Sania cerita 17

174 11 0
                                    

Sania mengendarai gentong menuju lokasi rumahnya yang dulu.Ia benar-benar sudah tidak tahan untuk bertemu dengan keluarganya.Langkah pertama untuk memulai semuanya adalah menjadikan salah satu dari mereka sekutunya.

Dan pilihan Sania jatuh kepada kakak ketiganya.

Arsen.

Ya.

Pria lembut itu adalah pilihan yang tepat untuk dijadikan sekongkol.

Sesampainya di depan rumah berpagar tinggi yang dulu sering ia peluk ketika tak ingin pergi sekolah namun terus di paksa Sania tak tahan untuk tidak menangis.

Air matanya tertutup helm yang dipakainya.Gadis cantik itu menjalankan motornya dengan perlahan memasuki halaman super luas yang terhampar di sana.

"Hiks... kangen.."Rengeknya entah pada siapa.

Tersimpan banyak sekali kenangan di tempat ini.Tempat dimana ia tumbuh sampai bisa menyaksikan perubahannya seiring berjalannya waktu.Hari-harinya ia lalui dengan bahagia bersama keluarga tercintanya.Terutama para kakak-kakaknya yang begitu memanjakannya.

Sania terkekeh kecil di sela-sela air mata yang senantiasa mengalir melewati pipi mulusnya.Wajah cantik yang bukan miliknya nampak sendu dan dapat membangkitkan rasa kasihan siapapun yang melihatnya.

Setelah memarkirkan motornya Sania berjalan menuju pintu berwarna putih yang menjulang tinggi yang menjadi tempat lewatnya penghuni rumah keluar masuk.

Lama berdiri tanpa ada niatan sama sekali untuk memencet bell atau setidaknya mengetuk pintu.Gadis itu nampak bimbang dengan keputusan yang sudah diambilnya dari jauh-jauh hari.Rasanya ia ingin berlari menuju motornya dan pergi dari sana sekarang juga.Rasa tak sanggup melihat wajah sedih keluarganya begitu terasa menyakitkan hatinya.

"Ayo Sania.. lo pasti bisa.Bukannya lo kangen sama mama papa? Abang-abang gaje lo yang bermacam-macam spesies itu?" Gumamnya menyemangati dirinya sendiri supaya bisa mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.

Entah apa yang membebani tangannya sampai terasa begitu berat.

Tok tok tok

Walaupun ragu Sania tetap memaksakan dirinya untuk memulai semuanya.Diketuknya pintu dengan tangan bergetar hingga terdengar teriakan dari dalam di susul suara pintu terbuka.

Nampak wanita paruh baya yang amat Sania kenali.Wanita paruh baya yang sudah ada sejak ia lahir dan merawatnya seperti anak sendiri.

Sania tersenyum haru.Ia ingin memeluk ART kesayangangannya namun sebuah fakta menyakitkan seakan tangan tak kasat mata yang menampar wajahnya dengan kuat.

Saat ini ia sudah bukan lagi Sania seorang putri raja di rumah itu.Namun kini ia adalah gadis asing yang datang tanpa diundang bahkan tanpa seorang pun mengenalinya.

"Maaf cari siapa ya?" Tanya Bi Wina.Wanita berpakaian khas pelayan itu menatap bingung kepada gadis cantik yang datang bertamu di siang bolong ini.Dalam hatinya bertanya-tanya apakah gadis ini salah alamat atau tidak.Pasalnya semenjak kematian Nonanya tak ada lagi tamu yang datang baik itu rekan bisnis tuan dan nyonyanya atau teman-teman para tuan muda.

"Bang-- maaf maksud saya Kak Arsen ada?"

Sania merutuki kebodohannya dalam hati karna hampir saja salah bicara dengan menyebut nama Arsen dengan menambahkan kata 'bang' seperti biasanya.

"Maaf kalau boleh tau nona ada hubungan apa ya dengan tuan muda Arsen?"

"Saya temannya.Saya ke sini mau bicarain sesuatu."

Bi Wina mengangguk faham tanpa mau bertanya lebih jauh."Tuan muda Arsen sedang gak ada di rumah nona."

Sania mengerutkan kening.Bukannya Arsen lebih suka menghabiskan waktunya di rumah ya daripada di luar?

Oh atau mungkin kebetulan hari ini kakaknya itu memang sedang ada urusan?

Mungkin saja.

Sania mengangguk tanpa sadar."Kira-kira Kak Arsen pulang jam berapa ya?"

"Saya kurang tau nona.Pasalnya sejak kematian adik tuan muda Arsen jadi jarang pulang ke rumah.Sekalinya pulang itu juga gak lama."

Pernyataan itu membuat keduanya terkejut.

Bi Wina terkejut karena mulutnya yang terlalu ember kepada orang asing dan Sania yang terkejut dengan perubahan kakaknya.

"Bibi tau kira-kira Kak Arsen sekarang lagi dimana? Soalnya yang saya mau sampaikan penting sekali dan harus diselesaikan hari ini juga."

Bi Wina menatap ragu dan mengucapkan alamat tempat yang ia ketahui menjadi tempat nongkrong anak majikannya dari para pekerja lainnya.

Sania berterimakasih dan segera bergegas menuju alamat yang diberikan.Sepanjang jalan Sania dibuat tidak fokus setelah tau dengan perubahan yang terjadi pada kakaknya Arsen.Saking tidak fokusnya gadis itu sampai hampir menabrak pengendara lain beberapa kali.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat dimana Arsen sering menghabiskan waktunya beberapa waktu belakangan ini.

Entah apa yang terjadi dengan fikirannya sehingga tak dapat memilih tempat yang lebih bagus dan bersih untuk dijadikan tempat nongkrong.Sania memijat pelipisnya pusing melihat gedung tinggi yang sudah lama kosong di depannya.

Terlihat sangat menyeramkan.

Ia hampir saja pergi dari sana karena takut jika tidak melihat mobil yang dulu sering ia naiki terparkir indah di depan gedung tua itu.

Artinya Arsen memang berada di dalam sana.

Tuan muda Arsen selalu menghabiskan waktunya di roftoop.

Walau takut Sania memberanikan diri untuk menaiki setiap anak tangga hingga sampai di ruangan tertinggi yang ada di gedung itu.Tanpa membuang banyak waktu Sania langsung mendobrak pintu roftoop dan berlari masuk karna tak tahan dengan hawa menyeramkan dari arah belakangnya.

Sedari tadi bulu kuduk gadis itu tak henti-hentinya berdiri.

Sania adalah satu dari seribu satu manusia yang takut dengan yang namanya hantu.

Arsen yang kala itu sedang memandang kosong ke depan sembari bersandar di pembatas roftoop terkejut dengan suara dobrakan pintu ditambah lagi melihat kehadiran sosok gadis asing yang sedang menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Bang Arsen....."


Tbc.

Mengganti Kepribadian JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang