Sania pulang ketika pukul telah menunjukkan pukul 2 malam.
Gadis berpakaian serba hitam itu memarkirkan motornya lalu memasuki rumah.Tak pernah terlintas di bayangannya jika ayah Zanu yang sekarang sudah menjadi ayahnya walaupun enggan mengakui tengah duduk seorang diri di sofa ruang tamu.
Tatapan pria paruh baya itu nampak menyorot kesal ke arahnya.
"Baru pulang?"
"Udah dari tadi."
Pertanyaan bodoh itu dijawab acuh oleh Sania.Terlalu lelah untuk meladeni pria bejat yang telah menelantarkan anaknya dan memilih berbuat sesat dengan wanita-wanita penghibur.
"Kamu itu gadis Zanu.Dimana etika kamu? Oh apakah kamu mau seperti jala** di club?"
"Yang bilang gue cowo siapa jingan? Dan apa lo bilang tadi? Gue mau jadi jala**?" Sania terawa kecil.
"Ngga bakal si jadi makhluk menjijikkan kek gitu.Malahan gue rasa gue mau bunuh mereka semua apalagi yang udah tidur sama lo."
"Zanu!! Saya ayah kamu dimana sopan santun kamu berbicara gak sopan seperti itu?! Inikah yang selama ini yang kamu pelajari di sekolah? Melawan orang tua ketika dinasehati dan menyamakan orang tua kamu dengan teman hah?!"
Ayah Zanu berteriak marah sembari berdiri dari duduknya.
Sedangkan Sania yang dibentak di jam seperti ini mendengus."Y Sorry.Gue pen bobo." Ucapnya tak peduli dan berjalan menuju kamarnya mengabaikan teriakan marah ayahnya di belakang sana.
Lagipun sejak kapan sih tua bangka itu mengurusi kehidupan Zanu? Padahal semenjak ibu Zanu meninggal pria itu sama sekali tak pernah peduli lagi dengannya.Mau Zanu pulang malam atau gak pulang sekalipun pria itu tak pernah mau tau.
Cih,
Sania melempar tubuhnya ke kasur empuk berseprei lilac milik Zanu.Tanpa repot-repot membersihkan tubuh ataupun mengganti pakaian Sania terlelap begitu saja.
Besok adalah hari pertamanya masuk sekolah setelah hampir dua bulan izin karna sakit habis kecelakaan.
Sebenarnya Sania bisa saja masuk dari kemarin-kemarin karna memang pas kecelakaan Zanu tak mengalami patah tulang atau hal serius lainnya.Entah apa yang menyebabkannya langsung meninggal dan berakhir raganya terisi jiwa Sania.
Keesokan harinya,Sania bangun lebih cepat daripada yang ia rencanakan.Kini gadis cantik itu sudah siap dengan seragam sekolahnya.
Sania berdiri di depan cermin yang lebih tinggi darinya.Ia meneliti penampilannya dari atas sampai bawah sekiranya ada sesuatu yang kurang atau merusak penampilannya.
Perfect
Dengan semangat 45 Sania menyambar tas sekolahnya dan berlari menuruni tangga.
"Masa iya gue harus naik motor ke sekolah? Ribet banget ganti-ganti rok ke celana tuh." Cemberutnya.
Sedetik kemudian senyum lebar terbit di bibirnya.
"Semoga tua bangka itu masih ada."Ujarnya pelan dan mengambil jalan memutar menuju kamar sang ayah.
Tok tok tok
Tok tok tok
Tok tok tok
"Ck ni orang kemana sih."
Ini masih terlalu pagi untuk berangkat kerja.Lalu kemana ayah bejatnya itu?
Barusaja ingin membalikkan badan suara pintu terbuka menghentikan langkahnya.
Ayahnya sudah rapi dengan setelan jas mahalnya khas pengusaha kecuali dasi yang masih di tenteng di tangannya.Agaknya mungkin ayahnya itu baru ingin menggunakan dasi tapi terurung ketika Sania mengetuk pintu.
Tatapan heran dilayangkan untuknya.
Tentusaja. Zanu yang asli tak pernah lagi menginjakkan kaki di area bukan miliknya jika tanpa keperluan.Gadis itu sudah terlalu malas berhadapan dengan ayah kandungnya sendiri.Apalagi mengingat pria di depannya sering melayangkan tangan serta kata-kata tak pantas di dengar.
Wajar jika Zanu benci dengan ayahnya sendiri.
"Minta mobil." Sania menengadahkan tangannya.
Dulu Zanu pernah ingin diberi mobil oleh ayahnya tapi ditolak mentah-mentah dan malah membeli motor dengan uangnya sendiri.Padahal mobil yang ingin dibelikannya mahal bukan main itupun biaya ditanggung ayahnya.Namun memang pada dasarnya Zanu yang bodoh,setidaknya kalau gak mau di pake tetep terima aja.Nanti kalau-kalau ada sesuatu tinggal di jual lagi.Fikir Sania.
Bukan tanpa alasan Sania mendatangi ayahnya dan meminta dengan manis.Karena semua kunci kendaraan di simpan oleh ayahnya.Dan lagi Sania melihat di garasi bukan hanya ada satu mobil tapi ada lima dengan berbagai merk.
Walaupun masih rasa tak percaya masih menguasai dirinya ayah Zanu berbalik tanpa kata untuk mengambilkan kunci mobil untuk Zanu.Kunci yang diambilnya adalah mobil yang paling mahal di antara kelima mobilnya.
Setelah memberikan kunci kepada Zanu,Arsin ingin segera memakai dasinya namun tertahan setelah Zanu kembali menyodorkan tangannya.
Apa lagi?
"Salim!" Ngengas Sania.
Sania atau Zanu sama aja.Jadi kalau ada yang nanya 'ini yang bener yang mana sih? Bentar-bentar pake Zanu bentar-bentar pake Sania' mereka sama aja kok.Jadi gak perlu pusing.Misal kalau masih gk ngerti itu sih DL.
Dengan kaku Arsin menyerahkan tangannya yang langsung diterima Sania dan dicium.Setelahnya Sania melengos pergi dengan perasaan senang karna mendapatkan apa yang ia mau.
Dulu sewaktu ia masih hidup sebagai Sania ia sama sekali tak dibolehkan membawa mobil sendiri.Bahkan sekedar belajar berkendara pun di larang.Dengan alasan jika ingin bepergian ada keempat kakaknya yang bisa mengantarnya bergantian.Ataupun jika tidak,ada sopir keluarganya yang siap 24 jam mengantarnya kemanapun yang ia inginkan.
Itulah alasan Sania sering belajar diam-diam bersama temannya.Karena rasa penasaran akan rasa berkendara juga iri dengan teman-temannya yang sering pamer di depannya bahwa mereka pintar membawa mobil ataupun motor.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengganti Kepribadian Jiwa
FantasyPerpindahan raga dengan jiwa yang sama adalah hal yang mustahil.Namun fakta bahwa tak ada yang mustahil di dunia ini menghancurkan segala opini 'nya'. Semuanya terjadi begitu saja tanpa sempat Sania sadari.Gadis itu hanya merasa tubuhnya terlempar k...