikit membungkuk guna menyamai tinggi badan [Name] yang kelewat minimalis. Lantas dibisikkannya kalimat tadi tepat di samping telinga si gadis.

Langkah [Name] otomatis terhenti. Tatapannya terpaku pada retina hijau daun milik Haruchiyo dengan ekspresi wajahnya yang sulit dijelaskan.

Haruchiyo mengangkat satu alisnya bingung kala mendapati [Name] yang diam bagai patung dadakan."[Name]- chan?"

"Ada apa?"

°°°

Si Sanzu tu warna matanya hijau atau pasir yak? Di fanart bonten kebanyakan warnanya hijau, tapi di anime ga terlalu jelas ಠ_ಠ

MAID || Bonten✖ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang