18|gagal

380 83 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terakhir kali ; dikirimi pesan begitu sedikit sesak pada bagian hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terakhir kali ; dikirimi pesan begitu sedikit sesak pada bagian hati. Namun jujur mendadak beberapa hari lalu tubuh Sabrina mati rasa, melakukan self harm juga sepertinya tidak akan bisa lagi sebab nanti Dani tau. Walaupun memang ketika sudah tau lelaki nya akan langsung memeluk dan memberi dekapan hangat sambil berbicara halus,

"I'm here. hold me tight, cry on my shoulder. besok mau kemana, mau beli apa hm? sakit banget ya? bagi makanya sini"

jauh dari kata kasar. Dani bahkan selalu menciumi pipi untuk menenangkan, mengatakan dari gerak tubuh bahwa ; semua akan baik-baik saja. Percaya karena aku disini.

Tapi hari ini mungkin berkebalikan terlebih dahulu.

Turun dari mobil, menenteng ransel hitam. Berdiri tegap di depan pagar pembatas rumah.

Sedikit terkejut sebab ternyata ada pergerakan disamping taman, mamih diluar sedang merokok.

"ri sumpah gue takut anjing, mamih lo gacuma galak tapi duh— gue baru tau dia juga ngerokok sama tatoan bangsat!"

Demi tuhan rasanya mau menampar keras, mana tadi ucapan meyakinkan selama perjalanan?

"jadi balik gitu? yaudah ayo"

langsung melotot orang yang disamping "sabrina astaga. gaji gue habis cuma buat beli cincin sama nabung acara nikah kita doang,"

pertama kali melotot lebar "what the fuck dani. lo nabung dari kapan? dan terus tadi siapa yang takut heh"

memutar bola mata jengah "gue tunjukin kartu kredit ke lo kemarin itu apa? yayaya sorry tapi gue emang takut"

Tak bisa bohong. Sabrina juga takut sebetul nya, kalau punya otak gila pun sekarang mungkin ia akan putar balik daripada menghadap Mamih nya.

but please this is a matter of blessing and uniting!

Kecup lama lagi dibibir, sedikit jinjit tapi ternyata bisa menenangkan hati Dani setelah itu.

"demi aku, dan kita. please?"

Langsung tersentak, barusan Sabrina?

"oke!"

"dari kapan lo disitu berdua?"

mampus.

"oh halo mih, Sabrina pulang—

sekalian bawa sumber kebahagiaan Sabrina."

[]


"gimana?"

"ancur"

"angka satu sampe sepuluh"

"sepuluh koma lima"

"man haha!"

Gibran hisap nikotin nya lagi, ponsel ditelinga total jadi teman ngobrol malam. Sejenak meringis mendengar kembali bagaimana kawan se tongkrongan nya jauh disana dengan harapan membawa restu tapi ternyata usaha awal saja sudah hancur.

Tengah malam. Dani bingung mau berkeluh ke siapa, tidak mungkin ke Sabrina sebab tau konsekuensi, lalu Gilang?

Anak itu susah dihubungi, terakhir dilihat tadi pagi.

Gibran cukup kaget setiap unlock hp nampilin puluhan chat bahkan panggilan gak kebaca dari Dani, tipikal cowo ga peduli dan acuh sama siapapun.

Tapi malam ini— Gibran sedikit bersimpati dan langsung angkat ketika panggilan masuk lagi.

"ya ya sorry bangsat. jadi?"

"yagitu, gagal."

Hela nafas sambil hembusin asap. Dan berani sumpah. Suara intonasi sahabat nya tidak pernah selirih ini.

"perlu gue susul?"

"gue masih mau usaha. lo tau gue gi"

"how long will it be?"

"sampe dapet restu dan dapetin Sabrina"

"man you know, it's better to find another girl if she's not your soul mate"

"I'll do it if my heart allows. In fact I'm away for a few days feels like dying"

"dare to swear you are disgusting dani!"

Dani tertawa lebar "falling in love is like this man"

"Shut up you motherfucker. My ears sound like the worst thing in the world!"

"gotta go"

"oke,"

Hening setelah nya, bingung mau berbicara apa lagi. Putung rokok dibuang karena tinggal satu jentik.

"dan"

"oi"

"balik kalo beneran ga ngehasilin"

"ya"

"but please remember. don't give up, go after what you want and want you to have!"

"plin plan lo anjing"

"bacot. udah gue kasih saran lo!"

"i love you"

"shut up you hell crust."

Telfon dimatikan. Gibran hembusin asap rokok terakhirnya ke udara.

Malam itu tepat tengah malam, Gibran baru pertama kali merasakan pusing masalah sahabatnya sendiri.

Malam itu tepat tengah malam, Gibran baru pertama kali merasakan pusing masalah sahabatnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○○○

silahkan yang mau ngumpat.

retak - vsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang