BAB 4 : I'm In Danger

82 66 110
                                    

Penat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Penat..

Pegal..

Pening..

Tubuh lengket ingin segera dibasuh itu yang sekarang dirasakan oleh Bumi dan Bintang.

Apalagi Bintang yang menbonceng Bumi dengan motor besarnya  berangkat dan pulang sekolah dengan jarak dari rumah lumayan jauh.

Sebenarnya Bumi bisa mengendarai motor juga, hanya saja mama mereka melarang Bumi untuk mengendarai motornya sendirian karena beliau takut kalau Bumi meninggal akibat tidak bisa mendengar bunyi kereta datang di lintasan rel yang tidak mempunyai palang kereta umumnya.

Mamanya takut tubuh anaknya terlindas mati mengenaskan lalu arwahnya bergentayangan.

" lebih baik mencegah daripada mengubur" ujar mama mereka tempo hari sebelum masuk ke bangku SMA.

Mau tidak mau Bintang setiap hari melakukan perintah mamanya untuk menjadi supir pribadi sang Bumi Satria Guadiana dengan tubuh yang lebih bongsor dari dirinya.

Betapa malang nya nasib sang Bintang Guadiana.

Bintang mendekat lalu menepuk bahu kanan Bumi tanda untuk memulai percakapan antara saudara kembar.

Bumi menoleh kepada Bintang untuk melihat gerak bibir kembarannya.

" lo mandi dulu, gue capek." perintahnya.

Sedangkan yang diperintah acuh, kembali memeriksa ranselnya.

Tak ada sahutan dari Bumi, Bintang menoleh dan melihat Bumi yang nampak serius dengan kegiatannya.

" itu anak ngapain sih? " gumam laki - laki itu melirik saudaranya.

Beda dengan Bumi yang sekarang merasakan takut dan bingung setelah memeriksa ransel dan sakunya. Merasa was - was dengan diiringi degupan dadanya terasa kencang serta napasnya tersengal.

" haghh.. ahh.. ahh.." deruh napas pendek mengerayangi dada Bumi.

Bintang yang melihat keadaan bumi langsung memasukkan in healer di nakas ke mulut Bumi. Bumi yang kaget langsung menyentak tangan Bintang sampai benda tersebut jatuh.

" APAANSIH!! " teriak Bumi spontan, tak habis pikir kelakuan kembarannya ini semakin menjadi hari demi hari.

" YA LO YANG KENAPA!!." Balas Bintang yang tidak mau kalah dari Bumi.

"LO TADI KAYAK KUCING SEKARAT, GUE NGGAK MAU LO MATI BENGEK !!", imbuhnya dengan mata melotot.

" GAK USAH IKUT - IKUT!! " Dada bumi terasa sakit jika berteriak sedikit saja, karena napas dan lisannya tidak biasa ia latih setelah kehilangan pendengarannya.

Ia baru bisa berteriak kembali setelah melakukan latihan pernapasan dengan meniup lilin dengan jarak tertentu atau meniup balon, sebagai salah satu terapi yang diberikan ke siswa tunarungu di Mutiara Timur.

MY EXCEPTIONAL ENEMY  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang