01. PENDAFTARAN

141 34 37
                                    

Tuhkan, ren up lagi, apasih yang nggak buat TIM BR.

~HAPPY READING~
-
-
-

Sebelum lanjut ke cerita, alangkah baiknya kita berkenalan terlebih dahulu ya. Namaku Brian Renando, banyak yang memanggilku dengan sebutan banci. Kenapa harus banci? entah, aku pun juga tak tahu apa alasannya, hampir semua orang memanggilku dengan sebutan banci. Tampilan? tampilanku biasa aja kok, bahkan tak seperti anak cewek. Apa mungkin sifat? kalau sifat sih menurutku tak ada sangkut pautnya, masa iyah, anak cowok harus kasar cenderung galak, aku takut suatu saat ketika aku berucap kasar dan tegas banyak orang yang menghindari diriku. Cowok kok mainnya sama anak cewek mulu, Yap, aku akui kalau diriku bermain dengan anak cewek, itu semua juga karena terpaksa, loh kok terpaksa? siapa yang maksa? aku terpaksa karena di desaku tak ada remaja cowok, semuanya hanya ada remaja cewek terkecuali diriku seorang.

Okey lanjut saja perkenalannya, aku terlahir dari keluarga sederhana Papah Alex dan Mamah Yati. Kini umurku telah menginjak 12 tahun. Aku memiliki postur tubuh yang tak ideal, berat badanku mencapai 44 kg, sedangkan tinggi badanku hanya 135 cm, selain itu, aku memiliki warna kulit hitam manis layaknya seperti orang timur.

***

"Seandainya aku bisa tegas kepada papah dan mamah, pasti aku akan menolak permintaan papah secara mentah-mentah." batinku.

Lagi-lagi mataku mengalirkan air mata. Rambut pun aku jambak-jambak sampai membuat rambutku teracak-acak.

"Tidak." kataku secara lirih namun tegas dan membuatku duduk secara tegak.

Tiba-tiba aku berfikir untuk segera bangkit dan mencoba tegar di saat menjalani semua pilihan.

"Yap, kamu harus kuat Bri, jangan mudah lengah, kamu itu cowok Bri." ucapku secara lirih dan mencoba menyemangati diri sendiri.

Keesokan harinya aku tengah berada di SMP Negeri 4 untuk melakukan pendaftaran. Kami, para calon murid SMP Negeri 4 berbaris secara rapi di hall sekolah. Kebetulan aku datang lebih awal, sehingga aku mendapatkan barisan nomor satu. Tak lama kemudian datanglah beberapa guru yang membawa sebuah map berisikan formulir pendaftaran. Mereka (guru) tengah sibuk mempersiapkan beberapa data untuk memulai pendaftaran.

"Maju satu per satu yah, oke mulai dari barisan paling depan terlebih dahulu," ucap salah satu guru.

Aku pun segera maju menuju bu guru tersebut. Setelah ku amati ternyata guru itu memakai nametag bertuliskan Suci, S.pd.

"Oke, sini ibu pinjam sebentar persyaratannya," pinta guru tersebut dengan ekspresi tersenyum.
"Oh, silahkan bu, dengan senang hati," jawabku dengan rasa percaya diri.

Bu suci langsung mengecek data persyaratan milikku. Setelah beberapa menit mengecek, Bu Suci langsung memuji nilaiku "Wah nilainya hampir sempurna yah, apakah kamu memiliki piagam?" tanya Bu Suci yang sekaligus memuji hasil nilaiku.

"Sebenarnya ada si, cuma saya tak ingin mendapatkan hasil nilai dari tambahan piagam. Aku hanya menginginkan nilai apa adanya" jelasku.

"Baiklah kalau begitu, ini formulirnya, setelah ini kamu menuju ke ruang musical untuk mengisi formulir" pinta Bu Suci yang menyerahkan kertas formulir dan menunjukkan ke suatu ruang yang harus ku tuju.

Aku pun langsung berjalan menuju tempat yang Bu Suci maksud. Ketika melewati sebuah lapangan, aku merasa terbingungkan, karena tempatnya begitu luas dan tak ada tanda petunjuk. Apalagi aku adalah siswa pertama yang mengisi formulir.

POV Bu Guru Ningsih
"Sepertinya anak itu kebingungan mencari ruang ini" batinku.

Tanpa berlama- lama aku beranjak berdiri dari kursi dan langsung mendekati anak itu. Ketika aku berjalan mendekatinya, tetiba anak tersebut berlari ke arahku.

BRIAN RENANDO [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang