part 08

170 15 0
                                    

Happy reading~

Angst, pokoknya endingnya gak sesuai sama kalian, di buat karena moodku yang lagi pengen nangis, kalau nggak suka, skip aja ya.

Aku nulisnya sambil dengerin lagu Ariana grande yang my everything.

°°°
Yeonjun pov:

Senyum kelinci itu selalu bisa membuatku melupakan segala hal buruk yang mendatangi hariku, pertemuan awal kami tidaklah terlalu berkesan, menurut berapa orang, namun bagiku, dihari yang gelap dan turun hujan itu, pertemuan awal kami selalu terkenang dalam memori.

Pria dengan senyum menawan itu bernama Choi Soobin, satu-satunya orang yang mampu menarikku dari gelapnya hidup.

Aku yang kotor, disambut dengan penuh suka cita olehnya.

Aku yang selalu dibenci, dicintai sepenuhnya oleh pria itu.

Bahkan, saat dimana semua orang didunia ini mengucilkanku, tangannya terulur membantuku.

Choi Soobin, adalah bentuk cinta yang tak bisa aku gambarkan, terlalu indah.

Netra yang menatapku dengan kagum itu selalu berhasil membuatku merasa beguna ada di kehidupan ini.

Soobin seperti batu permata mahal yang tak ternilai harganya bagiku yang selalu ingin ku jaga.

Hari itu, hujan turun deras, membahasi setiap dari kami yang tak berteduh atau sekedar memakai payung untuk menghalau diri dari tetesan hujan.

Pria itu bertanya seraya senyum manis, "kenapa kamu berpikir untuk mengakhiri hidup ini jika Tuhan saja sudah berbaik hati kepadamu?  kenapa kamu memilih mengakhiri semuanya, dalam keadaan kamu tidak tahu jika keberadaanmu, kelahiranmu adalah kekuatan untuk orang lain di waktu yang entah kapan itu?"

Meski tangan sebelah kanannya tak lagi ada, ia tetap tersenyum manis, menatapku dengan tatapan bertanya, namun tak menghilangkan aura positifnya, aku yang saat itu hendak mengakhiri hidupku karena cemoohan orang-orang tentang diriku yang merupakan anak haram, justu terusik.

Pria itu lebih dari sekedar penyelamat dalam hidupku, aku sangat berterima kasih pada Tuhan yang telah mempertemukan kami.

Ada rasa kagum dalam hati begitu melihat tatapannya, memancarkan aura positif yang mau tidak mau menarik diriku untuk bersamanya.

Setelahnya kami menjadi dekat, meski aku harus menusuri jalan untuk mencarinya yang tak memiliki tempat berteduh,

Soobin adalah manusia dari sekian manusia yang nasibnya tidak baik, namun ia tak pernah lupa untuk bersyukur pada Tuhan yang telah memberinya kehidupan.

Aku bahkan menjadi merasa sangat bodoh karena telah menyia-nyiakan hidupku sendiri,

Dia yang tak terlahir sempurna saja mampu untuk tetap berpikir positif dalam keadaan apapun.

Sedang aku yang masih memiliki rumah, ibu yang siap membelaku, justru malah aku yang ingin membuang kehidupan yang Tuhan berikan untukku secara percuma.

Kedekatan kami terus berlanjut, ibu menawarkan rumah kami untuk Soobin, sebagai ucapan terima kasih karena telah menjadi penyemangatku, dan penyelamatku.

Puncak kedekatan kami adalah kami yang saling membagi rasa, meski tak terucap, kami cukup tahu apa itu.

Rinduku akan selalu kukirimkan untuknya, bahkan sampai saat ini,

Sampai dimana dia takkan terbangun untukku lagi,

Choi Soobin, still love you, meski sudah bertahun-tahun lalu kamu meninggalkanku, terima kasih telah mengajarkanku banyak hal.

Istirahatlah dengan tenang di sana, pria kelinciku.

°°°

Asli ini mah gue yang bego, gue yang ngetik gue yang banjir air mata, Dahla 😭

Our Story (Yeonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang