Woah im comeback, maaf kemarin" belum bisa up. Tapi ini ku sudah up kok.
~HAPPY READING~
Kami berempat pun pulang bersama, yah, memang awalnya aku tak disukai oleh Aldi dan Bagas, namun untuk saat ini mereka berbulat kebaikan di hidupku.
Aku meminta kepada Satria untuk menurunkan diriku di jalan yang begitu terpencil.
"Sat, berhenti, aku turun disini saja." pintaku.
Mereka tak percaya bahwa diriku tinggal di daerah yang amatlah sepi penghuni. Hal tersebut membuat mereka bertanya ketakutan. "Lu yakin turun disini?"
"Iyap, rumahku nggak jauh kok dari sini," ku tersenyum tipis kepada mereka.
Mereka bertiga merasa terkejut paska mendengar bahwasannya aku tinggal di daerah yang tak begitu nampak seperti desa. Bayangkan saja gaes, ketika kamu melewati sebuah jalan yang sepi, sunyi, sempit, parahnya lagi, jalan tersebut berada di tengah hutan. WOW banget bukan? oh iya, tempat ini juga menjadi tempat favoritku loh. Ish kece sekali.
Siapa sangka, orang yang awalnya nampak kece dan pemberani, kini nyalinya terciutkan, apalagi awan sudah memancarkan warna jingga yang menandakan bahwasannya hari akan mulai menggelap.
Oke sebut saja mereka dengan sebutan GESAB yang berarti GENG SATRIA ALDI BAGAS. Nampak begitu jelas bahwa nyali mereka sangatlah kecil ketika berhadapan dengan bisikan misteri.
"Bos, balik saja yom lah," ujar Bagas.
"Iya nih bos, bulu halusku juga sudah mulai berdiri." lanjut Aldi.
Satria langsung memikirkan sebuah ide dan langsung menuangkan idenya untuk bisa keluar dari hutan ini. Kali ini si Bagas dan Aldi yang menjadi korban kecerdikan si Satria.
"Eh coba kalian perhatikan pohon bambunya dah," pinta Satria sambil mengamati pohon bambu untuk menarik simpati kepada Bagas dan Aldi supaya bisa kabur terlebih dahulu.
Ketika mereka berdua mengamati pohon bambu dan Satria akan bergegas pergi meninggalkan mereka, eh tetiba saja mereka panik dan ketakutan.
"Lah Brian kemana?" tanya Satria.
"Ada kok bos, nih dia ... lah kok ngilang." Aldi terbengongkan ketika tak melihat diriku.
"Bos, bos, jangan-jangan ... si Brian itu ..." Bagas mulai merasa ketakutan.
Tetiba terdengar suara burung-burung berkicauan dan terbang secara bersamaan, seakan ada sesuatu disana.
Satri pun mulai merasa ketakutan dan langsung mengegas motornya dengan laju. Kemudian disusul dengan Bagas dan Aldi di belakangnya.
Padahal aku masih berdiri di tempat yang sama, lantas kenapa mereka tetiba tak bisa melihat ku? apakah aku sudah mati? atau karena hari mulai menggelap sehingga membuatku tak terlihat. Entahlah, aku merasa terbingungkan dengan apa yang terjadi.
Aku pun bergegas pulang ke rumah kakek. Ketika sampai di rumah, aku biasakan untuk mengucapkan salam terlebih dahulu. "Assalamu'alaikum, kek, nek, Brian pulang nih." sapaku.
Karena tak ada sahutan, jadi aku langsung menerobos masuk. Ketika pintu mulai terdongak, ku melihat nenek dan kakek begitu cemas. Mereka juga sambil berdebat membahas diriku yang tak kunjung pulang. Padahal diriku sudah berada di hadapan mereka.
Sontak, aku pun langsung berteriak memanggil nenek dan kakek. "Nenek! kakek! sudah cukup. Brian sudah berada di depan kalian, kalian kenapa sih, jangan bikin Brian takut kek."
Aku menangis dan merengek ketakutan karena tak ada yang bisa melihatku sama sekali. Padahal kan aku belum meninggal, masa arwahku sudah gentayangan terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIAN RENANDO [ON GOING]
Non-FictionUTAMAKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU [P I K I R D E W E] yen diwaca dadi mikir sendiri. Kisah seorang anak broken home yang bernama Brian, ia selalu mendapatkan kekerasan fisik maupun mental dari orang tuanya dan orang terdekatnya, sampai anak tersebut...