"Papa yakin nggak apa aku tinggal dirumah?" Amel berkata setengah merajuk. Tangannya bergelayut manja di lengan Marko.
Ia dan teman-teman arisannya mengadakan rekreasi ke pulau dewata Bali. Amel yang notabene senang sekali jalan-jalan pun tak mau ketinggalan. Ia langsung minta ijin pada sang suami.
Marko tersenyum. "Iya, Ma. Papa nggak apa-apa. Laian kan Mama cum seminggu, nggak setahun juga."
"Ah, Papa bisa aja. Makin cintaaa deh sama Papa," kata Amel senang karena sang suami mengijinkan.
"Apa nih? Mama mau jalan-jalan? Ke manaaa?? Iiih, Rani nggak diajak? Jahat ih!" seru Rani. Bibirya membentuk lekukan cemberut.
Rani baru saja masuk ke dalam rumah, masih memakai seragam putih abu-abu. Di belakangnya Tasya menyusul, sambil membawakan tas Rani.
Di sekolah, semua orang mengenal Tasya sebagai anak pembantu Rani. Jadi hal yang wajar jika pulang-pergi Tasya selalu datang bersama Rani meski rani sering sekali menyuruhnya membawa-bawa sesuatu. Bahkan menyuruh-nyuruh rani untuk mengerjakan tugasnya sekaligus membelikan makanan dia dan gengnya dan gengnya ke kantin.
Singkatnya, tasya adalah salah satu gadis yang suka dibully di sekolah. Meski banyak yang prihatin tapi mereka tak cukup berani untuk mencegah. Sebab Rani dan gengnya selalu menyakiti siapapun yang berani menolong tasya.
"Aduuuh, anak kesayangan Mama udah pulang?" sambut Amel dengan hangat. Berbeda saat ia melirik Tasya dengan jijik.
tasya hanya menunduk. Tapi saat itu ia bisa melihat Marko meliriknya dengan senyum miring yang mencurigakan. Ia pun cepat-cepat menyingkir dari sana.
"Jangan lupa kerjain tugas Sosiologi gue dulu!" seru Rani.
"Iya," jawab Tasya sambil lalu.
"Ya kamu kan sekolah. Ya Mama pergi sendirilah, Sayang," ucap Amel menjelaskan.
"Nggak adil ah! Rani kan juga mau perrgi ma! Bosan di rumah terus!"
"Lain kali kan bisa saat libur."
"Masih lama Ma! Keburu meledak ini otak Rani. Tugas banyak banget. Rani juga butuh refreshing!" rajuk Rani. Ia menjatuhkan diri di atas sofa dengan wajah ditekuk-tekuk.
Amel dan Marko berpandangan sejenak.
"Kamu mau ikut Mama?" tanya Marko dengan nada lembut.
Rani mengangguk.
"Ya udah, kalau begitu ikut aja. Biar Papa yang bayar biaya tambahannya. Bisa kan Ma ngajak satu orang lagi?"
Amel mengangguk. "Bisa dong, Pa. Tapi beneran nggak apa ini rani bolos? Nilai-nilai kamu nanti gimana?"
"Rani janji habis dari Bali, rani bakal belajar lebih giat lagi. Plis Ma plisss bolehin Rani ikut dong. ya ya ya?"
"Iya, iya. tapi janji ya belajar habis pulang dari Bali. Kamu ini kerjanya shopping sama jalan-jalan aja. kamu ini udah kelas 3 SMA, bentar lagi lulus."
"issh, iya Ma iya. Jadi fix kan Pa? Rani boleh ikut?"
"Iya..."
"Asyiiikk!!" seru Rani berjingkrak-jingkrak senang.
"Weiishhh, kayaknya ada kabar baik nih. Ada apa?" Wildan yang baru pulang kuliah masuk dan langsung bergabung dengan keluargnaya. Ia duduk di sofa sambil mengibaskan kausnya karena gerah.
"Sumpah di luar gerah banget! Pa, beliin mobil dong! panas pake motor."
"Dulu kamu Papa beliin mobil malah dijual buat beli motor. Ya salah kamu sendiri," ucap Marko.
![](https://img.wattpad.com/cover/284886499-288-k412016.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Life of Tasya
Ngẫu nhiênSejak kedua orang tuanya meninggal, Tasya harus hidup bersama keluarga pamannya, Marko. Namun ia ingin cepat-cepat pergi dari sana karena selain sikap tidak baik yang ditunjukkan oleh istri Paman Marko dan anak gadis yang seumuran dengan Tasya, Tasy...