Ah..
Bagaimana ia bisa lupa jika rumah sakit yang sekarang ia pijaki adalah tempat dimana Satria bekerja.Padahal barusaja terlintas difikirannya untuk tidak memberi tahu keluarganya mengenai keadaan Sania.Ia takut kesehatan ibunya terganggu mengingat betapa wanita paruh baya itu menjaga Sania seperti kaca yang bisa pecah kapan saja jika di sentuh.
"Arsen.Gimana ceritanya Sania bisa masuk rumah sakit?" Satria yang biasanya tenang kini sudah tak ada lagi.Entah dikemanakan ketenangannya itu,yang jelas sekarang Santria nampak kacau dengan keringat yang membanjiri pelipisnya.
"...."
"Arsen!"
Melihat tak ada respon yang diberikan Arsen,Satria membentak.Fikirannya sudah cukup kalut dengan keadaan adik perempuan satu-satunya.
Siang ini Satria tak memiliki jadwal apapun sehingga yang ia lakukan hanya bersantai di ruang kerjanya.Namun berita yang didapatnya dari salah seorang perawat bahwa ada seorang gadis bermarga sama dengannya yang menjadi pasien di ruang operasi membuatnya terkejut.
Tanpa berfikir dua kali pun Satria sudah tau siapa gadis tersebut.Karena hanya satu gadis yang ada di keluarganya.
Alkana menggas motornya secepat mungkin yang ia bisa.Umpatan-umpatan dari pengendara lainnya yang ditujukan untuknya tak ia pedulikan.Saat ini keadaan Sania adalah yang terpenting untuknya.Tak bisa ia bayangkan apa yang akan ia lakukan kepada Vivi dan teman-temannya jika sampai terjadi sesuatu pada Sania.
Tin! Tin tin!!
"MINGGIR!!!"
Mobil yang berada di depannya dengan cepat menepi setelah mendapat teriakan marah Alkana.Melihat itu Alkana sedikit berterimakasih dengan orang itu lalu menambah kecepatan motornya.Demi apapun perasaannya benar-benar terasa tidak enak sekarang ini.Alkana berharap adiknya baik-baik sjaa.
"Huss..husss.. sana-sana... ntar telat."
Alkana cemberut.Kenapa sih Sania sukanya sama Arsen doang? Memangnya apa bagusnya laki-laki itu? Alkana akui Arsen memang lembut tapi dia juga bisa kok lembut begitu kalau gengsinya gak ada.Alkana juga mau kali Sania nempel sama dia seperti Sania sempel ke Arsen kek ulat bulu.
Alkana menggerutu kesal dalam hati sembari membalik badannya.Barusaja ingin melangkahkan kakinya ia merasa tangannya dicekal oleh tangan kecil yang terasa begitu halus.
"Jangan cemberut gitu dong.. kan jadi gak tahan buat cium hehehe...."
Sania menyengir dengan imutnya kemudian menjinjit dan mendaratkan kecupan singkatnya di pipi Alkana.Gadis itu tersenyum manis menatap kakak keempatnya untuk memperhatikan wajahnya yang perlahan mulai memerah hingga ke telinga.
Ia tau Alkana sebenarnya sangat menyayanginya sama seperti Arsen.Namun cara menunjukannya berbeda lantaran rasa gengsinya yang setinggi langit.Walaupun begitu Sania tetap merasa senang,setidaknya dikala ia sulit Alkana tak pernah absen berada di sampingnya.
Di sisi lain Arsen menyaksikan semuanya dari balik tembok.Senyum tipis terbit di bibirnya melihat keharmonisan antara dua saudara yang begitu enak dipandang.Dirinya sengaja pergi terlebih dahulu untuk memberi keduanya waktu,terutama untuk Alkana yang begitu sayang dengan kegensiannya.
Alkana tertawa canggung."Gilaa gila... lo-- Sania goblok."
"Kalau sampai lo kenapa-napa gue janji gak bakal maafin diri gue sendiri Sania..." Gumam Alkana lirih seraya menambah kecepatan motornya.Saking paniknya dengan keadaan sang adik Alkana sudah tak peduli lagi dengan keselamatannya sendiri sehingga menembus lampu merah begitu saja.Teguran dari polisi tak ia hiraukan dan malah menyalip mobil-mobil besar yang menghalangi jalannya.
Kit.....
"Shitt!! Di depan ada apalagi sih!" Kesal Alkana mengerem mendadak ketika mendapati kerumunan orang-orang di depan sana.Tanpa peduli dengan tanggapan orang-orang Alkana kembali melajukan motornya sembari membunyikan klakson motornya terus menerus.
Tin tin tin!! Tin tiiiiinnn!! Tin tin!!
Orang-orang yang mendengar itu mau tak mau mencari sumber keributan.Terlihat seorang pengendata pria yang melajukan motornya di belakang mereka dengan klakson yang terus berbunyi.
"Minggir!!! Gue bilang minggir ya minggir!! Gak punya telinga lo hah?!"
"MINGGIR SIALAN!!"
Terjadi kecelakaan antara mobil dengan motor.Di duga pengendara motor yang ternyata seorang gadis itu melakukan kebut-kebutan di jalan sehingga tak sempat menghentikan motornya ketika ada sebuah mobil yang kehilangan keseimbangan di depannya.Jadilah mobil dan motor yang sama-sama dalam keadaan kencang menabrak satu sama lain,dan saling menghancurkan.
Di tengah jalan seorang gadis yang masih terpasang helm di kepalanya terbaring dengan keadaan mengenaskan.Sementara itu di dalam mobil keadaan pengemudi juga tak kalah parahnya.
Sekilas gadis yang diambang kematiannya itu menatap samar kepada Alkana yang berada di atas motor.Gadis itu lalu mengalihkan pandangannya kepada orang-orang yang berkerumun mengelilinginya tanpa ada yang berniat membawanya ke rumah sakit.
"Bahkan di saat terakhir pun gak ada yang peduli sama gue.." Gumamnya tersenyum miris.Tubuhnya yang terasa remuk dan terasa sangat sakit seiring matanya yang memberat menghilangkan segala tekanan yang menjadi bebannya selama ini.
"Setidaknya semua penderitaan gue akan berakhir sekarang..." Di balik helm full facenya gadis itu menerbitkan senyum manis yang sama sekali tak pernah ia tunjukan kepada siapapun.
Melihat keadaan mengenaskan gadis yang terbaring di aspal tanpa ada yang berniat membantu membuat Alkana teringat dengan Sania yang sempat berada di posisi yang sama.
"KALIAN GAK PUNYA OTAK HAH!? DASAR MANUSIA GOBLOK!! OTAK UDANG LO PADA ANJ*NG!!Bukannya di tolongin malah diliatin doang! Dasar gak berprasaan."
Tbc.
Maafin kalau gaje.
Saya masih ga tau mau bikin konflik kea mana,kalian yang punya saran bisa kirim pesan ke saya lewat akun ini ..
Nanti kalau misal ceritanya sukses kamu yang kasih saran gak akan saya lupain kok hihihi..
Banyak typo ya? 😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengganti Kepribadian Jiwa
FantasíaPerpindahan raga dengan jiwa yang sama adalah hal yang mustahil.Namun fakta bahwa tak ada yang mustahil di dunia ini menghancurkan segala opini 'nya'. Semuanya terjadi begitu saja tanpa sempat Sania sadari.Gadis itu hanya merasa tubuhnya terlempar k...