JAEHYUN menepuk lembut pipi taeyong, ia sudah selesai dengan pekerjaannya dan mendapati taeyong yang terlelep di atas sofa dengan makanan yang tinggal separu di dalam salah satu kantung pelastik.
Sudah jaehyun katakan bukan taeyong itu maniak makanan, perut ramping itu seperti muat di jejal apa saja namun tidak merubah fisik si manis sama sekali, tapi sepertinya semua makanan yang taeyong santap selalu berlari menuju pipinya. Lihatlah pipi anak ini seperti buntalan, sangat menggemaskan sampai-sampai jaehyun ingin menggigitnya.
Jaehyun memperhatikan arloji di tangannya, ini sudah pukul tiga siang sepertinya ia terlalu lama meninggalakn taeyong sendiri karena terlalu pokus berkutat dengan pekerjaanya. Di rasa taeyong tidak mau membuka mata walau beberapa kali melenguh memprotes jaehyun yang menepuk pipi bulatnya.
Jaehyun mengangkat tubuh kecil itu hati-hati, mendudukan taeyong di atas pahanya. "Wake up baby." Membiarkan taeyong menyandar nyaman di dadanya tanpa protes, satu tangan jaehyun memeluk pinggang taeyong dan yang satu ia gunakan mengusap wajah manis itu.
"Tidak ingin bangun hm?." Tidak ada respon, jaehyun tertawa gemas di buatnya. "Tidak jadi jalan-jalan?." Taeyong tetap tidak merespon, masih setia menutup matanya.
"Bagai mana dengan eskrim strawberyy dan coklat?." Berhasil, taeyong membuka matanya sekarang dengan senyum di wajah lucu itu. Jaehyun terkadang merasa gemas dengan kelakukan taeyong yang apa-apa harus ia sogok terlebih dahulu baru anak itu akan menurut.
"Aku menyayangi daddy." Setelah itu ia turun dari pangkuan jaehyun, meraih pelastik yang masih tersisa beberapa makanan di dalamnya.
"Menyayangi daddy atau uang daddy?." Taeyong menyengir, melangkah riang menuju pintu ruangan jaehyun.
"Uang daddy tentu saja." Ujarnya sedikit berteriak lalu keluar, kembali meninggal Kan jaehyun yang hanya bisa menggeleng dengan kelakuan anaknya.
"Paman bulan yongie mau pulang." Taeyong menghentikan langkahnya tepat di depan meja kerja taeil, pria bermarga moon itu sadang membereskan peralatan kerjanya.
"Daddy mu sudah selesai?." Taeyong mengangguk mengiyakan pertanyaan taeil. "Apa itu?." Taeil menunjuk kantong yang ada di tangan taeyong, membuat si manis ikut melirik kantongnya.
"Ini makanan." Taeil tertawa gemas, ia sering sekali merasa ragu jika anak bosnya ini berusia 18 tahun kelakuannya terlalu menggemaskan untuk anak pria yang sudah beranjak dewa seperti taeyong.
"Bisa berbagi?." Mata bulat itu semakin membulat, menggeleng cepat kemudian berlari dari sana meninggalakan taeil yang sudah tertawa melihat tingkah taeyong.
"Menggemaskan." Padahal berbagi satu tidak akan membuat anak itu kelaparan, jaehyun bisa memberinya lebih banyak dari itu.
...
"Daddy!" Taeyong mememkik senang menatap dua cup eskrim di tangan jaehyun, ia meraih kedua eskrim itu tanpa menyisakannya untuk jaehyun, tidak masalah bukan karena jaehyun memang membelikan ini untuknya.
"Tidak ingin berbagi?."
"Ingat umur, daddy sudah tua tidak boleh memakan eskrim." Celetuknya dengan wajah menasehati. Jaehyun yang di beri nasehat hanya mengulum bibir.
"Daddy mu tidak setua itu." Taeyong menaikkan alisnya sambil bebrapa kali memasukan eskrim kedalam mulut.
"33 tahun itu cukup tua." Hei itu tidak terlalu tua, bahkan jaehyun bisa menambah isteri lagi di umurnya sekarang Ia masih gagah dalam semua hal.
"Kita hanya berbeda 15 tahun taeyong." Jaehyun memperhatikan anaknya itu makan tanpa berminat ingin mencoba eskrim seperti taeyong, ia bukan manusia penyuka manis berlebihan seperti pria manis di depannya ini. Tapi jika kemanisan taeyong tidak mungkin jaehyun tidak menyukainya.
"Itu perbedaan yang cukup jauh." Jaehyun tidak menanggapi perkataan taeyong lagi, ia memilih menyandarkan punggungnya pada kursi sambil memperhatikan si penggila makanan manis di depannya.
Jika yoona tahu bahwa jaehyun membelikan taeyong makanan di luar sudah di pastikan isterinya itu akan mengomel di sepanjang malam belum lagi ia membelikan anak manis ini makanan manis yang banyak.
"Jangan bercerita pada eomma mu jika daddy membelikan banyak makanan." Taeyong tersenyum manis, tapi kembali sibuk pada eskrimnya. "Taeyongie."
"Aku akan memberi tahu eomma." Jaehyun mendengus, tidak tahu terimakasih. Sudah di belikan makanan malah menjerumuskannya pada masalah.
"Setidaknya berterimakasih pada daddy." Taeyong menolak, ia tidak menghiraukan jaehyun. "Bagai mana dengan satu eskrim?."
"Tidak, perut yongie sudah kenyang." Taeyong menatap jaehyun tapi mulutnya masih sibuk mengecap manisnya eskrim. "ada penawaran lain?."
Jaehyun mendengus tahu kemana arah pembicaraan anak nakal di depannya. "Baiklah satu hari."
"Daddy yang terbaik." Ini lah taeyong mau, mendapat izin dari jaehyun agar ia bisa menginap di rumah ten walau hanya satu malam.
"Puas?." Taeyong mengangguk kencang, meski ia mati kebosanan berdiam di ruangan jaehyun tapi banyak keuntungan yang ia dapat hari ini. Tentu taeyong tidak menyesal mengekori pria tinggi itu seharian.
"Habiskan setelah itu kita pulang." Mendengar penuturan jaehyun, taeyong merangut. Jaehyun sudah berjanji mengajaknya jalan-jalan!.
"Daddy lupa dengan janji? Ini masih jam 4 sore." Ucap taeyong setelah melirik ponselnya.
"Kau sudah menang banyak hari ini."
"Tapi daddy sudah janji." Baiklah sepertinya mereka tidak langsung pulang setelah ini, mungkin jaehyun akan mengajak anak nakal ini kesuatu tempat untuk memenuhi janjinya.
...
"Anak eomma senang?." Taeyong menghentikan langkahnya ketika mendapati sang eomma berdiri di dekat tangga dengan dress tidurnya yang tipis dan terlalu terbuka. Taeyong menghambur kepelukan yoona.
"Yongie senang! Daddy mengajak yongie jalan-jalan." Taeyong mencium pipi putih yoona, kemudian melepas pelukannya.
"Kemana daddy membawa anak eomma ini jalan-jalan hm?" Yoona mengulurkan tangannya, mengusap rambut taeyong dengan lembut.
"Lotte word! Ah dan kedai—"
"Selamat malam" jaehyun tersenyum manis menyela ucapan taeyong, kucing nakal ini baru saja ingin membuka rahasia mereka. Ingat jaehyun sudah menutup mulut itu dengan mengizinkan taeyong menginap di rumah ten, Benar-benar tidak bisa di percaya rupanya.
"Kalian tidak mengajakku." Taeyong tertawa mengecup kembali pipi yoona, sementara jaehyun mendekat merengkuh pinggang isterinya. "Sampai lupa waktu, ini sidah jam 7 malam dan kalian baru pulang" omelnya.
"Maaf eomma." Setelah mengatakan itu taeyong berlarik menaiki tangga dengan tawa riangnya, suasana hatinya sedang baik sekarang berkat jaehyun.
"Apa yang kau bawa?!." Yoona berteriak saat melihat tangan taeyong tidak dalam keadaan kosong, anaknya sedang menenteng satu kantong pelastik berisi makanan tidak sehat.
"Sudah lah biar kan saja." Jaehyun menarik tubuh ramping yoona agar lebih mendekat padanya, menempelkan tubuh mereka namun sebelum itu terjadi yoona sedikit mendorong tubuh jaehyun dan melepaskan diri.
"Bersihkan tubuhmu." Tidak ingin ambil pusing jaehyun menurut, menaiki anak tangga tanpa mengatakan sepatah katapun. Bukankah mereka selalu begini? Di dalam pernikahan mereka tidak ada yang namanya lebih dari sebuah pelukan dan ciuman selamat pagi sebagai formalitas.
lanjut?
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
my father《jaeyong》
Romantizmmy father taeyong "perasaan itu datang tanpa bisa di cegah, aku ingin berhenti agar tidak menyakiti siapapun" jaehyun bukan sosok daddy yang sempurna, tidak seperti yang orang lain lihat. seiring waktu berjalan taeyong jadi tahu sedikit demi sedikit...