21. Ngidam

4.3K 291 33
                                    


.
.
.
.
.
Happy reading!

Roy berusaha untuk mengalah dengan keadaan. Dia berusaha ikhlas untuk menerima kondisinya sekarang ini. Roy bahkan pernah beberapa kali berusaha untuk menggugurkan kandungannya tapi selalu gagal. Dari situ Roy berusaha untuk ikhlas.

"Mas!"

"Kenapa sayang?"

"Aku pengen bakso."

"Udah malam yang, besok aja ya."

Bukan Kevin tak mau membelikan bakso untuk Roy, tapi mengingat waktu yang sudah tengah malam.

"Aku maunya sekarang!"

"Yaudah sekarang, aku berangkat dulu."

Akhirnya Kevin memilih untuk mengalah lalu berangkat mencari bakso untuk Roy. Karena percuma saja kalau Kevin membantah, Roy akan terus memaksa. Jadi daripada mereka berdebat lebih baik Kevin mengalah.

Seperti biasa Kevin selalu memakai pakaian serba hitam. Dan jangan lupakan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya membuat ketampanannya bertambah. Setelah cukup lama Kevin berkeliling akhirnya Kevin menemukan warung bakso yang masih buka. Kevin segera menepikan mobilnya.

"Baksonya satu," ujar Kevin datar.

"Baik mas silahkan ditunggu," jawab mas tukang bakso. Setelah beberapa menit akhirnya baksonya pun jadi.

"Ini mas silahkan," ujar tukang bakso sambil memberikan sebungkus bakso.

Kevin menerima bakso tersebut lalu memberikan selembar uang berwarna merah. Tanpa mengucapkan sepatah kata Kevin langsung pergi.

"Mas kembaliannya!" Teriak tukang bakso namun tak dihiraukan oleh Kevin.

"Sayang! Ini baksonya!" Teriak Kevin yang sedang membawa sebungkus bakso.

"Wahhh mas tolong ambilin mangkoknya ya," ujar Roy berbinar.

Kevin pergi untuk mengambil mangkok. Setelah kembali Kevin menuangkan bakso tersebut dan diberikan kepada Roy.

"Nih dimakan," ujar Kevin.

Roy dengan antusias memakan bakso tersebut. Matanya berbinar melihat bakso bulat dan mie yang panjang.

"Udah," ujar Roy setelah memakan satu buah bakso kecil.

"Udah?" Tanya Kevin dengan wajah yang bingung.

"Iya udah," jawab Roy tanpa dosa.

Ingin sekali Kevin memakai Roy dengan kata-kata kasarnya. Bayangkan saja, tengah malam begini Kevin bela-bela in keluar untuk mencari bakso. Namun hanya dimakan satu suap.

"Kenapa kamu marah ya?" Tanya Roy sendu ketika melihat ekspresi wajah Kevin.

"Nggak, aku nggak marah," jawab Kevin berusaha untuk senyum.

"Bener?"

"Iya sayang."

"Yaudah aku pengen nasi goreng."

Lagi-lagi Kevin dibuat kaget dengan permintaan Roy. Baru saja Roy meminta bakso dan tidak dimakan. Sekarang Roy malah meminta nasi goreng.

"Tapi kan-"

"Kenapa kamu gak mau ya."

"O nggak, bukan gitu sayang. Yaudah tunggu sebentar ya."

"Ehh kamu mau kemana?"

"Keluar, mau nasi goreng kan?"

"Ihh aku pengennya kamu yang masak," ujar Roy yang membuat mata Kevin membulat sempurna.

Hey apa-apaan ini! Roy tau kalau Kevin tidak bisa masak. Jangankan masak, alat-alat dapur saja ia tak tau namanya.

"Tapi kan aku gak bisa masak yang."

"Kamu gak mau ya," ujar Roy sedih sambil menunduk. Lagi-lagi Kevin memilih untuk mengalah.

"Yaudah aku masakin, tunggu sebentar ya."

"Iya mas makasih ya!"

Kevin bergegas menuju dapur. Setibanya di dapur ia memperhatikan semua alat-alat masak yang ada di dapur. Hmm apa yang harus ia lakukan? Guna alat itu saja ia tidak tau. Yang ia tau hanya wajan untuk memasak. Selebihnya ia tak tau.

Roy menunggu Kevin sambil menonton film kesukaannya. Yaitu film horror. Sangat banyak sekali koleksi film horror Roy. Bahkan masih ada beberapa film yang belum ia tonton sama sekali.

Memang dari dulu Roy sangat suka menonton film horror. Kebiasaannya sebelum tidur yaitu menonton film horror, sampai kantuknya datang. Bahkan ia tidak takut sama sekali walaupun ia menonton diwaktu malam hari.

"Yeyy nasi gorengnya udah masak mas?" Ujar Roy bahagia ketika melihat Kevin kembali membawa sepiring nasi goreng.

"Sekarang kamu makan ya, harus dihabisin," ujar Kevin sambil menyerahkan nasi goreng tersebut kepada Roy.

"Ok mas," Jawab Roy lalu mengambil nasi goreng tersebut. Roy menyendok nasi goreng tersebut lalu memasukkan kemulutnya. Tampak Roy sedang berfikir, lalu Roy kembali makan nasi goreng tersebut. Sangat enak pikir Roy, bahkan Roy memakan nasi goreng tersebut hingga habis.

"Enak ga yang?" Tanya Kevin.

"Enak banget mas, kamu pintar masak ya ternyata."

Karena ragu Kevin menyendok nasi goreng yang tersisa lalu mencobanya. Asin, itu yang ada dipikiran Kevin. Tapi mengapa Roy terlihat seperti suka dengan nasi goreng yang asin ini? Bahkan bakso yang lebih enak tadi tidak dimakan olehnya.

Kevin jadi meringis ketika melihat Roy yang sangat lahap memakan nasi goreng asin itu. Apa Roy tidak merasa asing kah? Atau memang ini bawaan hamil? Entahlah Kevin tak mengerti.

"Udah habis," ujar Roy lalu memberikan piring tersebut kepada Kevin.

"Good," ujar Kevin lalu meletakkan piring ke atas nakas.

"Mas ayok keluar," ujar Roy enteng tanpa beban.

"Ngapain sayang? Ini udah malam. Gak baik untuk kesehatan kamu dan calon bayi kita."

"Ihh jalan-jalan mas nyari udara segar."

"Nggak! Sekarang kamu tidur!" Ujar Kevin final. Roy yang permintaannya ditolak hanya diam cemberut.

Roy merebahkan tubuhnya dan membelakangi Kevin. Lalu Roy menarik selimutnya tanpa menghiraukan Kevin.

Kevin menarik nafas melihat kelakuan Roy. Ia pun ikut berbaring di samping Roy. Tangan kekar Kevin melingkar memeluk pinggang Roy. Sedangkan Roy hanya diam, dirinya masih kesal karena permintaannya ditolak.

"Good night dear," bisik Kevin tepat ditelinga Roy.

"Too," balas Roy pelan.

.
.
.
.
.
Bersambung!

Mafia KejamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang