12. Benang Kusut

155 55 41
                                    




D U A T A H U N K E M U D I A N

[   P O V  3   ]








Dering mengalun nyaring dari benda pipih yang tergeletak di atas kasur membuat Syifa mengumpat pelan. Gadis itu keluar dari kamar mandi dengan tubuh terbalut handuk, mengambil smartphone miliknya yang memekik sedari tadi.

Mata Syifa menatap tajam pada layar sebelum ia menjawab panggilan masuk. "Kafka begoo!!!!" serunya.

Di sebrang sana, Kafka mengelus kupingnya lalu menyahut kalem. "Sayang, jangan teriak-teriak gitu ah! Ntar penghuni kost lain pada jantungan."

"Kamu ngapain sih nelpon-nelpon berkali-kali! Udah dibilang aku lagi mandi! Ribut kamar aku! Mengundang maling masuk aja! Aku lagi maskeran rambut, ganggu aja!!!!"

Kafka membiarkan Syifa melampiaskan omelannya sampai tuntas. Menurut Kafka, pacarnya ini memang sedang stress tingkat tinggi karena beberapa tugas kuliah yang menghabiskan energi. Kafka itu penyabar dan tebal telinga. Sudah kebal dan hapal perangai gadisnya.

"Udah ngomelnya?" tanya Kafka.

"Hmm!"

"Buka pintu kost kamu sekarang, aku udah di teras depan."

Mata Syifa membulat. "Sekarang???"

Hela napas Kafka terdengar. "Kamu mau nyuruh aku nunggu sampe tahun depan di depan kost kamu??"

"Ck! Aku belom pake baju."

"Terus? Bisa sendiri kan???"

"Iiih! Tunggu di situ! Ntar lagi aku keluar kamar!" titah Syifa.

"Iya. Lama juga gak apa. Kamu kan lama kalau siap-siap."

Percakapan mereka selesai, Syifa segera membuka lemari dan mengambil pakaian yang akan ia kenakan. Hari ini ia berjanji untuk menemani Kafka mengikuti seminar di kampus mereka. Pakaian yang ia pilih cukup rapi, kemeja dan celana kain. Syifa mematut diri di depan cermin. Merasa kurang oke, gadis itu kembali melihat isi lemarinya.

Begini nih, selalu ngerasa gak punya baju. Padahal penuh se-lemari. Batin Syifa. Ia berjongkok, menelusuri susunan baju yang ada di bagian bawah lemari. Tidak menemukan yang sesuai ditambah bosan dengan padanan helai yang itu-itu saja, membuat Syifa berinisiatif membongkar stock lama yang ia punya.

Di bawah kolong tempat tidur, ada beberapa kotak kardus berisi barang-barang milik Syifa. Termasuk beberapa kenang-kenangan dari masa putih abu-abu seperti kumpulan album foto yang dicetak pribadi, album Lensa, album kelulusan Bimantara dan lain-lain. Syifa meraih kardus-kardus dari sana. Membuka salah satunya, memperhatikan isinya dari tumpukan paling atas dan mencoba mengingat apa saja isi yang memenuhi hingga ke dasar kotak.

Berapa menit kemudian, Syifa lupa dengan niatnya mencari kemeja yang lain. Padahal kardus berisi pakaian miliknya sudah ia geser keluar dari kolong tempat tidur, tapi Syifa malah sibuk membongkar kardus-kardus lain. Ada album yang isinya cukup menyakitkan. Berisi foto-fotonya bersama sahabatnya. Sahabat yang namanya tidak pernah lagi Syifa lisankan hingga detik ini.

Geminia. Geminia Kinandari.

Kalaupun terpaksa dan tanpa sengaja Kafka membicarakan Gemi, Syifa berusaha merespon sewajarnya tanpa menyebut namanya.

Tersimpan Di Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang