terlalu tampan - shanji

355 38 16
                                    

Apa kalian berpikir memiliki wajah rupawan itu sangat menyenangkan?

Banyak penggemar.

Terkenal.

Di puja-puja orang.

Dan juga didambakan banyak orang.

Hah! Itu hanya dampak baik nya. Tapi dampak buruk nya? Apa kalian tahu?

Hal ini yang menyebabkan Ahmad Maulana Fajri menjadi anti-sosial. Terakhir kali karena wajahnya yang terlalu tampan, ia menjadi rebutan ibu-ibu depan komplek hingga beberapa bagian pakaiannya robek. Belum lagi setiap gadis yang melihatnya akan mendadak mimisan dan menjerit menyeramkan di hadapanya, dan yang paling menyeramkan itu saat di kejar-kejar puluhan gadis sekolahan sepanjang jalan.

Setelah semua kejadian mengenaskan itu, Fajri tidak mau lagi menampakan dirinya di luar rumah, dan jika ia harus keluar rumah itu pun harus mengenakan penyamaran dulu. Aish! Fajri bukan seperti kakaknya Ridwan dan Fauzan yang menjadikan ketampananya sebagai aset. Fajri benci jadi sasaran perempuan, itu intinya. Maka dari itu Fajri melakukan home schooling sejak kelas delapan hingga hampir menginjak kelas dua belas ini.

Segala usaha keluarga selalu gagal untuk membuat Fajri mau bergaul di luar atau sekedar bersekolah formal seperti orang lain. Hingga akhirnya ia dijebak oleh kedua kakaknya, berkedok ekonomi keluarga yang merosot karena home schooling Fajri hingga tidak punya biaya untuk hal lainya, Fajri akhirnya mempasrahkan diri masuk sekolah formal, itu pun dengan syarat; harus sekolah khusus pria. Walau begitu keluarga sudah cukup senang Fajri mau keluar untuk sekolah bukanya mendekam diri di rumah.

-

Awalnya sekolah formal Fajri tidak berjalan lancar, di hari pertama Fajri telah membuat seorang guru cantik yang terkenal killer mimisan dan kejang-kejang setelah menatap wajah siswa barunya yang terlalu tampan di kelas.

Itu menyebalkan, Fajri mendapat banyak tatapan tidak suka dari teman-temannya, terutama tatapan nyalang dari seorang pemuda gondrong dengan mata tajam itu, ia menatap seolah akan menerkan Fajri. Sesaat tatapan mereka bertemu, namun pemuda itu segera memutusnya dan malah berjalan mendekat ke arah Fajri. Namun bukan Fajri sasaranya, melainkan anak laki-laki yang kelihatan sangat cupu yang duduk di sebelah Fajri.

Suara berat pemuda itu menyapa pendengaran Fajri. "Tradisi murid baru." Ucapnya kemudian menyeret kerah anak cupu yang tadinya ada di sebelah Fajri menuju keluar kelas di ikuti beberapa siswa lainya.

Fajri mengernyit bingung, ia memberanikan diri bertanya pada siswa yang duduk di depanya, kebetulan Fajri duduk di bangku paling belakang.

"Hei, apa itu tradisi murid baru? Kenapa dia nyeret temen sebangku gue?"

Merasa punggungnya di tepuk, siswa berkaca mata bulat itu membalik tubuhnya menatap Fajri.

"Oh, itu tradisi lama di kelas ini. Setiap ada siswa baru, siswa yang duduk disebelah siswa baru akan dapat bully-an dari gengnya Shandy." Jawab ramah pemuda mata empat itu.

"Geng Shandy?"

"Iya, geng Shandy itu diketuai Shandy cowo gondrong tadi dan kawan-kawan brengseknya. Shandy itu penguasa sekolah, tidak ada yang berani melawannya dan geng itu."

Jadi namanya Shandy? Namanya cukup mencerminkan seberapa brengseknya dia.

"Kira-kira kemana Shandy akan membawa temen sebangku gue?"

"Entahlah." Pemuda itu mengangkat bahunya. "Aku pikir ke kamar mandi atau tempat sepi seperti gudang."

"Oh, thanks, ... nama lo?"

"Zweitson. Panggil aja Son."

"Oh. Thanks, Son."

Zweitson mengangguk dengan senyuman kemudain berbalik menghadap ke depan.

Fajri berpikir untuk menolong teman sebangkunya, ia tidak bisa membiarkan orang lain tersiksa karena dirinya.

Akhirnya Fajri menuju ke gudang setelah ke kamar mandi siswa dan tidak menemukan siapapun, ia juga menyeret Zweitson, tentunya sebagai penunjuk arah, walau Zweitson sempat menolak, namun setelah diiming-imingi traktiran di kantin, akhirnya Zweitson mau.

Setelah sampai di depan gedung tua yang di sebut gudang itu, Fajri dapat mendengar tawa jahat beberapa siswa dari dalam sana.

"Sudah, aku antar sampai sini saja. Aku gak mau berurusan sama mereka. Bye!" Lirih Zweitson sebelum lari terbirit-birit menuju koridor depan.

Fajri melangkahkan kakinya ke dalam gudang. Tak terbesit sedikit pun rasa takut dalam dirinya, bagaimanapun ia harus menegakan keadilan. Begitu pikirnya.

Saat Fajri telah berdiri di sana, ia melihat lima orang siswa berdiri melingkar dengan anak cupu itu ditengahnya, masing-masing memegang bola tenis yang mereka lemparkan ke arah anak cupu itu yang terlihat telah mimisan.

"Berhenti!" teriak lantang Fajri.

Kelima siswa lainya menatap Fajri nyalang.

"Lepasin dia."

Pemuda bersurai panjang itu terlihat tertawa mengejek, ia berjalan mendekati Fajri.

Ternyata secara dekat pemuda itu cukup tinggi. Dengan penampilan khas berandalannya; telinga ditindik, dua kancing seragam terbuka dan lengan baju yang dilipat ke atas, tidak mengurangi pesona wajah tampannya yang sedikit berkeringat.

"Ah, anak baru. Sebaiknya lo pergi dari sini."

"Lepasin dia dulu!"

"Hah? Lepasin? Lo ga tahu tradisi kelas kita, anak baru?"

"Gue tahu."

"Terus? Lo mau ngeganti si culun itu dan jadi target kami?"

Fajri menarik smirknya. "Menarik."

"Maksud lo?"

"Gue juga sudah jadiin lo target gue asal lo tahu."

"Hah?"

"Jadi kalo kita saling targetin kita bisa miliki satu sama lain secepatnya bukan?"

Pemuda itu melotot, menarik kerah seragam Fajri, dia menatap Fajri kurang dari lima belas senti.

"Jaga mulut lo! Lo ga tahu siapa gue, hah?"

Fajri tersenyum, bibirnya membentuk pola yang manis, hingga debaran itu hadir mengguncang dada Shandy dan membuatnya hilang fokus.

"Lo itu..." Fajri membelai pipi Shandy kemudian menyelipkan rambut panjangnya yang terurai ke belakang telinganya.

"...calon suami gue, Shandy."

Semua orang di gudang itu terdiam, keempat teman Shandy membeku, tidak ada yang berani meremehkan bos mereka seperti itu sebelumnya.

Begitu pula Shandy yang mendadak kehabisan kata untuk murid baru dengan wajah yang dia akui sangat tampan namun lebih terkesan manis di matanya. Dia juga sedikit kagum dengan keberaniannya.

Oh, tidak! Jantung Shandy berdebar terlalu cepat!

—udahan ye 🌚

Sebenernya ini cerita fanfict aku yang lain, tapi aku jadiin versi ShanJi dan diubah sana-sini.

Untuk part RickFen selanjutnya yaa

See yaaa❤️

Octagon Of Love - UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang