Chapter 4

1.7K 146 5
                                    


Jimin masih setia berkutat dengan monitor dihadapannya kala panggilan dari Taehyung terus mengudara tanpa bosan.

"Isss! Apa sih tae!"

"Ya~ dengarkan aku dulu"

Jimin menyandarkan bahunya pada kursi "baiklah, apa?"

"Jim, ayahmu menyuruhku untuk memberitahumu bahwa kau harus pulang akhir pekan ini" Jelas Taehyung

"Cihhh kenapa dia menitipkan pesan padamu? Tidak punya nyali sekali" Jimin tersenyum sinis

Taehyung hanya memutar bola mata "kau mau tau? Dia bilang dia sudah berusaha menghubungimu berkali-kali tapi selalu kau reject panggilannya, pesannya juga tidak pernah kau baca. Makanya dia merepotkanku seperti ini"

"Yahh benar juga, pesannya aku muted dan aku arsipkan haha pantas saja aku tidak tau. Aku juga terlalu malas mendengar ia berceloteh jadi aku reject saja daripada mendengarkan celotehan tua bangka itu" Ujar Jimin santai

"Hei dia ayahmu, kau tau"

Jimin menghela nafas lelah "aku tau tidak perlu kau ingatkan berkali-kali"

"Yah meskipun kau sangat membencinya jim, setidaknya sekali dua kali turutilah permintaanya"

"Aku malas tae, dia menyuruhku pulang pasti akan berceloteh tak jelas lagi. Aku pening mendengarnya"

"Coba dulu hey, siapa tau penting. Soalnya saat ayahmu menghubungiku kemarin, dia seperti berharap kau pulang, dia bilang 'tolong' sampai berkali-kali" Jelas Taehyung

Jimin kembali menghela nafas "ya baiklah aku akan pulang, tapi tidak untuk menginap disana"

"Ya sudah sana lanjutkan pekerjaanmu! Dan jangan ganggu aku lagi!" Jimin kembali pada komputernya

⚜⚜⚜⚜⚜

Akhir pekan yang tak dinanti-nanti akhirnya datang juga. Jimin bersiap untuk pergi ke rumah sang ayah di Seoul.

Tidak ada yang spesial kan? Jadi Jimin hanya mengenakan jeans, dan hoodie berwarna baby blue. Jimin memacu Porsche hitamnya menuju kota Seoul.

Sesampainya di kediaman Park yang sangat megah bak istana itu Jimin langsung mendaratkan bokongnya di sofa beludru berwarna maroon. Dengan santai menyilangkan kakinya disana, Jimin menunggu kehadiran sang ayah.

"Jimin-ah akhirnya kau datang, appa pikir kau tak akan datang" Pria berusia setengah abad itu berujar sembari tersenyum lembut

Jimin hanya memutar bola matanya malas, enggan menanggapi atau sekedar untuk berbasa-basi menyapa ayahnya.

"Jangan berbasa-basi tuan Park, dan cepat katakan apa maumu. Aku sibuk" Ujar Jimin ketus

Tuan Park hanya menghela nafas lelah "baiklah jika itu maumu Jimin-ah appa akan langsung memberitahumu jika appa akan menikah lagi"

Jimin mendelik horror ketika mendengar sang ayah akan menikah lagi namun sesaat kemudian ia kembali pada mode angkuhnya.

"Oh silahkan aku tidak perduli. Mau kau menikahi anak remaja sekali pun aku tidak peduli. Aku akan tetap pada kehidupanku dan akan sepenuhnya meninggalkan rumah ini"

"Jimin, appa memberitahukan ini padamu justru karna ingin kau kembali lagi ke rumah ini. Kau akan memiliki seorang ibu lagi ditambah calon istri appa ini juga memiliki seorang putra seusiamu dia akan menjadi adik yang bisa menemanimu"

Jimin justru mendecih "menjijikan"

"Park Jimin!"

"Kalau kau ingin aku memiliki ibu lagi kenapa tak rujuk saja dengan eomma? Kenapa harus repot-repot menikahi janda tua beranak satu" Jimin kembali mendecih "syukur syukur kalau janda itu tak menikahimu karna harta, hh" Jimin tersenyum sinis

[END] Forbidden Love [Kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang