Lima

50.8K 271 10
                                    

"Sini, Sya!" perintah Wildan. Dia sudah duduk di samping ayahnya. Masih memakai pakaian lengkap, menarik tangan Tasya bangun dari pangkuan Marko.

Meski masih setengah lemas karena baru saja orgasme, Tasya menurut. Dia beralih naik ke pangkuan WIldan, di mana saat itu juga WIldan langsung menarik tengkuknya dan mencium bibirnya penuh nafsu.

"Kalau ciuman jangan sekaku itu. Ikutin gerakan lidah gue," bisik Wildan di sela ciumannya. Mengajari Tasya bagaimana cara mencium yang benar.

Awalnya Tasya memang kaku. Seumur-umur dia tidak pernah berciuman sama sekali. Jadi ketika Wildan menyuruhnya mengikuti gerakan bibirnya, Tasya masih kesulitan untuk mengimbangi. Ia gelagapan karena kehabisan napas.

"Cukup baik, tapi lo harus belajar lagi. Oke sayang?" Wildan mengakhiri cumannya dengan kecupan di pipi Tasya. Kedua tangannya turun ke bawah, meremas dan menarik puting payudara Tasya yang menggantung bebas.

Sementara itu Marko berdiri, kemudian mengambil posisi di belakang tubuh Tasya. Mencium tengkuk Tasya yang halus dan wangi. Turun hingga ke leher. Tangannya mengusap pinggang dan perut Tasya, membuat Tasya mendongak menatap langit-langit sambil mendesah kecil.

"Turun sini Sya." Kali ini Marco yang memberi perintah. Menyuruh Tasya turun dari pangkuan Wildan.

"Nah, sekarang buka risleting celana WIldan. Kamu nggak kasihan udah kelihatan menonjol gitu barangnya. Pasti dia kesakitan," kata Marko dengan nada geli yang dibalas seringaian miring dari Wildan.

"Ayo Sya, buka risleting gue!" tambah WIldan sedikit tak sabar.

Sebenarnya Tasya ingin sekali menolak. Namun jika dia menolak pasti urusannya akan semakin panjang. Sementara dia sendiri sudah ingin semuanya berakhir secepatnya.

Tasya pun menurut. Dengan tangan sedikit gemetar, dia meraih risleting celana Wildan. Gadis itu menurunkannya sepelan mungkin dengan hati-hati.

"Buka kancingnya sekalian Sya. Buruan. Udah sakit banget nih!"

Lagi-lagi Tasya menurut. Dia membuka kancing celana Wildan. Agak kesulitan pertamanya, namun akhirnya dia berhasil.

Wildan mengangkat sedikit tubuhnya, kemudian memelorotkan celananya sampai lutut. Di mana saat itu kejantanannya yang berwarna putih pun langsung mengacung tegak di depan wajah Tasya.

"Ohh Sya. Lihat deh gue udah ngaceng. Isepin dong."

Tasya agak ragu. Ia ingin mundur dan berlari saja. Membayangkan saja dia sudah agak merasa mual. Namun Marko yang berdiri di belakangnya membaca ekspresi Tasya. Dia pun langsung mendorong kepala belakang Tasya untuk mencium kemaluan Wildan.

"Hisap sayang. Kamu harus belajar bagaimana cara muasin laki-laki," tegas Marko.

Mau tak mau, siap tak siap, Tasya pun membuka mulutnya. Menjulurkan lidah dan menyapukannya ke ujung lubang penis Wildan.

"Aaakh," desah Wildan menggigit bibir. Dia merasa geli.

"Jilat kayak kamu sedang menikmati permen lolipop sayang." Marko dengan sabar mengajari. "Anggap saja ini permen, biar kamunya juga enak."

Tasya mengikuti instruksi dari Marko. Dia menjulurkan lidah dan mulai menjilati kemaluan Wildan. membuat sepupunya itu merem melek.

"Nah kalau sudah kamu bisa kulum tuh kontol. Ingat, jangan digigit ya," bisik Marko tepat di telinga Tasya. Terus mengamati bagaimana lidah remaja tersebut berusaha memuaskan kejantanan milik anaknya.

Masih dengan takut dan sedikit ragu, Tasya mulai membuka mulut. Yang lantas disambut baik oleh Wildan. Laki-laki itu mendorong kejantanannya ke dalam mulut Tasya lalu mendesah.

Diary Life of TasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang