14|Gilang

408 98 2
                                    

Sepuluh bulan ; selama itu pula Sabrina belum pulang kerumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sepuluh bulan ; selama itu pula Sabrina belum pulang kerumah.

Adik nya ga ada dan alasan Sabrina pulang total hilang.

Padahal jika jujur Handphone nya sudah sangat banyak pesan masuk dari sang mami disana, tapi persetan dengan itu Sabrina masih kesal dan sangat marah.

Lalu soal Dani, lelaki itu sebetulnya bukan tipikal orang yang betah dalam satu set ruangan kecil, ditambah tampungan dua orang dalam satu atap. Keputusan bulat sudah ditentukan beberapa bulan lalu bahwa keduanya setuju untuk tinggal satu ruangan.

Sabrina awalnya jelas menolak. Mereka belum menikah dan apa kata orang nanti?

Akan tetapi Sabrina kembali berpikir kenapa ia perduli dengan ucapan orang lain? toh ini hidupnya. Jadi kesimpulan nya ya sudah sangat jelas mereka tinggal satu atap.

Mukanya tentu beda waktu penghujung pagi ini, helaan nafas keluar karena merasa lelah. Tatapan yang sempat hilang arah sekarang fokus pada satu titik di depan sana.

"mata lo biasa aja anjir. gausah gitu!"

Galak. Masih sama. Dan bukan nya marah malah terkekeh berat dari sofa panjang, karena menurut Dani galak nya seorang Sabrina adalah kelebihan tersendiri yang diberi oleh tuhan untuknya "dari tadi diem perasaan"

"ck. mata lo yang gabisa diem setan, udah kaya nelanjangin gue"

Setengah waras dan setengah sadar Dani bangun dari duduk untuk melangkah mendekat.

Seketika tau, mata Sabrina memicing dengan melirik kesamping. Melihat lelaki jangkung itu sedang apa dan langsung diberi ucapan sadis "gue lagi pegang pisau loh dan"

"santai sayang. hambar banget becanda nya pake pisau" dipeluknya pinggang ramping itu di selingi kecupan manis pada leher.

Kembali memotong bawang yang telah dikupas tadi sambil berbicara "gausah ngajak berantem Dani. gue mau hubungan kita lurus-lurus aja tanpa lika liku yang gajelas, walau emang wali gue jadi penghambat."

Total diam.

Pikiran Dani kian mengawang.

Mami ya?

"Dani?"

Kepalanya noleh, kegiatan iris bawang nya berhenti otomatis karena sekarang keduanya saling melihat raut wajah gaenak disana.

Tawa bass Dani menjadi jawaban saat itu "gapapa ko"

Beralih pada bawang yang kini masih setengah, kembali memotong tipis-tipis. Sabrina tau lelakinya ini menyimpan begitu banyak sandiwara sampai lupa cara diungkapkan melalui kata-kata padahal dirinya siap mendengar apa saja dari sana.

"kalo ada masalah tuh ya ngomong ke pacar. lo sendiri yang bilang kalo gue itu rumah lo, tapi kenapa nyampe sekarang lo masih asing sama rumah lo sendiri?"

Dani bertambah memeluk erat, bahu Sabrina menjadi tumpuan. Sejenak mengecup nya sayang, tak berniat menjawab karena bingung.

Anomali Sabrina memotong bawang sedikit terganggu sebab kini fokus nya terbagi menjadi dua.

"lo terlalu banyak sandiwara di depan gue dani, gue gasuka lo gitu terus. sepuluh bulan mau setahun apa ga cukup ngeyakinin?"

Total bisu. Kata-kata Sabrina terlalu menohok, dia sadar kalau selama ini memang dia jarang bercerita pada gadis nya. Terlampau tidak pernah malah.

Jika ditanya seperti ini, jawaban lelaki berurat itu selalu sama ;

"gue gamau bebanin lo ri. karena serius, gue gamau lo ikut pu—"

"masalah gue bahkan lo udah tau nyampe unek-unek nya dan, sedangkan gue belum tau apa yang buat lo pergi malem pulang pagi beberapa bulan ini. mau nyampe kapan lo pendem sendiri hm?" pisau sudah diletakan.

Keduanya saling diam dengan pelukan semakin erat. Dani itu anak terakhir dari kaka pertama lelaki, sejak kecil ia memang tidak suka mengalah karena kodrat nya menjadi anak terakhir yang suka dimanja

Tapi sifat buruk Dani sanggup di hilangkan sepenuh nya hanya untuk Sabrina.

Hela nafas berat menjadi jawaban "oke"

Senyum manis kecil muncul sekejap. Tangan nya kembali mengiris bawang sisa di talenan "lepas dulu"

"ngga"

"lo belum makan, gue mau masak. lepasin!"

"ngga mauuuuu"

Kata-katanya manja, tentu saja Sabrina memilih mengalah dengan kepala menoleh sebentar untuk memberi kecupan pada pipi.

"ri"

"hm"

"ntar malem gue mau nongki"

Hal buruk akan terjadi.

"sama siapa?" bahkan bawang yang sudah selesai di iris kini kembali di cincang kecil.

Dani tentu tau apa yang terjadi "sama Gi—"

Belum selesai memasak. Ketukan brutal dari ambang pintu bahkan teriakan tak manusiawi di dapat dari depan sana, Dani meringis melihat pisau yang kini sudah tak ada bentuk sebab telah dibanting.

Gagang nya lepas.

Gilang, Gibran, Sabrina, bukanlah perpaduan yang pas karena lebih ke bertolak belakang sebab memang tidak cocok. Sialnya Dani benar-benar lupa akan hal itu.

 Sialnya Dani benar-benar lupa akan hal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○○○



sekalian minta maaf katanya ke kalian di vn tadi siang wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sekalian minta maaf katanya ke kalian di vn tadi siang wkwk.

galak banget kalian katanya wkwk, tapi gapapa gue ttp sayang eak.

yang bikin gue bimbang kemarin tuh gacuma dia loh ya yg nyuruh hpus ada tmen gue (lebih dr 2 org) gue bingung apa iya? tp kek sayang bgt anjrit. tmn cwo gue yg jadi perwakilan doang dr semua suara hehehe

but I've decided not to delete, okey❤

retak - vsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang