Sania berjalan mendekati segerombolan pria yang salah satunya akan menjadi lawannya.Helm masih terpasang di kepalanya guna membuat orang-orang tak ada yang mengenali wajahnya.
"Yang jadi lawan gue mana."
"Dia!"
Kita sebut saja dia Brayen.Pria berambut hitam dengan warna mata coklat yang berucap sembari tangannya menunjuk seorang pemuda yang nampak tak peduli dengan sekitar.Pria yang katanya akan menjadi lawan balap Sania malam ini.
Melihat wajah yang begitu familiar dan sangat dikenalinya Sania memaku di tempat.Tubuhnya menegang dengan bola mata melotot tak percaya dengan apa yang dilihatnya.Sosok yang terasa tidak mungkin memandang dingin ke arahnya.Sosok itu nampak begitu menawan di tengah cahaya samar-samar bulan.
Alkana.
Bukankah dulu Sania sangat melarang keras Alkana untuk mengikuti balap liar? Dan lagi,jaket kulit yang mereka semua gunakan membuktikan bahwa Alkana termasuk ke dalam sebuah geng motor.
"Lo yakin bakal lanjut? Diliat dari badan lo yang kecil gue kok ragu ya ... bisa menang dari ketua gue?"
Apa katanya? Ketua?
Alkana?
Apakah maksud pria itu Alkana adalah ketua geng motor? Tapi sejak kapan?
Sania baru meninggal dalam kurun waktu sebulan.Dan semasa hidupnya dulu dalam raga aslinya ia sama sekali tak pernah menemukan hal yang berbau dunia malam seperti ini pada diri Alkana.Lalu sejak kapan Alkana menjabat sebagai ketua geng?
"Taruhannya apa dulu?" Tantang Izhan menantang.Ilham yang berada di sebelahnya melempar senyum miring.
"Gue liat-liat lo yakin banget ketua lo bakal menang.Pasang taruhan mahal gak salah dong...ye gak bro?" Ucap Ilham yang disoraki teman-temannya.
"Oh jelas mahallah taruhannya.Lo kira kita apaan masang taruhan murah?"Brayen tertawa mengejek diikuti teman-temannya.
"50 juta plus motor vespa baru tanpa lecet."
Mereka yang mendengarnya mengeluarkan berbagai ekspresi dari terkejut,terpukau ataupun senang.
Sementara Alkana yang sedari tadi acuh terhadap sekitar memusatkan perhatiannya kepada Sania yang masih tertutup helm di kepalanya.Entah mengapa ia merasakan hawa familiar di sekitarnya.Hawa yang sudah tak pernah dirasakannya belakangan ini,hawa dari seseorang yang meninggalkannya sehingga membuatnya terjerumus ke dalam hal yang ditentangnya.
Alkana berbisik kepada temannya sembari sesekali melirik ke arah Sania yang sedang memperhatikannya.
Indro mengangguk setelah mendengar permintaan ketuanya."Kalau bos gue menang, tu queen racing lo kudu buka helm."
"Zan?" Ferdy yang sedari tadi terdiam menatap Sania meminta persetujuan.Jika menurutnya ini bisa saja dilakukan karna Ferdy yakin Zanu tak akan kalah.Melihat Zanu mengangguk Ferdy berjabat tangan dengan Brayen pertanda kesepakatan disetujui.
Tanpa mengucapkan sepatah kata Sania berjalan menghampiri motornya yang sudah diperiksa keamanannya oleh anggota gengnya.Ia menancap gas menuju garis start dengan tangan yang mencengkram erat gas motor.Perasaannya kini terasa campur aduk antara geram dan sedih atas kelakuan Alkana.
Wajahnya nampak sangat berbeda.Senyum jenaka tak lagi terlihat apalagi dengan lawakan receh tak lucunya.Yang ada hanya wajah dingin tak tersentuh dengan tatapan tajam menusuk.Tiba-tiba Sania merasa asing dengan kakak kandungnya sendiri.
Brum..
Brum....
Suara deru motor disertai asap tebal yang memenuhi udara menambah keramaian di area balap tersebut.Dua motor besar dengan warna berbeda dan penunggangnya terlihat sangat keren dipandu sorak-sorak dari pendukung masing-masing.
Tanpa sengaja mata Alkana dan mata Sania saling bertubrukan.Hal itu membuat detakan jantung keduanya tak normal.
"Tatapan itu...."
Go!
Bendera di lempar ke atas oleh seorang pria yang berdiri di antara keduanya.Sontak kedua motor besar tersebut melaju kencang meninggalkan asap serta debu yang beterbangan di belakangnya.
Jauh di depan sana Alkana menjadi pemimpin.Sedangkan Sania berusaha mengejar dengan santai dari belakang.Walaupun begitu matanya yang tertutup kaca helm itu nampak jelas memancarkan cahaya obsesi untuk memang.
Jika benar Alkana sudah lama memasuki dunia balap seperti ini jelas Alakan akan mengalahkannya namun jika Alkana masih baru tentu Sania yang akan menjadi pemenang.
Garis finish sudah terlihat.Penonton yang melihat orang yang mereka dukung terlihat oleh mata semakin mengeraskan suara mereka terutama anggota geng Sania dan Alkana.
Sedikit lagi...
"Lo bisa Sania."Gumam Sania menatap tajam garis finish di depannya.
Huuuuuu!!!
Huuuuuu!!!
Dia menang lagi!!!
Gila gila juara bertahan dilawan.
Queen racing nih bos senggol dong.
"Lo hebat."
"Selamat Zan."
"Seperti biasa Zanu gak pernah ngecewain."
"Zanu is the best."
"Bapak bangga sama kamu nak."
"Pertahankan prestasimu kawan."
Dengan menangnya Sania dalam lomba balap malam ini akan menjadi awal hubungannya dengan Alkana tanpa ia sadari.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengganti Kepribadian Jiwa
FantasyPerpindahan raga dengan jiwa yang sama adalah hal yang mustahil.Namun fakta bahwa tak ada yang mustahil di dunia ini menghancurkan segala opini 'nya'. Semuanya terjadi begitu saja tanpa sempat Sania sadari.Gadis itu hanya merasa tubuhnya terlempar k...