"Apa Roy? Kamu gay?" Ujar lelaki setengah baya dengan mata melotot. Tangannya mengepal, seakan-akan siap melayangkan pukulan."MAMA BENAR-BENAR GAK NYANGKA SAMA KAMU, DASAR SAMPAH MASYARAKAT!" Ujar wanita tengah baya yang matanya melotot.
Sedangkan Roy hanya bisa menangis dan menunduk. Semua ia rasakan, malu, sedih, luka, berbagai cacian dan hinaan keluar dari mulut orang tuanya.
Roy, pria yang baru saja menyelesaikan SMA nya ketauan orang tuanya bahwa dia itu gay. Orang tua Roy sangat merasa malu punya anak gay, yang mereka anggap bahwa gay itu sampah masyarakat.
"Gue gak nyangka ya kalau adik gue laki-laki satu-satunya gay, lu tau kan kalau gay itu dipandang sebelah mata hah!" Teriak Abang Roy yang bernama Roni.
"Udah pa, ma, kalian jangan marahin kk terus, apa kalian gak kasian sama kk," ujar Adik Roy yang bernama Aulia yang sekarang duduk di bangku kelas 1 SMA.
Roy 3 beradik kk, Roni anak pertama yang sekarang sedang bekerja di Perusahaan papanya yaitu Hanif. Roy anak kedua sedangkan Aulia anak ketiga.
"GAY SEPERTI DIA TIDAK PERLU KAMU BELA, DIA CUMA BIKIN MALU KELUARGA!" Teriak Hanif.
"SEKARANG KAMU PERGI DARI SINI DAN JANGAN PERNAH KEMBALI!" Teriak Reni mamanya Roy.
Hati Roy begitu hancur, segitu burukkah seorang gay? Jika ia bisa memilih ia juga tidak mau menjadi gay, tapi ini semua takdir, takdir pahit yang harus ia jalani.
"OK KALAU ITU MAU KALIAN, KALIAN PIKIR JADI GAY KEINGINAN AKU? NGGAK, NGGAK ADA SATU PRIA PUN YANG INGIN JADI GAY, TAPI INI TAKDIR!" Teriak Roy berurai air mata. Emosinya meluap, Roy sudah tidak tahan dengan hinaan dan makian dari orang tuanya dan abangnya.
Roy segera berlari ke kamarnya. Ia mengambil koper besar dan segera mengemasi barang-barangnya. Roy terus saja menangis, apakah seburuk ini seorang gay?
"Kk jangan pergi kak hiks hiks."
Tiba-tiba Aulia datang dan menangis lalu memeluk Roy. Aulia memang sangat dekat dengan Roy dibandingkan Roni. Dan Roy juga sangat menyayangi Aulia sebagai adik satu-satunya.
"Dek, dengerin kk yah," ujar Roy sambil menghapus air mata Aulia.
"Kk akan baik-baik aja, kamu jangan nakal ya, sekolahnya harus benar ya dek, buktiin sama kk kalau kamu itu bisa sukses, kk gak pergi kok, kk akan selalu ada sama kamu, udah ya jangan nangis," ujar Roy berusaha tersenyum tapi air matanya terus mengalir.
"Gak mau kak, kk jangan pergi, aku mohon hiks hiks."
"Kk harus pergi," ujar Roy melepas paksa pelukan Aulia lalu pergi sambil membawa kopernya.
"Kk jangan pergi kak!" Teriak Aulia lalu mengejar Roy.
Setibanya di ruang tamu Aulia ditahan oleh Reni. Sedangkan Roy terus lari keluar rumah sambil membawa kopernya.
"Udah aul, kamu jangan kejar lagi dia, dia bukan bagian keluarga kita lagi," ujar Reni sambil membekap Aulia.
"Lepasin aku ma, aku mau ngejar kk, mama jahat, kalian semua jahat, kalian semua gak punya hati!"
Aulia melepas paksa pelukan Reni lalu berlari ke kamarnya. Di kamar Aulia hanya bisa menangis dan menangis. Karena dia tau bahwa kk nya itu tidak tahan dengan udara dingin.
Sedangkan hari sudah malam dan sudah pasti cuaca di luar sangat dingin, bahkan Roy sempat sakit karena pulang kemaleman.
"Kk, kk kemana kak hiks hiks."
------------------------------------------------------------------------------------
"Aku harus kemanaTuhan, cuacanya dingin banget."
Roy tengah berjalan di tengah gelapnya malam. Udara begitu dingin seakan menusuk ke tulang Roy. Kalau sampai Roy berlama-lama di sini bisa-bisa ia sakit.
"Tuhan aku harus kemana, aku gak punya uang, tolong aku Tuhan, kenapa nasibku seperti ini." Air mata Roy kembali luruh ketika mengingat cacian dan makian orang tuanya. Ia tidak menyangka segitu buruknya seorang gay Dimata mereka.
Sebuah mobil Ferrari berwarna merah berhenti di hadapan Roy. 5 detik kemudian keluarlah seorang pria dengan pakaian serba hitam dan kaca mata hitam.
Pria tersebut tinggi, rahangnya tegas, badannya tegap, serta otot-otot nya yang membuat siapapun terpana melihatnya. Pria tersebut berjalan ke arah Roy.
"Mau kemana?" Tanya pria itu dingin.
Roy merasa takut. Ia menyangka pria tersebut mau menculiknya.
"Aku ..."
"Mau ikut dengan saya?" Lagi-lagi pria itu berkata dengan dingin dan tegas membuat Roy semakin takut.
"Nggak usah mas," tolak Roy hati-hati.
"Saya bukan orang jahat," ujar si pria sambil membukakan pintu mobil.
"Masuklah!"
Dengan ragu Roy pun masuk ke mobil tersebut. Dalam perjalanan suasana begitu sunyi, Roy pun juga takut untuk bertanya.
"Siapa nama mu?"
Tiba-tiba pria tersebut bertanya.
"Roy," jawab Roy singkat.
"Ki-ta mau kemana?" Tanya Roy gugup.
"Ke rumah saya!"
Setengah jam perjalanan akhirnya mobil tersebut sampai di sebuah rumah besar bak istana. Lampu menyala di sana sini membuat Roy takjub akan rumah tersebut.
Pria tersebut turun dari mobil diikuti Roy. Sesampainya di dalam rumah Roy memberanikan diri untuk bertanya.
"Kita mau apa?"
"Kamu bisa tinggal di sini."
"Tapi kan kita belum kenal."
"Saya tukang pijit" (NIH UDAH GUE RUBAH! JADI JANGAN ADA LAGI DIANTARA KALIAN YANG KOMEN!) ujar si pria tersebut membuat Roy terkejut.
"Tapi kamu gak perlu takut sama saya, kamu bisa panggil saya Kevin," ujar pria tersebut masih dengan tegas dan dingin.
"Tapi mas, saya gak mau ngerepotin," ujar Roy.
"Bibi!"
Datanglah wanita paruh baya. Dia adalah buk Imah yang sudah lama bekerja di rumah Kevin. Sedangkan Kevin sendiri adalah ketua mafia, Kevin dikenal sebagai mafia yang kejam, bagi yang mengenal Kevin tidak akan berani berhadapan muka dengan Kevin.
"Iya tuan," ujar bi Imah.
"Antar dia ke kamar."
"Baik tuan, ayo den."
Roy pun mengikuti bi Imah dari belakang. Setelah menaiki tangga sampailah di sebuah kamar.
"Ini kamarnya den dan ini kuncinya," ujar bi Imah sambil menyerahkan kunci.
"Makasih bi."
Roy masuk ke kamar tersebut, setibanya di kamar Roy benar-benar takjub. Kamar yang begitu mewah di desain seindah mungkin. Di dalam juga lengkap dengan kulkas dan TV.
"Masih ada orang baik," batin Roy.
Bersambung!
Jangan lupa untuk vote ya!
Thank you for all!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Kejam
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan jika aib kamu terbongkar di keluargamu? inilah yang dihadapi oleh Roy. aibnya sebagai seorang g4y terbongkar di depan keluarganya sendiri. Semua ia rasakan, malu, sedih, semua bercampur jadi satu. Bahkan Roy diusir dari ru...