Chapter 2

614 66 2
                                    

Menjadi Seorang Putri Kerajaan Sunda

***

Suara itu mengganggu pendengaranku.

Berisik banget, sih.

Museum seberisik ini?

Gue harus cepetan buka mata dan nyari Adelia.

Aku membuka mataku pelan. Semua orang mengucap syukur melihat mataku terbuka.

TUNGGU!

APA INI?!

“Tuan Putri sudah bangun!”

“Panggil Paduka Raja!”

“Syukurlah!”

“Tunggu, ini di mana?” tanyaku.

Salah satu dayang itu terkejut mendengarnya, “Ini di kamar Tuan Putri.”

Aku bangkit dari tidurku, “Huh? Kamarku?”

Aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Ini seperti rumah adat Sunda zaman dulu. Terbuat dari kayu, jendela berkayu, lantai juga berkayu, kasur yang tidak empuk karena berasal dari kapuk tipis, dan juga selimut dari sehelai kain katun.

Gimana gue nggak dingin, gila!

“Putriku!”

Sayup-sayup terdengar panggilan di telingaku. Pria itu berjalan tergesa-gesa ke arahku. Aku berpikir keras mendengarkan ucapan-ucapannya.

Aku diam tak bergeming.

Putri?

Apa lagi, ini?

“A—Aku, siapa?” tanyaku pelan.

Paras pria itu cukup menampakkan kebingungannya. Ia berteriak, “Panggil Tabib!”

Para pengawalnya berlari keluar ruangan untuk memanggil tabib. Aku menatap pria di hadapanku.

“Ini Ayahanda, Nak!”

Ayah?

“Ini..., tahun berapa, ya?” tanyaku kebingungan.

“Ini tahun 1274 Saka!”

Tahun 1274 Saka?

Ini berarti zaman dulu?

Gue balik ke masa kerajaan dulu?

“Ah..., ini di mana, ya?” tanyaku lagi.

Aku tidak ingin membuat kecurigaan tapi aku butuh kepastian.

Bisa-bisanya aku berpikir seperti ini.

Jangan-jangan...

“Kau tidak bisa mengingatnya?” tanya pria itu padaku. "Ini Ayahanda, Prabu Lingga Buana!”

Sebentar.

Gue masih mencerna.

Prabu Lingga Buana, Raja Kerajaan Sunda?

Terus, gue siapa?

TUNGGU!

Kalo gue putrinya, berarti gue....

DYAH PITALOKA CITRARESMI?!

“Ah..., maafkan saya!” ucapku sambil menunduk.

Sang Raja bangkit dari duduknya, “Istirahatlah, Tabib akan segera datang.”

Change The History [Revision] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang