Tujuh belas - can you?

472 34 9
                                    


Banyak pelajaran yang bisa diambil semasa sang mama masih ada. Hye kyo- jika mendeskripsikan sosoknya maka ara tidak bisa. Kenapa? Lo pernah gak si kagum sama seseorang tapi lo sendiri gak bisa mendeskripsikannya seperti apa, saking kagumnya? Maka itu yang ara rasakan pada wanita yang telah melahirkannya.

Dulu, ara kecil mempunyai keluarga yang harmonis, ara bersyukur akan itu. Tidak ada yang dia takutkan, karna dia sudah mempunyai orang tua lengkap yang menyayanginya sepenuh hati juga banyak mendukungnya. Tapi beranjak dewasa ara tau bahwa kebahagiaan tidak selalu mengugunya.

Kehidupan tidak selalu tentang kebahagiaan. Dan awal dari masa dewasanya disabut oleh suara nyaring dari alat monitor hemodinamik yang memekik telinga, membuat ara menjerit hebat kala itu. Alat kotak tersebut seakan memberi tahu, bahwa satu nyawa telah hilang dari raganya.

1 bulan adalah masa-masa sulit untuk ara menerima kenyataan. Ara memang sudah cukup dewasa untuk ditinggalkan mamanya waktu itu. Tapi kan tetap saja, seberapa dewasanya kita jika ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi tetap tidak akan pernah siap.

Hanya ada bi anti yang sewaktu itu merawat ara dengan baik, banyak mendukungnya, juga memberi cinta dan kesabaran yang sepertinya tidak mempunyai batas limit.

Dan sejak itu juga sikap papanya berbeda.

Tidak ada pelukan hangat lagi,

Tidak ada usapan lembut di rambut,

Tidak ada kecupan di kening.

Bahkan hanya untuk mereka mengobrol saja tidak keduanya lakukan.

Rumah yang tadinya hangat karna percekcokan sebagai bahan candaan, mendadak muram dan sepi. Papanya menjadi sesosok ambisius dan pendiam. Ara tau, papanya juga terpukul hebat karna kehilangan sosok istri yang disayanginya.

Tapi ara juga tidak pernah tahu bahwa, kehilangan kehangatan sosok papa akan dia alami juga. Sampai 2 bulan kehilangan sosok mama, papa dengan secara terang-terangan menggandeng tangan seorang wanita, mengenalkannya pada ara bahwa dia akan menjadi ibu tirinya.

Tidak cukup itu, ada sesosok cewek dengan topi dikepalanya, tinggi semampai dan ara tebak dia lebih tua darinya. Dia melempar senyum tipis saat ara menatapnya tampa ekspresi.

Keduanya dikenalkan oleh sang papa dengan nada bersahabat, tapi ara justru menyambut kedatangan keduanya dengan siraman jus melon yang tengah ia nikmati tadinya.

Mulai beranjak dewasa ara sadar bahwa rumahnya bukan seperti rumah tempat berpulangnya lagi. Atau lebih tepatnya rumah tapi bukan seperti rumah?

Tapi setelah yang ara lalui nyatanya dia masih bisa haha hihi, entah itu dengan caranya sendiri, dengan kedua ikan asin alias temen-temennya. Atau juga dengan anak-anak yang berlarian menyambut kedatangannya, seperti sekarang.

"Ka ara! Ka ara! Ka ara datang!!"

Hati ara menghangat bagaimana anak-anak lucu berpakaian lusuh itu berlarian kearahnya begitu gembira. Mata mereka berbinar saat ara ikut menyambut mereka kedalam pelukannya.

Ara langsung bertumpu lutut disebuah rerumputan hijau, beberapa paper bag yang dia bawa dikedua tangannya langsung terjatuh begitu saja. Menggantinya dengan sebuah dekapan hangat pada beberapa puluh anak yang menyambut kedatangannya.

"Ka ara kangen kalian"

Bagaimana sambutan hangat yang membuat ara selalu terharu, meski ini bukan pertama kalinya. Dikejauhan sosok wanita bersidekap dada dengan senyum penuh ketenangan ditunjukan untuk pemandangan didepannya.

"Kami juga kangen ka ara" bocah perempuan di kuncir dua berceletuk riang. Yang lain mengangguk-angguk semangat.

Ara ketawa kecil mengecup satu-satu pipi mereka.

Benefits [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang