Hallo semuanya!
Kevin sama Roy kembali lagi!
Ada yang kangen ga nih sama mereka?
.
.
.
.
.
Di siang hari yang sangat terik, terlihat seorang pria yang tergesa-gesa keluar dari mini market. Saking tergesa-gesa nya, pria itu menabrak seseorang tanpa ia sadari.Bruuk!
"Maaf saya ga sengaja," ujar pria tersebut.
"Iya gapapa- Devan?"
"Roy?"
Kedua pria tersebut saling tatap-tatapan. Suasana kikuk menyelimuti keduanya. Setelah beberapa tahun terpisah, akhirnya dipertemukan kembali saat ini. Mereka adalah mantan kekasih. Devan terpaksa memutuskan Roy karena kala itu ia harus melanjutkan studinya ke luar negeri. Saat itu Roy benar-benar sangat merasa kehilangan. Butuh waktu lama untuk Roy bisa melupakan Devan.
"Apa kabar?" Tanya Devan membuka pembicaraan.
"Baik," jawab Roy mengalihkan pandangannya. Sungguh ia tak sanggup menatap manik mata Devan. Tatapan itu masih sama seperti 5 tahun yang lalu. Tatapan yang sangat tulus dan didalamnya tersirat kasih sayang.
"Gue harus pergi," ujar Roy lalu melangkah kan kakinya, namun tangan Roy di tahan oleh Devan.
"Bisa kita bicara?" Tanya Devan lembut.
Sial! Bahkan sikap Devan masih sama persis seperti 5 tahun yang lalu. Lembut dan penyayang. Sungguh Roy harus cepat-cepat pergi dari sini. Ia tak ingin mata-mata Kevin melihat ini semua. Bisa-bisa Kevin mengamuk dan akan menghabisi Devan.
"Gue sibuk!"
"Roy please."
Setelah berfikir lama akhirnya Roy mengiyakan permintaan Devan. Anggaplah ini untuk terakhir kalinya. Terakhir kali ia bertemu dan berbicara dengan mantan kekasihnya ini. Saat ini mereka berada di salah satu cafe.
"Udah sukses ya sekarang," puji Devan, ia tak tau saja karena siapa Roy bisa berada di titik sekarang ini. Ya karena Kevin lah!
"Lo juga udah sukses," balas Roy.
"Udah lama ya kita ga ketemu, kangen gue gak?" Tanya Devan.
"Nggak."
Devan pun hanya terkekeh mendengar jawaban jutek dari Roy. Dulu sewaktu pacaran juga seperti ini. Devan selalu menjahili Roy dan berakhir dengan Roy ngambek sama Devan.
"Gue boleh minta nomor lo?" Tanya Devan hati-hati.
"Gue udah punya pacar," jawab Roy to the point. Ia tak ingin terjadi kesalahpahaman yang bisa membuat hubungannya dengan Kevin retak.
"Ohya? Selamat ya?" Ujar Devan yang masih berusaha mempertahankan senyumnya.
Tiba-tiba pintu cafe yang terbuat dari kaca itu di hentak kuat oleh seseorang dari luar menyebabkan pintu itu pecah berkeping-keping. Semua pengunjung merasa ketakutan melihat seorang pria berperawakan tinggi menggunakan jas hitam dan kacamata yang baru saja menghancurkan pintu cafe tersebut.
"BRENGSEK LO!"
Pria tersebut langsung menghajar Devan habis-habisan tanpa ampun. Semua pengunjung panik dan berlari keluar, tak ada yang berani melawan.
Pria tersebut adalah Kevin, ia baru saja mendapat informasi dari mata-matanya bahwa Roy jalan dengan cowok lain. Kevin yang sudah tersulut emosi langsung menyusul Roy.
"MAS UDAH MAS!"
"DIAM!"
Dengan berusaha Roy memohon agar Kevin berhenti. Melihat Roy yang menangis, membuat Kevin tidak tega. Akhirnya Kevin berhenti memukuli Devan. Tapi semua itu sudah terlambat, Devan sudah pingsan. Mukanya lebam dan darah segar mengalir di pelipis hidungnya.
Ingin sekali Roy membantu Devan membawa ke rumah sakit tapi Roy tidak berani. Ia tak mau jika Kevin kembali berbuat nekad.
Kevin menarik kasar tangan Roy keluar dari cafe tersebut. Cengkraman yang begitu kuat membuat tangan Roy terasa ngilu dan memohon untuk dilepaskan.
"Mas sakit please lepasin," ujar Roy memohon, namun Kevin tak menghiraukannya. Ia menarik paksa Roy masuk ke mobil dan melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
✨
"Udah aku bilang mas semua ini salah paham hiks."
"DIAM! LO SENGAJA HAH MAU BIKIN GUE EMOSI?"
"Nggak mas," jawab Roy menggeleng sambil menangis sesenggukan.
"UDAH GUE BILANG JANGAN DEKAT-DEKAT SAMA COWOK LAIN!"
"Maaf hiks."
"AARRGHHHH!!!"
Kevin membanting semua barang-barang yang ada di ruangan tersebut hingga pecah tak tersisa. Sedangkan Roy menangis dengan sesegukan melihat Kevin yang emosi. Yang ia takutkan terjadi, salah paham.
Setelah itu Kevin keluar meninggalkan Roy sendirian. Dan pada akhirnya Roy bisa bernafas lega. Roy segera menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Matanya terlihat merah dan sembab. Dengan tenaga yang tersisa Roy berdiri dan membereskan semua pecahan barang-barang tersebut.
✨
Saat ini jam menujukkan pukul 00.00
Sedangkan Kevin tak kunjung pulang. Roy sudah cemas sedari tadi menunggu kepulangan Kevin. Ia takit Kevin berbuat nekad di luar sana. Sedari tadi Roy hanya mondar-mandir dari ruang tamu ke kamar lalu melirik jam yang tergantung di dinding, berharap Kevin pulang.Tok tok tok!
Dengan sigap Roy berlari membuka pintu. Betapa terkejutnya Roy melihat Kevin yang sudah mabuk berada di pangkuan Arnold dan Evan. Bau alkohol sangat menyengat dari tubuh Kevin.
"Maaf tuan muda, kami sudah berusaha untuk menahan tuan Kevin agar tidak mabuk, tapi ia malah mengamuk," ujar Arnold.
"Iya tak apa, kalian tolong bawa Kevin ke kamar ya," pinta Roy yang diangguki oleh Arnold dan Evan.
"Kalau begitu kami permisi," ujar Evan setelah mengantar Kevin ke kamar.
"Iya terimakasih," jawab Roy.
Roy kembali ke kamar melihat kondisi Kevin. Terlihat Kevin tertidur akibat terlalu banyak minum. Roy mulai melepaskan sepatu Kevin, lalu beralih ke jas yang Kevin gunakan. Roy mengganti pakaian Kevin dengan kaos oblong dan celana pendek.
"Royy hiks," ujar Kevin mengigau.
"Iya aku disini," jawab Roy yang berbaring di samping Kevin, tangan kanannya mengelus pelan rambut Kevin dan tangan kirinya ia gunakan untuk bantal Kevin.
"Jangan pergi hiks," lagi-lagi Kevin mengigau sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku ga pergi sayang, aku di sini sama kamu," jawab Roy sambil menyeka air mata yang keluar dari pelupuk mata Kevin.
Roy pun terus mengelus rambut Kevin hingga dirinya tertidur.
Di tengah malam Roy terbangun karena mendengar isakan yang keluar dari mulut Kevin. Betapa terkejutnya Roy ketika merasakan suhu tubuh Kevin sangat panas.
"Hiks."
"Shuutt, kamu demam mas," ujar Roy lalu beranjak dari tempat tidur mengambil kompres. Setelah itu Roy mengompres Kevin.
"Roy hiks hiks," ujar Kevin terus mengigau.
"Shuutt bobo ya sayang, aku di sini."
Dan pada akhirnya malam itu Roy tidak tidur. Roy memilih terus bangun untuk menjaga Kevin. Kantuk yang sangat berat ia tahan, itu semua karena ia terus mengecek suhu tubuh Kevin setiap menitnya. Roy ikhlas melakukan ini semua, karena memang Roy sangat menyayangi dan mencintai Kevin.
Terkadang sesekali Roy memeluk erat tubuh Kevin, agar panas di tubuh Kevin bisa berkurang. Ia melakukan itu karena dulu sewaktu dirinya sakit, mamanya selalu melakukan itu. Dan benar saja suhu panas tubuhnya berkurang. Jika diingat banyak sekali kenangannya bersama sang mama, tapi mama dengan begitu tega mengusir dirinya hanya ketahuan seorang gay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Kejam
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan jika aib kamu terbongkar di keluargamu? inilah yang dihadapi oleh Roy. aibnya sebagai seorang g4y terbongkar di depan keluarganya sendiri. Semua ia rasakan, malu, sedih, semua bercampur jadi satu. Bahkan Roy diusir dari ru...