TANGAN kecil taeyong bergerak dengan teleten membereskan alat tulisnya, memasukan kedalam tas punggung di ikuti teman satu bangkunya; ten chittaphon.
"Cepat aku sudah tidak sabar!." Taeyong berseru senang segera memakai dengan benar tasnya, pria bergigi kelinci yang duduk di belakang mereka mendengus sebal.
"Aku juga ingin ikut." Doyoung merangkul teman satu bangkunya yang berna winwin, ia menatap malas dua pria manis yang duduk di depannya mereka.
"Lebih baik kau menjaga kepolosan mu, jangan mengikuti jejak taeyong dan ten." Doyoung tersenyum gemas, mencubit pipi pria itu.
"Hai ayolah ini wajar, kita sudah dewasa." Celetuk ten malas, segera mengikuti taeyong yang sudah melangkah riang meninggalkan ruang kelas.
Ten menyamakan langkahnya dengan taeyong segera merangkul pundak sahabatnya dengan erat. "Santai saja, kita masih punya banyak waktu sampai esok pagi."
"Aku tidak sabar, ini pertama kalinya untuk ku." Ten tertawa, mengangguk kemudian dan terus melangkah menuruni tangga menuju lantai bawa sekolah. "Oh! Oh! Aku bahkan merasa gugup!."
Taeyong menyentuh dadanya dramastis seperti sedang jantungan mengundang dengusan geli dari ten, pria keturunan thailand itu bergidik merasa geli dengan tingkah berlebih taeyong.
"Kau hanya akan menonton film porno bukan melakukan malam pertama jung taeyong, jadi tidak perlu gugup seperti itu." Celetuk ten malas, mereka sudah sampai di lantai bawah dan langsung menuju pintu keluar. Mendapati sopir pribadi ten yang sudah menunggu di depan gerbang sekolah, pria paruh baya dengan baju pormalnya membungkuk sopan setelah membukakan pintu untuk dua pria manis itu.
"Terimakasih paman." Ucap taeyong ramah, ia segera masuk kedalam mobil menyusul ten setelah mendapat senyum hangat dari pria tua itu, jangan heran. Orang-orang yang bekerja pada keluarga ten tentu sangat mengenal taeyong karena pria manis itu berteman dengan anak majikan marek.
Terlebih taeyong cukup terkenal dengan keramahan dan keceriaannya, anak manis itu sangat mudah bergaul dengan siapa saja bahkan dengan para maid yang berja di rumah ten.
Ngomong-ngomong tentang menginap, hari ini ia menginap di rumah ten sesuai apa yang ia katakan kemarin kepada jaehyun, pria itu tidak melarangnya tadi pagi saat ia kembali meminta izin sewaktu di meja makan. Hanya saja jaehyun memberi waktu satu malam dan jangan lupakan nasehat yang pria itu titipkan padanya.
"Jangan nakal, dan jangan merepotkan. Tidak ada acara keluar malam hari, kau mengerti?."
Kira-kira begitu pesan jaehyun, tidak memperbolehkannya keluar malam hari bersama ten. Tidak masalah lagipula ia hanya akan mengurung diri bersama ten dengan laptop kesayangan sahabatnya.
Perlahan mobil yang di tumpangi taeyong dan ten melaju menyusuri jalanan yang lengah sore ini. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di kediaman ten, rumah bernuansa putih gading yang berdiri kokoh dengan pagar menjulang tinggi itu tidak kalah besar dengan rumah keluarga jung.
Setelah memasuki pagar mobil itu mengitari jalan beraspal yang bisa memuat dua buah mobil untuk saling berselisihan dengan tanah lapang di kiri kanan yang tanami pohon hias dan beberapa tanaman mahal, perlahan mobil memasuki jalan yang menjorok kebawah tanah menuju basmen, dengan tembok di kiri kanan yang di hasilkan oleh tanah. Semakin dalam masuk semakin tinggi tembok itu.
Mobil terparkir di barisan mobil mewah lainnya yang ada di sana, taeyong dan ten keluar dengan mandiri tanpa di bantu si sopir.
"Ingin makan terlebih dahulu?." Ketika biasanya taeyong bersemangat mendengar makanan kali ini ia tidak, memilih menarik tangan ten dan membuka pintu terbuat dari kayu yang di yakini tidak murah harganya dengan ukiran aneh. Tapi taeyong tentu tidak perduli, dengan tidak tahu malu membanting pintu itu hingga menghasikkan deguman nyaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
my father《jaeyong》
Romancemy father taeyong "perasaan itu datang tanpa bisa di cegah, aku ingin berhenti agar tidak menyakiti siapapun" jaehyun bukan sosok daddy yang sempurna, tidak seperti yang orang lain lihat. seiring waktu berjalan taeyong jadi tahu sedikit demi sedikit...