HAPPY READING ANS ENJOY THE STORY❤️
...
Karena kita berada di dekat rumah Sari, Gilang sepertinya berinisiatif untuk segera ke rumah Sari setelah percakapan panjang kami tadi. Buktinya, sekarang kami berada di rumah megah milik keluarga Sari. Jauh sekali dari rumahku yang kumuh dan kecil.
Berbicara tentang Gilang, pernyataannya tadi benar-benar tak terduga. Ternyata, sikap baik dia selama ini hanya agar aku jatuh cinta padanya dan dia akan menang atas taruhan itu. Lelaki ini penuh dengan misteri. Aku bertanya tentang siapa lawannya dan apa hadiahnya saja dia tetap bungkam. Padahal, aku hanya penasaran, walaupun dia mengatakan siapa orangnya, aku juga belum tentu tahu. Menyebalkan!
“Sa ... “ Belum sempat Gilang berteriak, aku sudah berjalan mendahuluinya dan masuk ke rumah Sari.
“Tiana,” sapa Sari dan aku hanya tersenyum sembari mengatakan hai. Ternyata Kak Defri dan Kak Rama juga sudah tiba.
“Gilang!” Kali ini suara Sari meninggi melihat Gilang berjalan di belakangku. Dua temannya menoleh dan sontak berdiri.
“Hai,” sapa Gilang. Aku hanya duduk di sofa menyaksikan sahabat ini berpelukan. Seperti temu kangen begitu.
“Liat, kan? Kalian masih belum percaya kalau mereka nggak ada hubungan?” tanya Kak Defri. Mulai lagi deh.
“Kita emang nggak ada apa-apa kok. iya, kan, Lang?” tanyaku. Bukan memastikan, tetapi lebih ke meminta bantuan. Karena Kak Defri tidak akan pernah menyerah.
“Lang?! Lo manggil Gilang dengan sebutan Lang?” Oke. Kali ini aku bodoh, bisa-bisa keceplosan di saat begini.
“Ya ... dia nggak mau dipanggil kakak, makanya gue panggil Gilang,” jelasku. Aku gugup padahal memang begitu adanya.
“Bener, Lang?” tanya Kak Defri. Benar kan? Kak Defri tidak akan pernah menyerah sebelum Gilang klarifikasi.
“Iya. Gue nggak setua itu, makanya gue nggak mau dipanggil kakak.” Mendengar penjelasan Gilang, Kak Defri melihatku sinis, tapi aku tidak peduli.
“Sekarang ceritain, lo ke mana beberapa hari ini?” Kali ini Kak Rama yang buka suara.
“Gue nggak Hilang,” kata Gilang yang kemudian duduk bersebrangan denganku. Semua orang tak bersuara menunggu kelanjutan penjelasan Gilang.
Gilang mulai cerita kalau saat dia dari mengantarku pulang, ternyata dia sakit. Dia juga bilang kalau selama ini dia ada di rumah dan tidak mau diganggu, tapi Gilang tidal cerita kalau dia punya taruhan sama orang lain dan bahan taruhannya adalah aku. Aku yang mendengar itu hanya diam, sedangkan temannya yang lain tampak curiga dan penasaran.
“Lo serius, ini nggak ada hubungannya sama Satria?” tanya Kak Defri. Aku melihat Gilang sedikit tersentak kemudian menggeleng.
“Satria siapa?” tanyaku. Aku jelas penasaran. Beberapa hari mencari keberadaan Gilang, aku sering mendengar nama Satria dibahas.
“Satria itu ketua geng motor yang dimasuki Gilang,” Jelas Sari.
“Terus, Kak Defri sama Kak Rama kok nggak ikutan masuk?” tanyaku. Aku mendapat pelototan tajam dari Kak Defri. Aku memasang wajah bingung.
“Lo nggak perlu tahu. Lo bukan siapa-siapa,” kata Gilang. Aku menatapnya tajam. Kalau saja aku tidak sangat mengingankan tawarannya. Sudah kupastikan dia akan menyesal berkata seperti itu padaku. Aku hanya mendengkus dan Kak Derfi yang menertawaiku.
...
Hari-hari berikutnya, Gilang sering datang menjemputku dan mengantarkanku pulang. Sikapnya memang berlebihan, tapi katanya ini untuk dokumentasi karena di sekitar kita ada mata-mata yang selalu memotret perkembangan hubungan kami. Walaupun aku diantar jemput, tapi Gilang selalu menurunkanku di halte yang agak jauh dari sekolah. Menyebalkan memang, tapi lumayan lah, irit ongkos bensin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terserah Semesta
Teen Fiction[Update setiap hari SENIN dan JUMAT] HAPPY READING AND ENJOY THE STORY❤️ ... "Lo mau kan jadi pacar gue? Inget, ini cuma simbosis mutualisme," Tanya Gilang. Ditembak oleh cowok dingin seperti Gilang membuatku bingung. Gimana kalau kesepakatan in...