5| Mood

3K 487 69
                                    

Tiga hari berlalu. Kondisi Kana mulai membaik, suhu tubuhnya menurun serta gejala kejang yang sering ia alami juga tidak muncul lagi sejak malam tadi. Kini si Kecil sudah bisa duduk walaupun harus menyender pada kepala ranjang.

"Baby mau makan apa?" Mama bertanya.

Wanita tersebut tampak tersenyum lebar mengetahui sang Anak mulai merespon perkataannya. Sebelumnya Kana hanya menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong dan terus diam, membuat seluruh orang disana jadi khawatir.

"Banana," sahutnya dengan suara parau. Mulutnya terasa pahit dan kering sekali, dan ia butuh minum.

"Mau minum Ma," pinta Kana.

"Minum? Sebentar.. Mama ambilkan!"

Mama meraih gelas lalu mengisinya menggunakan air hangat, setelahnya ia juga menambah sedikit air biasa supaya Kana bisa langsung meminumnya.

"Minum pelan-pelan," ujar Mama membantu anaknya minum air, "sudah?"

"Hmm..." Kana mengelap sudut bibirnya yang basah. Pandangannya menelisik seluruh ruangan seolah mencari sesuatu.

"Phi Meow mana?"

Sejak dirawat, Kana belum bertemu sekalipun dengan Mew. Apa Phi nya itu tidak mau menjenguknya?

"Phi Meow lagi sekolah, sekarang kan masa-masa ujian." Mama mengecek jam. "Sebentar lagi pasti pulang."

"Ciyus?"

Mama terkekeh. "Serius dong! Ayo makan dulu banananya."

Kana membuka mulut lalu memakan pisang suapan Mama. Saat sedang sakit buah pisang memang selalu menjadi penyelamat baginya. Soalnya tidak pahit dan mudah dikunyah.

"Ini tapan dibutak? Cucah tanan aku digelakinna," keluh Kana mengangkat tangan yang kena infus.

Lagipula, buat apa tangannya dikasih kabel air macam ini? Bikin orang susah gerak aja!

"Kata Pak dokter tunggu kamu sehat dulu. Kalau udah sehat dan sembuh, nanti pasti bakal dilepas," terang Mama.

Kana malah cemberut. "Nyebelin banet. Emangna aku tu lobot, dicucuk patai tabel kayak ni?"

"Ya sabar dong, sayang~"

Mama mengelus pipi Kana yang sibuk ngomel-ngomel. Wanita itu antara ingin tertawa atau mau sedih mengingat anaknya menyebut selang infus sebagai kabel air. Tidak salah juga sih, tapi ya gitu...

"Kenapa Ma?" Dari arah pintu, Papa masuk lalu menghampiri mereka berdua. "Kenapa dia marah-marah?" bisik sang Suami pelan, takut didengar Kana.

Mama ikut bisik-bisik, "Biasaaa, namanya juga lagi tekanan darah tinggi, makanya marah terus."

Kana memandang kedua orang tuanya dengan tatapan curiga. Lagi apa sih? Pakai bisik-bisik tetangga segala. Ghibahin dia ya? Uhhh!


☀❤🌻


"Mbuulllll!"

Panggilan heboh tersebut sukses mengalihkan perhatian Kana dari buku cerita bergambar miliknya. Senyum manisnya terpampang jelas kala Mew berlari kecil menghampiri. Datang juga orang ini.

"Phi Meow," sahut Kana berbinar-binar. Kedua tangannya terangkat minta dipeluk.

Namun Mew malah menggendongnya. Dengan hati-hati diputarnya selang infus supaya darah Kana tidak naik.

"Miss me, baby?" Mew menghujani wajah itu dengan ciuman lembut. Kana mengangguk-angguk. "Eum! Aku tanen cama Phi~"

"Maaf terlambat, tadi ada pertemuan mendadak di ekskul."

BEING KIDS   ||   KANA'S ADVENTURE  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang