Sebenarnya ada momen di mana Tasya bisa kabur dari dua lelaki bejat yang sekarang tidur di sisi kanan dan kirinya. Masing-masing dari mereka memeluk tubuh Tasya dengan posesif, hal yang membuat Tasya luar biasa jijik karena ingat status mereka adalah paman dan sepupunya.
Waktu sudah menunjukkan jam setengah satu malam. Mungkin karena kelelahan habis menyetubuhi Tasya mereka tertidur lelap.
Tasya diam-diam menyingkirkan tangan-tangan Wildan dan Marko dari tubuhnya, lantas dia beringsut duduk sepelan dan sehati-hati mungkin. Berusaha agar dua pria itu tidak bangun.
Setelah berhasil, Tasya turun dari kasur. Karena pakaiannya sudah tidak layak pakai, dia membuka almari untuk mengambil baju ganti. Baru saja hendak memakai dalaman, dia sudah merasa jijik dengan sisa-sisa sperma yang masih menempel di tubuh.
Tapi dia tidak boleh mengulur waktu. Sekarang atau tidak sama sekali. Dia harus kabur sekarang jika tidak mau tertangkap mereka.
Tasya pun memakai dalaman dengan cepat, mengambil kaus asal dari dalam almari dan rok selutut. Tasya tidak punya banyak celana panjang, dia hanya punya beberapa. Bahkan sebenarnya pakaiannya pun tidak banyak, berbeda dengan milik Rani yang hampir punya tiga almari full baju-baju bagus.
Selesai berpakaian, Tasya mengendap-endap menuju pintu kamar. Sesekali melirik ke arah kasur untuk memastikan Wildan dan Marko masih tidur. Perlahan, Tasya meraih handle pintu. Dia menekannya untuk membukanya.
Ceklek ceklek
Deg!
Tasya sedikit panik menyadari pintu itu terkunci! Membuat dia kebingungan di mana harus mencari kunci pintunya.
Namun tak butuh waktu lama baginya untuk berpikir sebab dia tebak kunci tersebut pastilah ada di saku pakaian Marko yang sekarang berserakan di lantai.
Tasya mulai mencari-cari, dari saku baju hingga celana. Dia menemukan dompet pamannya dan ponsel, tapi Tasya tidak tertarik. Dia hanya butuh kunci.
Senyum Tasya berkembang begitu menemukan benda yang dia cari.
Kembali Tasya menuju pintu. Dia memasukkan kunci ke lubang pintu pelan-pelan. Tasya baru senang dia akan bebas ketika ponsel Wildan tiba-tiba berbunyi keras. Tanda suara panggilan masuk entah dari siapa. Membuat mata Tasya terbelalak dan langsung panik.
Tanpa pikir panjang, dia memutar kunci kamar dan langsung kabur dari sana.
Di sisi lain, Wildan dan Marko sama-sama bangun karena suara ponsel. Mereka terkejut melihat Tasya kabur keluar dari kamar.
"Pa, Tasya kabur!" seru Wildan panik.
Di luar dugaan, Marco justru nampak santai. Dia berdiri, mengambil celananya di lantai dan memakainya. Lalu berkata pada putranya, "Pakai celana kamu."
Wildan mengangguk. Menuruti apa kata ayahnya. Dia cepat-cepat memakai celananya kemudian menyusul Marco yang sudah lebih dulu keluar dari kamar.
"Mau ke mana kamu Tasya?" teriak Marco sambil tersenyum miring. Melihat sang keponakan berusaha membuka pintu keluar rumah.
Tasya menoleh panik. Dia sudah berkali-kali berusaha membukanya tapi pintu tersebut nyatanya dikunci. Dan dia tidak tahu di mana kunci pintu tersebut.
"Nyari kunci?" tanya Marco. "Ada tuh di kamar Om. Kalau mau, ambil di sana."
Tasya menggeleng, lalu berbalik. Menatap takut-takut ke Marco.
"Om, plisss. Ijinin Tasya pergi. Tasya janji nggak akan cerita ke siapapun soal apa yang baru saja terjadi," mohon Tasya memelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Life of Tasya
RandomSejak kedua orang tuanya meninggal, Tasya harus hidup bersama keluarga pamannya, Marko. Namun ia ingin cepat-cepat pergi dari sana karena selain sikap tidak baik yang ditunjukkan oleh istri Paman Marko dan anak gadis yang seumuran dengan Tasya, Tasy...