♡ shandy

522 55 39
                                    

Pemuda yang berdiri di depan kelas itu Shandy Maulana, dia bukan siswa baru, hanya saja pindah kelas akibat sistem rolling class di sekolahnya, sistem membagongkan yang mensortir siswa sesuai kemampuannya.

Sementara Shandy hanya siswa yang biasa-biasa saja. Tidak terkenal, tapi juga tidak terkucilkan. Tidak berprestasi, tapi tidak bego banget. Hanya saja dia tukang tidur, beruntung nilai ulangannya tidak tidur juga.

"Panggil aja Shandy, atau Sen biar ga ribet. Hidup jangan diribetin, salam kenal ya." Shandy mengakhiri perkenalan dirinya di kelas barunya.

Dia dipindahkan dari kelas 12/B ke kelas 12/E akibat kelakuannya yang selalu ketiduran di kelas. Pengelompokan kelas di sekolahnya dimulai dari kelas terbaik ke kelas terburuk, yakni dari A hingga F.

Lumayan lah, ada penurunan. Kata Shandy pada dirinya.

Segera dia duduk ke bangku yang tersisa di belakang dengan pemuda yang dari tadi hanya diam menatapnya ketika memperkenalkan diri, tidak seperti siswa lain yang begitu antusias.

"Hei, gue Shandy. Lo siapa?" tanya Shandy mengulurkan tangannya. Namun teman sebangkunya hanya melirik dan kembali menunduk.

Suara kecilnya masih tertangkap telinga Shandy. "Fajri."

"Gue duduk di sini ya?"

"Hm."

"Hm doang? Itu maksudnya boleh apa kaga?"

"Berisik."

Shandy mendengus kesal, dia mendapat teman sebangku yang membosankan. Jika begini dia akan lebih sering tidur di kelas.

"Heh, Shandy!" panggil pemuda yang duduk di depan Shandy. Shandy mengenalnya, namanya Alan.

"Lu jangan deket-deket sama dia, asal lo tau dia itu gay! Homo njir! Awas lo diperkosa ntar sama dia!" bisik Alan yang masih terdengar keras hingga Fajri di sana mengepalkan tangannya.

"Gay?" Shandy mengerenyit, dia melirik Fajri yang terlihat menahan emosinya.

Memang benar Fajri terlihat cantik dan gemulai daripada pemuda seumurannya. Mata runcing dengan bulu mata yang lentik, pipi bulat dengan kulit cerah, belum lagi gigi kelincinya yang bahkan muncul ketika dia berbicara. Astaga, kenapa Shandy malah memujinya.

"Iya, njing! Lo hati-hati ya, ntar lo digrepe-grepe mau? Jijik banget kali! Satu kelas juga tau gimana dia yang suka main sama om-om! Lo mau jadi korban selanjutnya?"

Shandy meliriknya lagi, dia terlihat acuh. Seolah sudah kebal dengan ujaran kebencian dari orang-orang sekitarnya. Mungkin karena itu teman sebangkunya ini cuek pada sekitar?

-

Jam istirahat, semua siswa buru-buru menuju kantin. Namun Shandy malah telah terpejam di mejanya dengan tangan yang dilipat sebagai bantal.

"Sen, kantin kuy! Lo ga makan?" ajak pemuda yang duduk di depan Shandy.

Dengan setengah sadar Shandy menjawab. "Ntar gue makan dalam mimpi. Gua mahu tidhur!"

"Njingan! Lo semalem kaga tidur apa?"

"Tidur, sekarang tidur lagi. Kan hobi. Dah lu pergi sana, gue udah mimpi makan Nasi Padang nih!"

Pemuda itu berdecak sebelum meninggalkan Shandy yang tidak bergeming lagi. Di tengah kesadarannya yang mengawang, Shandy dapat mendengar bisik-bisik gadis teman sekelasnya, mereka sedang membicarakan Fajri lagi. Shandy sebenarnya juga masih bingung kenapa kelas ini begitu memojokan Fajri, padahal homoseksual bukan hal baru lagi di sekolah mereka, di kelas lamanya bahkan memiliki dua pasangan gay di sana.

"Pasti dia baru balik habis jual diri sama om-om, " ucapan gadis itu terpotong oleh suara gebrakan meja yang dibuat sengaja oleh Fajri.

Suara itu juga sempat membuat Shandy tersentak hingga harus membuka matanya dan melihat pemuda berambut belah tengah itu meninggalkan kelas begitu saja.

— bersambung.

— bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Octagon Of Love - UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang