4|balas budi

585 128 6
                                    

"nih pegang!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"nih pegang!"

"siapa lo nyuruh-nyuruh gue?"

Sensi. Dani berdecak keras menanggapi jawaban si gadis "astaga. lembut dikit napa, lo cewe"

"masalah buat lo? omong-omong gue gamau ngucap makasih ke lo"

"ko?"

"karena gue ga minta ditolong dari awal "

berdecih kecil "hoo belagu nya, masih untung gue dateng tadi"

Sabrina menunduk. Membersihkan celana nya dari debu sambil menjawab "ga ada yang minta lo dateng. terus. . kenapa lo bisa ada di sana? LO NGIKUTIN GUE?!!"

udah nge gas nuduh-nuduh gajelas, siapa lagi kalo bukan Sabrina.

"gasengaja liat lo dikejar tiga orang. gue ikutin. lah tau nya anak gadis lagi di kroyok di gang buntu, yaudah lah gue tolongin"

mendengus geli. menyandarkan tubuh nya ke kursi besi disana "gue kira orang-orang udah nyumbangin hati nya ke orang mati, eh taunya engga"

mengerutkan dahi bingung, tak sampai berfikir ke arah ucapan Sabrina. Sampai akhirnya hening, sudut mata Dani melihat wajah Sabrina yang tak banyak lecet itu dari pandangan.

Terlihat. . sangat cantik?

Tepat. Disini Dani langsung menangkap wajah khas seorang anak yang memang tak di inginkan oleh seseorang yang berada—

mungkin disebut rumah (?), dari segi fisik dilihat masih biasa saja karena terlihat sedikit sempurna.

Entah itu kalau mental, Dani tidak tau.

"tadi, lo digituin gara-gara lo— nyopet?"

Bugh!

"akhhh anjing!"

Menatap nyalang dari duduk nya sebab masih susah untuk berdiri "ngotak kalo ngomong!"

"jelas-jelas gue nanya bangsat, kenapa malah di tendang sih. sssh sial sakit banget lagi!" ringis nya kesakitan. Ia kemudian duduk di bawah sambil mengelus elus tulang kering nya.

Menghembuskan nafas kecil, matanya nenatap orang lalu lalang di jalan sana. Rasanya sekarang Sabrina ingin berada di tengah-tengah nya tapi malas nanti merepotkan orang.

"gue dijual bokap, gue gamau. yaudah gue lari"

Hening lagi menyapa keduanya. Terlalu kaget dengan ucapan si gadis barusan, tak sanggup hati untuk melanjutkan.

"lo kerja dimana?"

Lagi. Dani mendapat tatapan sinis dari sana "bisa gasih lo sopan dikit sama yang lebih tua? gue nanya alus disini"

Merotasikan bola matanya jengah kemudian berdecak samar "umur lo berapa?"

"21"











"bocah. sopan dikit sama yang lebih tua"

"what the— lo berapa emang?"

"23"

"anjir!"

Seakan menyaksikan Tv show bertema lawakan Sabrina disini tertawa renyah, cukup merdu membuat Dani kian melihat nya lamat lagi. Ah— wanita memang sialan ya!

"kalo lo, kerja juga? gue liat dari gaya baju kayanya lumayan" seakan memberi clue, mata Sabrina melihat Dani dari bawah sampai atas.

"kuliah S1, sebulan lagi sarjana doain aja" jawab nya enteng.

Memberi anggukan setelah itu, tanpa sadar sebuah tangan mendarat persis di atas kepala nya. Memberi gestur menepuk pelan seakan mengelus benda pecah belah yang takut nanti akan pecah,

"tau?"

"apa?"

Menarik tangan nya dari sana, mengulas senyum tipis "kata sabar emang udah ga cocok lagi buat orang yang keluar dari rumah apalagi dibuang—"

"— tapi kata bertahan hidup sama buka lembaran baru itu lebih cocok apalagi nemuin kisah baru yang lebih bagus dari kisah lama. contoh nya lo?"

menaikan satu alis "gue?"

"iya!" dijawab ketus.

"kalo misalkan gue buka lembaran baru. emang lo mau jadi tukang gulung kabel di kisah gue?"

terkekeh berat "tokoh utama lah. mana sudi jadi figuran, dibayar aja kaga."

"dih maunya elo!"

"ya emang maunya gue gitu"

Tubuh nya bangkit dari lantai, membersihkan debu yang menempel pada celana.

Tau apa yang salah dengan Dani disini?

Ia berlaku baik kepada orang lain padahal ia baru mengenal nya lima hari yang lalu, terlebih ini pada perempuan.

Dalam kamus Dani sejak dulu perempuan adalah makhkuk berisik yang menuntut ini itu tapi tak mau disalahkan, makan nya dulu ia sempat mau melenceng menjadi kaum pelangi.

Tapi untung saja tidak jadi sebab disadarkan oleh Gilang dan Gibran.

Terlalu lama sendiri kadang bisa menjerumus ke arah yang salah, salah satu nya Dani.

"nih pegang" memberi jaket kulit nya pada Sabrina.

Sama saat seperti di awal.

"lo siapa nyuruh-nyuruh gue?"

"udah sih pegang aja. ribet amat!"

menggerutu dalam diam membuat Dani terkikik samar "yang ini ga gratis. lo kudu bayar, balas budi sama gue"

"yaudah makasih"

"apaan makasih doang"

"terus, sepatu? di kosan. kemarin padahal udah gue cuci karena gue kira lo mau pinjem"

Seketika senyum nya melebar, entah karena apa tapi kata Dani hal yang ia lihat sekarang sangat menggemaskan sebab bibir melengkung dengan kepala menunduk diperlihatkan.

"id line lo"

mendongak seketika "penting?"

"ya kalo ga ada juga vape bo—"

Sabrina ketawa, mengambil jaket kulit hitam yang dipegang oleh Dani saat itu.

"Sabrina Saiza Ifadha. Sini hp lo!"

 Sini hp lo!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○○○

Ngerasa ga pd sama tulisan baru gue yang disini, kalo kalian ga nyaman dan gasuka bilang aja ya :)

retak - vsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang