Malam demi malam berlalu tanpa makna. Harapan yang kurasakan saat menemukan kelompok ini berangsur-angsur lenyap, hilang dalam jurang kepenatan. Ya, itulah yang kini kurasakan. Penat. Pikiranku kusut. Kepalaku sering berdenyut-denyut perih, dan bukan karena lapar. Apakah ini disebabkan oleh kebosanan? Apakah ada rasa jijik di hatiku sehingga aku enggan bergaul dengan manusia-manusia ini? Atau apakah ini disebabkan oleh kegiatan yang kulakukan setiap malam?
Yang kuperbuat bersama makhluk-makhluk fana ini tidak lain adalah memuja setan yang tidak kukenal. Seharusnya aku tidak perlu menyembah setan karena di dalam diriku sudah terdapat jiwa iblis yang murni. Orang-orang ini hanya memperoleh sebagian kecil dari jiwa itu, selebihnya hanyalah khayalan. Darah binatang yang mereka minum tidak akan menambah kekuatan mereka. Kepuasan yang mereka miliki hanyalah ilusi.
Malam ini, entah mengapa aku merasa tidak tenang, seakan-akan hatiku mendesiskan peringatan. Aku mencoba mencari sumber ketidakberesan tersebut, tetapi tidak berhasil. Kami bersiap mengadakan upacara besar karena akan ada gerhana bulan malam ini. Menurut mereka malam gerhana bulan adalah malam penuh berkat dan karunia karena raja iblis akan turun ke bumi untuk membagi-bagikan anugerah kepada pemujanya. Setiap anggota kelompok ini, dan juga kelompok lain di seluruh dunia, diyakini akan dihadiahi umur panjang dan kesejahteraan.
Setelah altar dibersihkan, semua peralatan dirapikan, serta lilin-lilin dan obor-obor dinyalakan, kami berkumpul di ruang utama. Mihail tampak tenang, seperti biasanya, entah karena tenggelam dalam pikirannya atau terhanyut dalam lamunannya. Meski begitu, berkali-kali aku memergokinya memandang wajahku dengan tatapan aneh. Anehnya, dia selalu menjauh setiap kali aku mencoba mendekatinya. Setiap kali pandangan kami beradu, dia langsung berpaling dengan gugup. Dia bahkan sengaja berbaris di barisan terdepan sebelah kanan, jauh dari tempatku berdiri.
Upacara dimulai dan dibuka oleh Demeter, salah satu anggota tertua kami. Pemimpin kami yang bernama Rudolf memang sering memberikan kepercayaan kepada siapa pun, kurasa untuk melihat sejauh mana kemampuan anak-anaknya memimpin. Demeter memimpin peribadatan sesuai kebiasaan Rudolf. Kami mengikuti kata-katanya. Aku mulai memahami sebagian dari bahasa yang mereka gunakan. Mereka juga menggunakan bahasa tersebut di luar kegiatan upacara sehingga aku dapat bercakap-cakap sedikit dengan mereka.
Bulan semakin merah. Puja-puji mereka semakin keras. Aku sendiri hanya berbisik pelan mengikuti, tanpa kekhusyukan. Jiwaku semakin penat, membuatku ingin berteriak, bukan untuk memuja setan, tetapi untuk menghentikan lantunan orang-orang ini. Cukup sudah! Tidak ada lagi peribadatan. Tidak ada lagi pemujaan. Pencarianku berhenti sampai di sini.
Rudolf tiba pada saat kami selesai mengumandangkan doa penutup. Dia berjalan perlahan di balik jubah hitam panjang kebesarannya yang dihiasi lambang pentagram di kedua bagian dadanya. Saat Rudolf membentangkan tangan dengan kasar, kami langsung menyebar membentuk lingkaran mengelilingi altar. Pemimpin kami itu masuk melalui salah satu celah di antara kami kemudian memandangi kami satu demi satu. Dia menatap Demeter agak lama, lalu beralih ke wajah-wajah anggota lainnya.
Perasaan tidak tenang kembali merasuki hatiku. Saat dicengkeram kecemasan, kudapati Rudolf menatapku tajam sambil menunjuk, menyuruhku maju. Aku menurut meskipun hatiku terasa berat dan urat nadiku bagaikan ditarik keluar dengan paksa. Aku melangkah perlahan ke arahnya, disaksikan oleh jemaat-jemaat setan berwajah dingin.
Saat tiba di tempat yang ditunjukkan, Rudolf memerintahkanku untuk diam. Suasana hening. Aku tidak mendengar apa-apa kecuali irama detak jantung mereka yang teratur dan seakan-akan memberi nyawa kepada jantungku yang sudah lama mati. Mereka memandangku dalam kebisuan, membuatku cemas dan waswas. Di manakah jati diriku sebagai makhluk terkutuk yang seharusnya ditakuti oleh semua makhluk? Mengapa saat ini diriku diguncang oleh perasaan yang seharusnya tidak kurasakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyeberang ke Kegelapan, Kisah Kedua
VampireIni adalah kisah tentang seorang lelaki yang dianugerahi keabadian. Dia hidup dari darah manusia, dan kegelapan adalah dunianya. Berabad-abad dia mencari jawaban apakah terus hidup dalam keabadian atau mengakhirinya. Pertanyaan itu selalu ada dalam...