Dua puluh tujuh - Home tour for little Gift

163 15 12
                                    

Telapak tangannya yang memutih mengerat pada ujung selimut. Keningnya basah menghasilkan peluh yang cukup deras, bersamaan detak jantung berdentum lebih cepat dengan nafasnya yang tersendat-sendat.

Dahinya semakin mengkerut hebat dengan kepala yang beberapa kali tertoleh ke kiri dan ke kanan, gelisah. Bibirnya Merintih. Takut menguasai saat kilasan-kilasan di masa lalu itu hadir kembali dalam mimpi. Kerap datang mengganggu lelapnya, seolah memberi tahu bahwa masa lalunya tidak bisa di lupakan sampai kapanpun. Meski semenakutkan dan semengerikan apa adegan tersebut, nyatanya tetap memutar seperti kaset rusak yang tidak pernah usai. Tidak peduli pada si pemilik masa lalu yang kembali di serang ketakutan.

"Mama!!"

Seberapa kuat lengan kecilnya memberontak pada cengkaram kuat itu, semakin banyak kesakitan yang dia dapat.

"Gak mau!!"

Jeritan kesakitan.

"Mama!! Tolong Maaa! Takut..."

Ketakutan yang tidak tertolong.

"Sakit! Akhhhhh!"

Hingga kedua matanya berjengit kaget. Dengan peluh sebesar biji jagung yang terasa mengaliri punggung dan dahinya dia rasakan. Nafasnya menggebu-gebu tidak beraturan. Memegang dada merasakan detakan jantung yang menggila di dalam sana. Dengan susah payah dirinya beranjak duduk.

"Tenang tenang.. lo bisa lawan heung.. lo bisa.. pasti bisaa" Memejamkan mata. Menghirup nafas sebanyak-banyaknya dan mencoba untuk lebih tenang. Hingga ekor matanya menangkap kotak obat yang tertempel di tembok.

Menggeleng untuk pengalihkan dengan meminum segelas air di nakas kemudian mengambil ponsel. Mendapat beberapa notif yang belum sempat dia buka.

It's me.
You can control it.
I know, you can!
Kalo ada apa-apa datengin aku.
I can help you sweetheart.
Inget ada aku jangan pernah ngerasa sendirian.
Love you.

Read.

Menyenderkan badannya pada kepala ranjang. Mencoba memejamkan mata berharap rasa kantuk bisa dia rasakan kembali. Menit berlalu terasa percuma karna dirinya akan kembali terjaga hingga pagi menjelang. Lebih parahnya lagi mimpi itu akan kembali, dia tidak mau.

Jadi hanya tinggal suara dentingan jam di kamarnya yang temaran. Kesepian? tersenyum miris dia memang sekesepian itu. Hanya bisa memeluk lututnya dengan pandangan kosong. Hingga matanya membidik kembali kotak obat yang sekarang seolah berbicara padanya "Tidak ada yang sesetia aku bukan?" Seolah-olah terhipnotis dia beranjak dari kasur berjalan di mana kotak obat-obatan itu berada. Dan si kotak obat itu seolah-olah kembali berbicara. "Bagus. datang padaku karna hanya aku yang akan selalu menemani kesepian kamu"

Otak menyuruhnya berhenti tapi reaksi tubuhnya berkata lain. Hingga maaf dan gagal kembali di terima. Karna seberapa kuat seorang Valina Arinsyi ingin menyembuhkan dirinya sekuat itu juga hantaman di masalalunya hadir kembali.

-🌙 -

-🌙 -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Benefits [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang